Episode 35

3.8K 315 109
                                    

Pagi diam-diam menelisik. Membisikkan ribuan rindu tertahan. Syahdu sendu serasa menusuk relung kalbu. Temaram gelap yang mulai terganti menjadi saksi dalam senyap. Pertemuan yang tidak pernah disukai menjadi perpisahan yang paling dibenci. Empat puluh lima hari bukanlah waktu sesaat untuk saling mengikhlasi. Sekejap, waktu begitu kejam menyerang lemahnya insan.

Pagi yang belum sempurna itu, penghuni posko KKN sudah berkumpul di ruang tamu. Suasana begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sedih menyeruak memenuhi ruangan tersebut. Terlebih ketika Putri membagikan satu lembar kertas dan pensil ke masing-masing dari mereka.

"Pertama, tuliskan dulu nama kalian. Din yang bener nulisnya. Biasanya elu nyleneh. Jangan bercanda deh," kata Putri mengawali percakapan di antara mereka.

"Iya iya Put. Gue tahu. Nggak mungkin gue bercanda di saat kayak gini," jawab Udin tidak kalah serius dari Putri.

"Lalu geser ke arah kanan kalian. Setelah itu, tuliskan pesan atau apapun itu pada kertas sesuai nama yang tertulis di kertas. Paham kan ?" Putri pelan-pelan menjelaskan.

Semuanya hanya mengangguk mengiyakan. Kemudian kertas tersebut terus bergeser sampai kembali kepada pemiliknya. Setiap kertas tersebut berisi pesan dari teman yang lainnya.

"Kemudian kalian masukkan ke sampul ini," kata Putri sambil membagikan plastik press yang sengaja dibuat sesuai ukuran kertas dan tidak di tutup pada salah satu sisi untuk memasukkan kertas tersebut.

"Sudah selesai semuanya. Ini hari terakhir kita di sini. Minta maaf ya teman-teman kalau selama sebulan lebih ini aku banyak salah terutama sama Udin dan Mustofa," kata Putri dengan penuh kelegaan.

Sedih sembilu semakin pekat. Tangis pun pecah di antara mereka. Mustofa dan Udin yang tidak mau merusak suasana ini segera keluar dan menyapa beberapa tetangga yang berangkat ke sawah. Kebetulan hari ini adalah hari Minggu. Penarikan mahasiswa KKN serentak dilakukan oleh kampus tepat pada hari Senin. Jadi, Udin dan lainnya hanya punya waktu sampai nanti malam untuk menghabiskan waktu bersama.

"Jangan lupa ya gaes. Abis ini kita latihan untuk nanti malam," kata Dewi sedikit keras dari dalam rumah sampai terdengar di teras.

Pada hari terakhir ini, pak Kades meminta Udin dan kawan-kawan untuk menampilkan wayang orang. Beliau juga meminta Udin untuk mengundang dari kelompok lainnya biar ramai dan meriah. Selain pementasan seni tersebut, pak Kades berencana akan mengadakan pesta besar-besaran di rumahnya untuk mengantar pelepasan mahasiswa KKN. Udin beryukur semua kelompok bisa menghadiri undangannya. Selain karena dia adalah koordinator kecamatan, kelompok lain akan pamitan dengan warga desa mulai pagi sampai siang. Kebetulan di kelompok Udin ada dari jurusan Seni Budaya, yaitu Dewi. Akhirnya, dia didaulat menjadi sutradara. Putri dan Septi menjadi tim propertinya. Mereka berdua menyiapkan kostum dan aksesoris yang diperlukan. Sisanya menjadi pemeran di pentas dengan judul "Rama dan Sinta". Sudah pasti Mustofa dan Unin menjadi pemeran utamanya. Udin harus puas dengan peran sebagai Rahwana sedangkan lainnya sebagai peran pembantu. Pemeran juga didukung dari beberapa orang dari kelompok KKN lain. Dewi benar-benar cerdik melihat potensi teman-temannya walau tidak satu kelompok. Bahkan ada yang bisa menjadi pengisi lawak. Hanya satu hari dia mengadakan casting dengan mengundang beberapa mahasiswa KKN. Sekejap, posko KKN itu sudah ramai dengan latihan yang cukup menguras energi. Latihan satu hari tidak menyurutkan niat dan semangat mereka. Dewi tersenyum lepas melihat perkembangan luar biasa dari teman-temannya.

"Oke teman-teman, kita istirahat dulu ya buat makan siang. Nanti kita mulai lagi jam 1 siang. Terima kasih ya. Kalian cerdas semua deh, love you," kata Dewi sambil memperagakan cium jauhnya.

Hal itu membuat beberapa teman jantung laki-laki dari kelompok lain berdegup kencang . Secara fisik, Dewi memang cantik. Selain itu, dia pandai berhias. Bisa cukup menarik banyak perhatian. Namun, hal tersebut tidak mempan sama Udin dan Mustofa. Mereka cukup tahu Dewi dengan semua sifat 'sengklek'nya.

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang