Episode 26

4.7K 370 81
                                    

Pagi yang sejuk dengan cepat berubah menjadi siang yang panas dan gerah. Posisi desa yang berada di depat hamparan sawah yang luas membuat angin yang berhempus terasa sesak dan panas. Widya dan satu gengnya tidak mau keluar kamar sedikitpun. Dua kipas angin kecil dengan kecepatan maksimal mencoba mengobati rasa gerah mereka. Tentu sudah pasti ketika lebih dari satu cewek berkumpul ada saja yang dibicarakan. Dari semua pembicaraan itu hampir 90 persen adalah ngerumpi. Mustofa yang bersantai di ruang tengah mendengarkan obrolan mereka. Sampai Mustofa hafal siapa saja yang dirumpikan dan apa saja dosa mereka sehingga dijelek-jelekkan di dalam perkumpulan jahat tersebut.

"Ya Allah, semoga aku tidak berdosa mendengarkan ghibahan ini," gumam Mustofa sambil sedikit mengadah ke atas.

Unin dan Udin setelah dari jalan sehat dipanggil oleh pak kepada desa. Entah apa maksudnya, tapi sampai sekarang mereka belum kembali ke posko KKN. Mustofa yang setengah lelah menanti Udin kembali, dia iseng membuka instagramnya yang hampir setengah tahun tidak pernah dibukanya kembali. Terakhir dia membuka instagram, followersnya hampir 100 ribu. Dia jadi malas membuka lagi karena banyak notif yang sangat mengganggu. Akhirnya, enam bulan yang lalu dia uninstall instagramnya.

Di dapur, Putri sibuk mempersiapkan makan siang untuk satu kelompok. Kali ini dia membuat kari ayam. Memang kesukaan Putri adalah makanan yang ada kuahnya. Kebetulan semua kelompok suka dengan masakan dia.

"Lintang, bantuin gue dong ? Agak ribet nih," teriak Putri dari dapur.

"Wah lagi mager di kamar nih Put. Itu Mustofa ada di kamar tengah kayaknya tadi," jawab Lintang.

"Mus, tolongin dong," teriak Putri lagi tapi dengan suara yang lebih pelan. Sebenarnya dia sedikit ragu memanggil Mustofa. Wajahnya merona saat manggil Mustofa.

Mustofa terkejut dengan panggilan Putri itu.

"Tumben dia manggil gue. Kok gue jadi merinding," kata Mustofa sedikit bergidik.

"Oke Put. Tunggu ya," jawab Mustofa dari ruang tengah.

Mustofa segera bangkit dari duduknya. Dia masih membawa ponsel yang masih proses menginstall instagramnya. Di perjalanan ke dapur pun dia masih asyik dengan ponselnya. Akhirnya, instagramnya terinstall saat sampai di dapur. Akhirnya Mustofa bisa membuka akunnya, tetapi dia sigap menghampiri Putri yang kerepotan menata bumbu-bumbu.

"Ada yang bisa gue bantu Put ?"

"Emmmmm, bantu masakin nasi aja deh. Tuh rice cookernya ada di deket meja makan Mus."

"Oke siap."

"Emang udah bisa Mus ?"

"Wooo jangan salah. Gini-gini gue jago masak di antara temen kontrakan."

"Iya lah, temen elu cowok semua dan pada nggak bisa masak."

"Hehehe, tau aja elu Put," jawab Mustofa sembari menyiapkan beras untuk dicuci terlebih dahulu.

Tidak butuh waktu yang lama untuk mereka bisa akrab dalam mengobrol. Selama ini, mereka selalu kaku untuk ngobrol berdua. Tetapi, kali ini baik Putri maupun Mustofa sama-sama nyaman dan nyambung ketika berbicara. Tangan Putri yang cekatan mengolah bumbu dan semua bahan masakan tiba-tiba terhenti setelah melihat ponsel Mustofa yang tergeletak di dekat wastafel tradisional di posko itu. Dilihat ponsel tersebut dan membuat Putri sangat terkejut. Di layar sudah terpampang akun instagram Mustofa dengan followers hampir 2 juta akun. Putri terdiam. Dalam hatinya munculrasa minder dan tidak percaya diri. Bahkan dia merasa bingung dengan perasaannya yang sebenarnya tidak pantas ditujukan pada Mustofa yang berada jauh di atasnya.

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang