Kalau dengan perhatian tidak dapat membuatmu kembali. Akan kulakukan cara sebaliknya. Kuharap kamu mau kembali karena rindu yang membawamu padamu.
🍁🍁🍁
Vano berjalan menuju dapur rumahnya dengan muka bantal. Tenggorokannya terasa kering dan dia ingin mengambil minum di dapur. Vano berjalan terseok-seok dengan mata setengah tertutup. Sekilas Vano melirik jam dinding yang terpajang di dinding batas menuju dapur.
"Udah jam lima?" gumam Vano. Memang Vano baru bangun dari tidur siangnya.
'Praannggg' seketika mata Vano terbuka lebar. Suara benda jatuh di dapur sangat mengagetkan Vano. Dia berdecak lalu berlari cepat ke arah dapur.
"Bi Yam... Tadi apa yang jat-
"Sore Kak Vano"
"Mau apa kesini?" tanya Vano dengan nada dinginnya. Bukannya takut, Kannia malah nyengir lebar sambil membawa nampan ditangannya. Vano masih menatap Kannia tajam saat Kannia semakin mendekat kepadanya.
Kannia tersenyum lebar lalu menatap Vano lekat. Sejenak Vano terpaku pada tatapan itu. Mata indah Kannia yang kini dirindukannya. Seakan sadar, Vano segera memalingkan wajahnya ke samping.
"Lihat Kak! Aku udah masakin Kakak Ayam suir sama telur puyuh bumbu merah. Aku udah bisa nerapin resep dari Bi Yam loh" cerocos Kannia memamerkan kemampuannya yang baru bisa mencoba resep dari pembantu rumah tangga Vano itu.
Vano selalu memalingkan wajahnya kesamping. Dia takut jika menatap mata Kannia, perasaan itu muncul lagi. Perasaan dimana cinta dan kecewa bercampur jadi satu. Jangan tanyakan seperti apa rasanya. Sangat sakit.
"Pulang" tegas Vano. Kannia meletakkan nampan itu diatas meja makan.
"Setidaknya coba dulu deh. Gak kalah kok dama masakannya Bi Yam" Kannia masih membujuk Vano. Sesak sekali saat Vano tak sedikitpun melihat ke arahnya. Cowok itu selalu membuang pandangannya. Ternyata niat Kannia untuk menarik perhatian Vano gagal.
"Gue gak lapar. Pulang!" bentak Vano.
Kannia mengambil sling bag peach-nya. Vano segera membuang pandangannya lagi setelah ketahuan sedang memperhatikan Kannia.
"Aku pulang dulu Kak. Udah sore. Dimakan ya" ucap Kannia sebelum pergi menghilang di balik pintu rumah. Vano menjambak belakang rambutnya sendiri,"Gue lemah banget sih" teriak Vano keras. Walau Kannia tersenyum, Vano masih bisa melihat genangan di pelupuk matanya tadi sebelum pergi. Vano mangambil piring di atas nampan yang diletakkan Kannia tadi. Vano memejamkan matanya sejenak lalu perlahan mulai memakannya.
Vano merasakan sentuhan hangat dipundaknya,"Mama?" Vano lalu berdiri dan berhambur di pelukan mamanya.
"Kenapa anak mama murung gini?" kata Yusi seraya menangkup kedua pipi Vano dengan tangannya. Pandangan Yusi jatuh kepada makanan yang tadi dimakan oleh anaknya.
Yusi membelai rambut Vano,"Kamu tahu nak, kadang apa yang kita lihat tak seperti yang sebenarnya. Semua orang pasti punya salah. Yang terpenting adalah bagaimana orang tersebut dapat belajar dari kesalahannya"
Vano mengerutkan kening tak mengerti dengan ucapan mamanya,"Mama yang bawa Kannia kesini. Mama tahu permasalahan kalian" celetuk Yusi yang seperti menjawab pertanyaan Vano. Kini Vano mengerti mengapa Kannia bisa datang kerumahnya, melakukan eksperien di dapurnya, dan Bi Yam yang tidak nampak sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step of Heart [Completed]
Teen FictionIni kisah mereka, Kannia Andhira, Alvano Jay Rhandika, dan yang lainnya. Kannia si-cewek ceria dengan semua ceritanya harus terjebak diantara dendam dan kesalahpahaman. Bad boy Vano dan cinta pertamanya, Rakka. Alvano si-cowok bad boy dengan sejut...