Episode 13

6.9K 444 44
                                    

Bulan purnama memancarkan pesonanya. Angin malam terasa menusuk mencoba paksa kulit untuk beradaptasi. Pepohonan rindang pun bergelayut melambaikan satu isyarat. Sisa-sisa pesta malam itu masih membekas. Tumpukan arang yang berserakan. Tungku pembakaran yang masih hangat. Sound system masih terpasang dengan kabel yang cukup berantakan. Hanya piring dan alat makan lainnya yang sudah tertata rapi. Semua lilin dan lampu sudah mati. Sinta dan perempuan lainnya sudah tertidur pulas di villa sebelah. Berbeda dengan villa yang ditempati Udin. Angin malam dan suara gonggongan anjing saling bersahutan seakan memberikan pesan keheningan malam kepada Udin dan lainnya. Praktis, hanya Mustofa, Bopila, dan Mahmud yang sanggup merangkai mimpi di suasana semenakutkan ini. Udin dan Uji masih terdiam di ruang depan.

"Tuh Din, elu dipanggil terus dari tadi nggak jawab," kata Uji setelah mendengar anjing yang menggonggong begitu keras.

"Belum jam 12 Ji. Kan gue salah satu personel ganteng-ganteng anjing Ji. Kalau udah jam 12 gue bisa berubah jadi buaya," jawab Udin.

"Ganteng dari mana ? gue kasian sama anjing. Mereka harus rela menerima golongannya dijadiin makhluk jadi-jadian sama elu. Pasti batin mereka tersakiti tuh. Terus apa hubungannya sama buaya ?"

"Gue sudah biasa difitnah gini. Jadi, ya biasa aja sih. Kalau buaya sama anjing ada hubungannya Ji. Hubungan terlarang jhon."

"Sleee, gue capek ngomong sama elu," Uji sudah mulai darah tinggi.

"Apalagi gue, sudah sepet ngobrol sama elu."

Lagi asyik mereka ngobrol, tiba-tiba lampu villa padam. Udin langsung melihat keluar jendela. Villa sebelah masih terang benderang.

"Tuh kan listriknya aja males denger elu ngomong," kata Uji.

"Enak aja, yang suaranya cempreng kan elu Ji."

"Udah ah, ayok cari sakelar listriknya," kata Uji.

"Oke, gue ambil senter dulu."

Keduanya pun berjalan pelan menuju ke luar villa. Uji berjalan mengendap di belakang Udin.

"Kenapa Ji ? Elu takut sama setan ?" ledek Udin.

"Enak aja, gue cuma takut tersandung aja. Oke gue awasin di belakang elu. Siapa tahu ada perampok yang nyoba merampok villa ini," balas Uji.

Keduanya pun berjalan saling membelakangi. Kayak tokoh dalam film pas dikeroyok sama musuhnya.

"Nih ketemu sekringnya," celetuk Udin lega.

"Cepetan hidupin Din," jawab Uji.

Baru saja Udin memegang sekringnya, dia melihat di samping villa ada sesosok putih berjalan mendekatinya. Dengan refleksnya dia mengarahkan senter ke arah sosok itu. Terlihat sosok perempuan berambut panjang teurai indah dengan wajah pucat dan wajah yang berdarah-darah. Belum sempat Udin berteriak sosok itupun menunjukkan ekspresi kaget yang berlebihan.

"Waaaaaaaaa, genderuwo beneraaaan," teriak sesosok putih itu sambil berlari terkentut-kentut.

Uji yang kaget langsung menoleh. Baru sesaat menoleh, ada yang menepuk bahu kanannya. Dia pun kembali menghadap di belakang Udin. Terlihat sesosok pocong yang dibungkus rapi dengan kain putih bersih.

"Waaaaaaaa, pocooooong, " Uji berlari ketakutan.

Bukan hanya Uji, pocong itu pun juga berteriak.

"Waaaaaaa, setan sedot WC," teriak si pocong berusaha lari dengan melompat-lompat dan akhirnya terjatuh di gerbang villa dan menggelinding ke bawah karena jalannya memang menurun.

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang