Episode 6

7.9K 531 29
                                    

Hari Pertama Orientasi Mahasiswa Baru....

Riuh rendah suasana di depan kantor Rektorat pagi ini. Lautan manusia berjajar dengan warna yang sama. Seseorang mengomando dari tengah lapangan mencoba mengatur barisan agar rapi. Beberapa orang terlihat sibuk berjalan menyusuri barisan untuk meluruskannya. Pagi itu, upacara pembukaan orientasi mahasiswa baru. Berbagai ekspresi dna kelakuan konyol tergambar dari mahasiswa baru. Ada yang begitu bahagia, ada yang malu-malu, ada yang menangis, ada yang main kejar-kejaran, ada yang main petak umpet, ada yang pipis di celana, ada yang minta jajan, ada yang gulung-gulung, ada juga yang berantem. Bermacam-macam kelakuan mereka yang membuat para anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) pusing.

Udin berada di barisan paling belakang. Barisan yang begitu nyaman karena tepat berada di bawah pohon besar. Udin yang sudah lelah berdiri dan upacara yang tak kunjung dimulai akhirnya duduk lesehan di bawah pohon. Begitu nikmat dan nyaman. Seseorang melirik ke arahnya. Mahasiswa berkulit cokelat gelap, berkacamata bulat kayak Harry Potter, celana kedodoran dengan ikat pinggang rafia, semua itu dilengkapi dengan jaket almamater yang jauh lebih besar dari badannya.

"Apa lu liat-liat ? Awas aja kalau lu laporin ke anggota BEM !" bentak Udin.

Mahasiswa itu langsung memalingkan wajahnya dan memandang lurus ke depan. Udin cekikikan melihatnya. Sesaat kemudian dua anggota BEM cewek melintas di belakang barisan. Melihat Udin yang selonjoran, mereka hendak memperingatkannya. Udin yang sadar hal itu langsung memasang wajah menyeramkan dengan tatapan tajam. Kedua kaka senior itu berbalik arah meninggalkan Udin. Siapa saja pasti takut melihat wajah Udin.

Nih pasti dua kakak tingkat itu mau ngelapor ke anggota yang lain. Gue harus ikutan baris lagi nih. Yaaaaah, padahal lagi enakan selonjoran. Gumam Udin (Selonjoran adalah kosakata jawa yang artinya istirahat dengan meluruskan kaki)

Tepat apa yang dikatakan oleh insting Udin, lima menit berselang beberapa anggota cowok dan seorang anggota cewek datang. Namun mereka harus kecewa karena semua mahasiswa berbaris rapi. Akhirnya mereka mencari mangsa lain. Siapa lagi kalau bukan mahasiswa culun yang kini berdiri di samping Udin.

"Lihat kak Risa, baru berdiri beberapa menit saja kakinya udah gemetar gini, haha," kata salah satu senior cowok.

Senior cewek itu pun langsung menghampiri mahasiswa baru yng dimaksud.

"Apa-apaan ini ! Baru kali ini ada mahasiswa cowok lemah kayak gini. Sadar woy elu cowok. Kuat dikit napa," celetuknya dengan nada kasar setelah menendang kaki mahasiswa baru itu sampai tersungkur.

Udin sekilas melihat lengan kiri dari jaket BEM yang dikenakannya. Tertulis nama RISA dengan jabatan presiden BEM Fakultas Pertanian. Fakultas yang sama dengannya. Seketika Udin tidak suka dengan sikap senior semaunya seperti itu.

"Ini juga, jas almamater kok bisa kegedean gini. Terus semua baju lu kegedean semua. Ini baju elu apa bapak elu ?" tanya dia kepada mahasiswa itu.

"Aanu.. anu. Punya saya mbak," jawab mahasiswa itu gemetar.

"Nama elu siapa ?"

"Mm..mmmm...Mustofa mbak," jawab Mustofa masih gemetar.

Suasana kembali hening ketika komandan upacara menyiapkan barisan. Sang Rektor pun naik ke mimbar setelah dipersilakan. Diketuk-ketuk pengeras suara yang ada di depannya.

"Ini sudah nyala kan ya ? Nggak ada penyadapan suara kan ? Di sini nggak ada intel kan ? Tolong semua mahasiswa baru diperiksa abis ini. Siapa tahu ada yang bawa bom panci. Oh iya periksa juga. Mungkin ada yang bawa lightstick. Nanti malem kan ada konser si doi. Kalau punya lebih saya minta satu ya," Pak Rektor mengawali pidatonya dengan nyeleneh.

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang