Race and Accident

1.6K 79 0
                                    

Aku peduli padamu karena suatu alasan. Walaupun kamu tak menyadarinya

🍁🍁🍁

Sore berlalu, bergantikan dengan malam yang sunyi. Sesunyi suasana rumah Vano. Setiap harinya pasti seperti ini, Vano yang kesepian. Papanya? hampir setiap hari Vano tidak bertemu dengan papanya. Berangkat pagi sekali dan pulangnya larut malam. Vano bosan bila harus tinggal dengan Bi Yam di rumah semegah ini. Dia butuh teman, dan... seorang ibu yang selama ini didambanya.

Vano celingukan di dapur,"Bi yam?" panggilnya. Tampak Bi Yam yang tergopoh-gopoh karena panggilan Vano.

"Vano mau main, kalau Papa nanyain bilang aja ke rumahnya Dio." kata Vano. Bi Yam tersenyum sendu, ia kasian melihat anak majikannya. Betapa Vano merasa kesepian dengan ketidak hadirannya seorang ibu.

Bi Yam lalu mengangguk,"Hati-hati nak." Vano tersenyum, menyambar jaket kulitnya dan memakainya.

***

"Bang Bimo ngabarin nih, katanya Rico nantangin lo Van." celetuk Dio sambil mengepulkan asap rokonya ke udara. Mereka berada di tempat kosong bekas bengkel dulunya, yang sekarang menjadi tempat nongkrong mereka.

"Bulan lalu aja udah kalah lawan Vano, sekarang nantangin lagi. Belum nyerah juga nih anak." cibir Galih sambil memakan kacang kulitnya.

"Lo mau nerima tantangannya Van?" tanya Eza yang tak mengalihkan pandangan dari ponselnya.

Vano terdiam sejenak,"Yoi. Yuk cabut sekarang." katanya.

Rico nantangi gue lagi balapan. Gak ada nyerah-nyerahnya tuh anak, kayaknya gak terima banget gue pemenangnya. Oke kita lihat nanti Rico.

Mereka berempat menuju medan balapan yang telah disebutkan oleh bang Bimo.

Suara deru motor mulai terdengar, sorakan-sorakan bersahutan saat kami berempat datang ke tengah-tengah arena.

"Alvano jay Rhandika...apa kabar?" tanya seseorang di depan Vano dengan senyum liciknya. Vano berdecak,"Rico...Rico, ternyata lo belum nyerah juga ya?" kata Vano meremehkan

Rico terkekeh,"Gue gak akan nyerah sebelum ngalahin lo yang besar kepala itu."

"Oke. Let's begin." Vano memakai kembali helm dan berbaris di belakang garis start. Seperti biasa, balapan kali seperti bulan lalu. satu lawan satu, Vano dan Rico.

Motor Vano melesat setelah hitungan ketiga, begitu juga dengan Rico. Motor mereka melaju dengan kecepatan tinggi, bersisihan dan saling salip. Di tengah perjalanan, tanpa Vano sadari, lututnya ditendang oleh Rico berkali-kali. Karena Vano oleng, motornya melewari batas arena dan menabrak pohon besar disisi jalan. Tubuh Vano terguling  jauh dari motor. Setedik kemudian semuanya menjadi gelap.

***

"Aww" pekik Vano memegang kepala yang terasa berdenyut-denyut. Matanya menyusuri setiap ruangan yang didominasi oleh warna putih ini. Selang infus terpasang di tangan kiriku. Rumah sakit? Sekelebat ingatan melintas, Vano mulai mengingat kejadian semalam. Balapan dan kecurangan Rico. Rahang Vano mengeras. Pertanda bahwa dia benar-benar marah dan kesal dengan tindakan pengecut Rico.

"Udah sadar bro?" kata seseorang yang suaranya berasal dari samping Vano.

"Dio?sejak kapan lo disini." Dio menghela nafas,"Sejak kemarin, waktu kecelakaan lo. Kenapa lo bisa jatuh sih? tumben amat." katanya.

Tangan Vano terkepal kuat,"Rico curang Yo. Dia yang nendang lutut gue sampai jatuh. Pengecut amat tu anak. Bangsaatt" kata Vano geram terhadap tindakan Rico kemarin.

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang