Episode 2

18.6K 854 84
                                    



Akhirnya kuliah hari ini selesai. Sinar bahagia terpancar dari wajah-wajah mahasiswa yang keluar gedung itu. Kasur yang empuk serta merangkai mimpi dengan tenang sudah terbayang indah di otak mereka. Tetapi, pemandangan berbeda terlihat di antara kumpulan mahasiswa itu. Kalau diibaratkan seperti terasi yang berada di tengah-tengah manisnya gula pasir. Udah item, baunya menyengat, ditambah bentuknya tidak karuan. Udin keluar dengan wajah memelas. Walaupun sebenarnya wajah memelas bagaimanapun juga kalau dari wajah Udin pasti tetap menyeramkan. Berbagai beban pikiran berkecamuk di otaknya yang selama ini bekerja terlalu santai.

Apes bener hari ini. Udah nyemen pagi tadi ditambah dihukum bikin surat pernyataan sampai rektor. Terus nanti kalau gue ditanya alasan membuat surat itu apa, gue kudu jawab gimana jal. Masa gue bilang ngatain dosen laknat. Bisa-bisa gue masuk TV,

Udin terus menerus memikirkannya. Tanpa dia sadari palang parkiran sudah di depan jidatnya. Ya, sudah bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya. Tabrakan keras sampai menimbulkan gempa berkekuatan sekian skala richter antara dua benda padat dan sangat keras. Satunya peralon besi yang disemen di dalamnya, sedangkan satunya lagi benda padat yang belum terindentifikasikan sebelumnya yang diyakini lebih keras dari beton. Saking kerasnya Udin terpelanting dan koprol dua kali secara heroik. Semua mata tertuju padanya karena telah mengalihkan dunia kayak lagunya Afgan.

"Mas, hebat bener kamu ya. Bisa koprol kayak gitu. Kapan-kapan ajarin aku ya mas," celetuk pak satpam.

"Raimu pak. Bukannya nolongin malah ngeledek. Gue semen juga elu pak, biar ganteng," Udin sedikit emosi (raimu adalah kosakata bahasa jawa yang artinya adalah wajahmu)

"Mending daripada kamu yang tiap hari cuci muka sama air keras, tetep aja item kayak black goal," pak satpam tidak mau mengalah.

"Black goal your head pak, yang ada black hole. Tambah emosi gue ngomong sama elu pak. Awas aja kalau Raisa udah jadi pacar gue, elu pasti akan mengakui ketampanan gue yang tiada tanding ini," Udin mulai ngawur.

Mustofa hanya cekikikan melihat tingkah makhluk astral itu. Keduanya langsung tancap gas pulang ke kontrakan.

"Bapak pulang nak," salam Udin kepada penghuni lainnya.

"Yeeeey, bapak pulaaang," jawab Bopila, Uji, dan Mahmud bersamaan.

Kontrakan kecil itu berpenghuni empat orang dan satunya lagi manusia jadi-jadian. Sebenarnya mereka berlima kuliah di program studi yang sama. Hanya saja terpisahkan oleh kelas masing-masing mata kuliah. Hanya saat praktikum saja mereka bisa bersama. Bopila dan Uji yang mempunyai nama unik ini sangat menyukai anime. Bahkan rela tidak kuliah demi nonton anime seharian di kontrakan. Berbeda dengan Mahmud. Dia sangat suka drama Korea. Jadi, namanya sering dijadiin singkatan yaitu mamah muda (Mahmud) yang biasanya suka drama Korea.

"Eh Din, lu abis ngapain ? muka lu bonyok gitu. Udah bonyok tambah dijelek-jelekin lagi. Sepet gue lihatnya," nyerocos Mahmud.

"Sejak kapan Udin tampan Mud ? Kalau ada yang bilang dia tampan selain dia pasti sudah tercatat dalam buku sejarah negara Mud," jawab Uji seenaknya.

"Eh uji kelayakan emisi yang selalu gagal. Banyak ya yang bilang gue ganteng. Cuma mereka terlalu malu untuk mengatakannya ke semua orang. Iya kan Mus ?" Udin menoleh ke arah Mustofa dengan muka memelas dan mata berbinar-binar berharap Mustofa mengiyakan.

Mustofa pun hanya mengangguk sambil cekikikan.

"Eh makhluk yang gagal uji sebagai manusia, siang-siang gini jangan mengkhayal deh," jawab Uji tidak mau ngalah.

"Serah lu Jhon. Gue mau tidur," Udin berlalu begitu saja ke kamarnya.

Seperti rutinitas setiap malamnya, mereka berlima melanglang buana mencari makan. Kalau sudah pada tutup, pilihan terakhir adalah burjo yang buka sampai malem. Perjalanan mereka selanjutnya adalah nongkrong di depan kampus sambil nyusu bareng-bareng. Tujuan akhir mereka adalah pergi ke fakultas sebelah buat internetan dan ngegame bareng. Tempat sudah dipilih, roll kabel buat colokan listrik sudah terpasang, laptop masing-masing sudah menyala. Itulah pekerjaan malam mereka. Yang paling bener ya cuma Mustofa. Biasanya malam selalu dia gunakan untuk menyelesaikan tugas dan pesenan desain. Uji dan Bopila masih dengan anime mereka. Mahmud menyendiri dengan drama Koreanya. Kalau Udin nyambungin wifi buat chattingan. Maklum dia tidak pernah punya paket data internet. Sudah terjadwal dengan sistematis. Tepat jam 2 pagi mereka ngegame bareng-bareng. Kalau kata kerennya sih nge-war.

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang