Posko yang ramai itu berubah hening ketika Udin mengingatkan Mustofa, Uji, Mahmud, dan Bopila tentang rapat yang harus mereka datangi sore itu. Semua mata tertuju pada Udin.
"Ah elu ngerusak suasana aja," kata Bopila mendaratkan satu jitakan keras ke kepala Udin.
"Elu ya Din, bener-bener nggak paham temen lagi bahagia," satu pukulan di bahunya dari Uji yang membuat Udin mengerang kesakitan.
Mustofa dan Mahmud mengikuti cara Bopila untuk mengungkapkan kekesalannya.
"Gue salah ya ?" kata Udin benar-benar tidak paham dengan maksud teman-temannya.
"Nggak Din, elu bener terus kok," kata Mustofa sambil berlalu keluar rumah menuju motornya dan diikuti yang lain.
Tanpa waktu lama, mereka segera berangkat ke posko sebelah untuk rapat antar koordinator desa sebanyak 12 desa yang dipimpin oleh koordinator kecamatan yang tidak lain adalah Udin. Ternyata mereka sudah ditunggu dengan hangat oleh koordinator desa yang sudah hadir lebih dulu. Mustofa memimpin rombongan itu dan tidak butuh waktu lama dia langsung akrab dengan lainnya. Begitu juga dengan Udin yang cepat akrab. Lima belas menit mereka habiskan untuk saling mengenal. Mau tidak mau, tim inilah yang akan menjadi penentu keberhasilan program KKN di Wonogiri tahun ini.
"Oke, kalau sudah kenal semua, kita mulai ya rapat kali ini. Saya sekaligus tuan rumah di posko ini akan menjadi moderator," jawab koordinator desa yang saat ini poskonya dijadikan tempat untuk rapat, namanya Bayu.
Semua orang langsung terdiam, khidmat mendengarkan Bayu memimpin rapat. Dia begitu cekatan dan cakap dalam berbicara di hadapan orang lain.
Udin mendengarkannya seksama. Antara mencoba memahami dan mengerti arah pembicaraan rapat atau bingung sebingung-bingungnya sampai dia hanya diam. Rapat berlangsung taktis. Semua orang mengusulkan ide yang ada di kepalanya. Hanya Udin yang menjadi pendengar setia. Satu per satu hasil rapat ditulis oleh notulen yang saat itu dilakukan oleh Sinta.
"Untuk mengakhiri rapat perdana kita, mungkin ada pesan dari mas Udin selaku koordinator kecamatan ?"
Seketika semua mata tertuju pada Udin. Hal itu membuat Udin terhenyak dan mencoba merangkai kata-kata di dalam otaknya yang saat ini sudah overheat. Cukup lama Udin diam setelah dipersilakan untuk bicara. Semua orang memandangnya lekat. Mungkin ini adalah kata motivasi yang akan disampaikan Udin.
"Semangat !" kata Udin sambil mengepalkan tangan di depan setelah berpikir lama.
Semua orang diam sesaat dan kemudian tertawa dalam waktu yang bersamaan.
"Udah mas Udin ?"
"Udah mas Bayu," jawab Udin sambil mengelus dadanya menandakan ada kelegaan yang dia alami.
"Bentar mas Bayu, saya mau menambahkan sesuatu," kata Mustofa.
"Oh silakan mas Mustofa."
"Jadi mas Udin ini memang bukan tipe orang yang suka ngomong di depan orang. Tapi teman-teman tidak usah khawatir, kita bisa membantunya sebisa kita. Suatu saat ketika temen-temen butuh sesuatu untuk melancarkan program di desa masing-masing bisa minta tolong mas Udin. Walaupun kayak gini, dia punya kenalan yang sangat luas, mungkin hampir sama kayak bapak Bupati yang hampir satu kabupaten mengenalnya."
Semua orang mengangguk mengiyakan. Akhirnya rapat itu selesai kemudian semua orang kembali ke tugas dan posko masing-masing saat adzan Mahgrib sudah berkumandang. Kedatangan Udin dan Mustofa di posko disambut dengan makan malam. Keduanya tak segan untuk membaur dan menyantap makan malam karena mereka memang sudah sangat lapar.
"Hei gaes, tadi pak RT dateng ke sini lho," kata Lintang di tengah makan malam itu.
"Ngapain Lin ?" tanya Udin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kuliah Si Udin
HumorSudah tamat Sisi lain keseharian si Udin selama kuliah yang tidak lumrah dan sebenarnya tidak berfaedah untuk dibaca. Namun perjuangan mencari cinta lah yang menjadikannya seorang mahasiswa "luar biasa".