Menghebohkan kelas

1.5K 77 0
                                    

Sebisa mungkin aku akan terlihat baik didepanmu. Jadi tolong hargai aku

🍁🍁🍁

"

Lo kenapa ngintilin gue dari tadi sih." ucap Kannia kesal. Alex merangkul pundak Kannia dari samping,"Kenapa? gak boleh ya?" kata Alex santai. Kelakuan Alex semakin hari makin aneh, dari pindahnya tempat duduk Alex di belakang bangku Kannia. Sekarang dia pun mengikuti Kannia kemanapun dia pergi.

"Minggir gue mau ke kamar mandi?" Kannia menyingkirkan tangan Alex yang melingkar di bahunya. "Ikut" balas Alex. Kannia menatap Alex cengo,"Lo apa-apaan sih Lex, gue mau ke kamar mandi. Udah jangan ngikutin gue." ucap Kannia geram.

Alex terkekeh,"Gue tahu itu cuma alasan lo kan, supaya bisa menghindar dari gue." katanya. Kannia mencak-mencak geram, dia semakin risih dengan tingkah aneh Alex. Mata Kannia berbinar, dia mendapatkan ide agar terbebas dari Alex. Kannia berlari ke arah seorang cowok yang memakai kaos olahraganya.

"Kak Eza." panggil Kannia. Eza yang merasa dipanggil segera menoleh, dan didapatinya Kannia yang tengah berlari ke arahnya. Eza menaikkan sebelah alisnya,"Kenapa lo Kannia?" tanya Eza. Kannia mendekat ke telinga Eza dan membisikkan sesuatu.

"Kak tolongin Kannia untuk menghindar dari Alex ya." Eza mengangguk mengerti.

"Katanya kamu mau ke kamar mandi?" kata Alex yang kini telah berhasil menyusul Kannia.

"Kannia ada urusan sama gue, ber.du.a" ucap Eza menekankan kata berdua.

Tak banyak omong, Eza menarik tangan Kannia menjauh dari Alex. Sedikit berlari. Kannia pasrah dibawa kemana saja asalkan bisa terbebas dari Alex itu. Ternyata Eza membawa Kannia ke rooftop, disana juga sudah ada Dio, Galih, dan Vano. Vano yang menyadari kedatangan Kannia, segera membuang putung rokoknya.

"Kenapa lo bawa Kannia ke sini Za?" tanya Vano. Eza menoleh sebentar ke arah Kannia,"Dia lagi dikejar-kejar sama temen cowoknya, Kannia minta bantuan gue buat ngehindar dari tuh cowok. Yaudah gue bawa kesini aja." jelas Eza. Kannia menganggukkan kepalanya.

"Emang siapa yang ngejar lo Kan?" tanya Dio. Kannia menghela nafas,"Alex Kak." jawabnya.

"Lha emang lo punya utang sama dia, sampai dikejar-kejar gitu." kini Galih yang bersuara. Sedetik kemudian, Vano menjitaknya.

"Nggak lah Kak. Tau tuh aneh banget si Alex, ngintilin gue mulu sejak pagi tadi." cecar Kannia.

"Suka kali sama lo." celetuk Galih. Kannia hanya mengedikkan bahu acuh lalu ikut duduk di antara mereka. Dio menyenggol bahu Galih, mengintrupsinya agar melihat ke arah Vano. Galih mengulum senyumnya saat melihat wajah kesal Vano. Galih tahu kalau temannya ini sedang cemburu.

"Udah kali Van, mukanya jangan gitu. Kannia gak suka kok sama tuh Alex." ujar Dio yang mengakibatkan semua mata menatap ke arah Vano begitu juga dengan Kannia. Vano berdehem lalu menegakkan tubuhnya,"Gu-gue gak cemburu kok" sungut Vano.

Tawa ketiga cowok itu pecah, kecuali Vano yang Kannia yang masih terbengong.

"Gue gak bilang kok kalau lo cemburu. Emang lo cemburu?" ucap Dio disela-sela tawanya.

"Maksud kak Dio apa? Kak Vano cemburu sama siapa?" tanya Kannia polos, dia masih belum konek terhadap ucapan Dio.

"Aduh dedek manis... Vano itu cemburu sama lo dan Alex." ujar Galih gemas. Kannia tertawa kaku,"Gak mungkin lah kak Vano cemburu." kata Kannia malu-malu. Entah mengapa hatinya senang mendengar kalau Vano sedang cemburu kepada Alex.

"Serah lu deh. Kelihatan banget tuh muka bete Vano yang jelek." ucap Galih.

"Gak usah dengerin mereka Kan." sungut Vano lagi. Kannia hanya manggut-manggut mengerti. Gelak tawa kembali terdengar. Kali ini Kannia juga ikut tertawa, menertawakan Vano yang kini tengah cemberut dengan tangan yang terlipat di dada.

Kannia baru menyadari bahwa Vano dan teman-temannya tidak seburuk apa yang dia dan orang lain pikirkan. Dia bahkan tak pernah menyangka akan sedekat ini dengan mereka. Kedekatan yang membuat para siswi disini iri.

"Alex ngapain lo aja?" tanya Vano pelan di telinga Kannia. Dia tidak mau teman-temannya menggodanya. Kannia mendekat ke Vano."Gak diapa-apain kok kak, cuma ya aku risih aja kalau diikutin kemana-mana." bisik Kannia.

Vano mengepalkan tangannya yang dia sembunyikan di balik saku celananya. Entah kenapa dia merasa kesal dengan tingkah Alex ke Kannia. Dia tidak akan membiarkan Alex kembali mendekati Kannia.

"Kakak habis ngerokok ya?" celetuk Kannia membuyarkan lamunan Vano.

"Hah? g-gak kok" ucap Vano gugup. Kannia menghembuskan nafas beratnya,"Kakak gak usah bohong, bau dari mulut kakak gak bisa bohong." ujar Kannia. Vano mengangguk,"Iya. Gue habis ngerokok." kata Vano jujur.

"Kurangin rokoknya ya Kak, aku mau balik dulu udah bel." kata Kannia sebelum beranjak dari duduknya.

Vano ikut berdiri,"Gue anterin lo ke kelas." ucap Vano cepat. "Gue balik dulu ya." pamit Vano ke teman-temannya, lalu menarik tangan Kannia menuruni tangga penghubung koridor dan rooftop di sana.

"Kenapa Kakak ikut duduk." ucap Kannia saat Vano ikut masuk ke kelasnya dan duduk di bangku yang ada di depannya.

"Gak papa, gue mau lihat-lihat kelas lo aja sampai guru lo datang." kata Vano. Kannia hanya mengedikkan bahu acuh. Kannia menopang dagunya melihat ke sekelilingnya, semua anak melihat ke arahnya. Ada juga yang berbisik-bisik.

"Kanniaa... kamu kemana aja? ada urusan apa sih kamu sama Eza Eza itu." teriak seorang cowok yang baru memasuki kelasnya. Kannia mendengus kesal saat tahu dia adalah Alex.

Cessa mengangkat wajahnya, tidurnya terganggu karena teriakan Alex,"Berisik banget sih lo, mulut lo kayak cewek tau gak." bentak Cessa.

"Nggak tau tuh." jawab Alex santai,"Kayak lo gak toa aja." lanjut Alex. Cessa hanya berdecih.

"Kannia." panggil Alex. Kannia membuang muka dari Alex.

"Lo jangan ganggu dia lagi." ujar Vano tegas. Alex menaikkan sebelah alisnya,"Kenapa? Lo siapanya Kannia?" tanya Alex sewot.

"Gue... pacarnya." kata Vano tak kalah kerasnya. Semua anak di kelas menganga, terkejut dengan pengakuan Vano. Bagaiman tidak, Kannia yang mereka ketahui sebagai pesuruh Vano, kini dengan pengakuan Vano dia mengaku sebagai pacar Kannia.

"Pokoknya lo jangan pernah ganggu dia lagi." kata Vano menekankan di setiap katanya lalu beranjak pergi meninggalkan kelas XII 2 yang membuat penghuninya cengo.

Sedetik kemudian semua anak mengerubungi Kannia. Semuanya terlihat heboh dengan pengakuan Vano tiba-tiba itu. Kannia berdecak kesal.

"Lo bener pacarnya kak Vano?"

"Sejak kapan lo jadian sama Kak Vano?"

"Bukannya selama ini lo jadi kacungnya?"

"Lo udah di labrak sama Kak Lissa?"

Berbagai pertanyaan di lontarkan untuk Kannia. Belum sempat Kannia menjawabnya, Bu Sri sudah masuk ke kelas dengan materi matematikanya. Kannia menghembuskan nafas lega karena kedatangan Bu Sri. Mungkin kali ini dia akan berterima kasih kepada beliau karena menyelamatkannya hari ini.

Cessa memicingkan matanya menatap Kannia,"Nanti gue jelasin. Ke rumah gue nanti sore, sekalian ngerjain tugas buat besok." ucap Kannia. Dia mengerti dengan tatapan seperti 'meminta penjelasan' dari Cessa. Cessa hanya mengacungkan jempol kanannya. Kannia juga masih terkejut dengan pengakuan Vano. Apa maksud Vano melakukannya?

Kannia menolehkan kepala ke belakang, tepatnya di bangku Alex. Kini Alex juga menatapnya, tatapan sendu yang Kannia lihat sekarang. Maafin gue Lex batin Kannia.

-------

WM

Step of Heart [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang