Kebimbangan Vano

1.5K 74 4
                                    

Ketakutanku bukan hanya ditolaknya tapi dia akan menjauh setelah itu. Lebih parahnya dia akan membenciku. Anggap saja gue pengecut. Tapi tak bisa dipungkiri, gue takut terhadap resiko yang akan gue dapat nantinya.

🍁🍁🍁

....

"Cessa... udah dong ngambeknya." Kannia menggoyang-goyangkan tubuh Cessa dari samping. Namun Cessa tak bergeming,"Cessa... Maaf... Cessa cantik deh." ucap Kannia sambil menyolek dagu Cessa.

"Bodo" jawab Cessa ketus. Kannia menghembuskan nafas berat, sahabatnya kali ini sedang marah padanya.

Kannia merangkul pundak Cessa,"Denger ya... maaf Sa, gue emang salah. Kemarin gue bener-bener lupa kalau ada janji sama lo. Gue aja pulang dari rumah Kak Vano sore banget. Maaf ya?" kata Kannia menjelaskan.

Cessa menatap Kannia yang masih memasang muka cemberut,"Terus kenapa sama hp lo?" sinis Cessa.

"Hp gue lowbat Sa, gue aja baru inget sama hp gue waktu udah nyampai rumah."

"Lo tahu kan? rasanya menunggu tanpa kepastian. Sakit Kan." ucap Cessa mendramalisir.

Kannia menaikkan sebelah alisnya,"Ye... baper nih anak." cibir Kannia.

Cessa menggerutu pelan, Kannia terkikik,"Gini aja deh... Gue akan ngelakuin apa aja supaya lo maafin gue." ujar Kannia. Cessa menoleh cepat ke arah Kannia lalu melepaskan tangan Kannia dari pundaknya,"Beneran nih?" Kannia mengangguk.

Cessa terdiam sejenak,"Oke... sepulang sekolah nemenin gue ke mall." Kannia mengangguk.

"Terus nanti ke kantin sama gue, jangan sama Kak Vano aja. Sahabat sendiri dilupain saat sama doi." sindir Cessa. Kannia mencubit pipi chubby Cessa,"Apain sih Cessa... gue sama Kak Vano nggak ada apa-apa. Okeee nanti kita ke kantin." ucap Kannia gemas.

"Aw aw lepas Kan, sakit curut." cicit Cessa seraya menepuk-nepuk tangan Kannia yang mencubit pipinya.

***

Kannia dan Cessa terkejut melihat Vano sudah di ambang pintu, sekarang memang waktunya istirahat. Lalu, untuk apa Vano ke kelas mereka?

"Kakak... ngapain?" tunjuk Kannia ke Vano.

"Mau ngajakin lo ke kantin lah." jawab Vano dengan gaya coolnya. Dia memasukkan sebelah tangan ke saku celananya, dan sebelah lagi bertumpu pada tembok.

Kannia terdiam, dia sudah janji sama Cessa untuk ke kantin bersama.

"Hm... maaf Kak aku udah janji sama Cessa buat ke kantin bareng. Cu-cuma sama dia aja." ucap Kannia takut-takut.

Vano mengerutkan kening,"Gimana kalau Cessa gabung aja sama kita?" usul Vano.

Kannia menoleh ke sampingnya, meminta jawaban dari sahabatnya ini. Dia juga berfikir kalau Cessa gabung sama Vano dan teman-temannya pasti bakal seru. Cessa pasti akan senang dengan kegokilan teman-teman Vano.

"Boleh juga, gue ikut." jawab Cessa kemudian. Kannia tersenyum lebar mendengar penerimaan dari Cessa. Akhirnya mereka bertiga berjalan beriringan menuju ke kantin, dengan posisi Kannia berada di tengah-tengah mereka.

Tubuh Kannia menegang, kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Vano menggenggam tangannya. Kannia menoleh ke arah Vano, tapi mata Vano menatap lurus ke depan seakan semuanya biasa-biasa saja. Genggaman tangan Vano berpengaruh pada kinerja jantung Kannia yang berdetak lebih cepat.

Kehebohan di sepanjang dikoridor juga terjadi. Banyak yang berbisik-bisik mengenai kedekatan Vano dan Kannia.

"Sejak kapan tuh tangan nyantol?" celetuk Galih saat Vano, Kannia dan Cessa menghampiri mejanya. Dan dia melihat jari-jari tangan Kannia menyatu dengan jari Vano.

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang