"Selamat malam mbak Risa..." sapa Udin dalam voice call melalui whatshapp.
"Malam. Ini dengan siapa ya ?" jawab Risa.
"Aku salah satu mahasiswa baru di fakultas mbak. Nggak perlu tahu namaku mbak. Lihat aja tuh di foto profil WA ku ada fotoku," lanjut Udin dengan suara yang berbeda. Dia menutup hidungnya agar suara yang keluar seperti disamarkan, walaupun akhirnya terkesan seperti orang yang lagi kebelet. Ditambah foto profil WA Udin adalah gambar moyet mangap.
"Oh, gue juga nggak perlu tahu nama lu. Nggak penting banget. Gue manggil elu monyet kan juga nggak papa kayak foto profilmu, haha. Ada apa ? Telpon malam-malam ganggu aja," Risa sedikit kesel sama si monyet itu (red: Udin)
"Nggak papa mbak kalau ane dipanggil monyet. Toh monyet semuanya ganteng kok. Ane yang paling ganteng," jawab Udin.
"Eh bocah bikin kesel aja. Dimana-mana tuh monyet nggak ada yang ganteng. Tuh muka 70% bibir gitu dibilang ganteng. Atau mungkin elu rajanya monyet yang kerjaan tiap malemnya nyolong kolor buat pesugihan," Risa tidak mau ngalah.
"Eh mbak. Gue tersinggung ya kalau mbak jelek-jelekin monyet. Mereka makhluk hidup kayak mbak juga. Mereka cari nafkah halal ya. Jangan samakan babi yang suka ngepet."
"Heleh elu muka kayak pipa saluran septik tank aja belagu. Dasar kotor ganggu orang mau istirahat aja. Besok gue cariin elu sampai ketemu terus gue hukum sampai elu nangis-nangis."
"Kesel gue ngomong sama elu mbak. Buang-buang kuota," Udin memutuskan voice chatnya.
Tuh orang doyan makan apaan ya. Lidahnya tajem banget. Emosi gue dengernya. (Udin bergumam dalam hati).
Sesaat kemudian Mahmud datang ke kamar Udin.
"Din, udah elu teror tuh nenek sihir ?"
"Udaaa.....,"
Belum selesai ngomong Udin teringat sesuatu. Dia menyadari betapa begonya dia.
"Astaga gue lupa ngasih videonya. Gue malah asyik berdebat sama dia dan gue malah ngambek sendiri," kata Udin sambil menepuk jidatnya.
"Elu bego atau noob siiih. Nggak bakat banget jadi penjahat padahal muka kayak orang kecanduan narkoba gitu," Mahmud khawatir rencana ini gagal.
"Oke gue kirim ke WA nya sama kata-kata bernada ancaman, hoho."
Sesaat kemudian Udin mengambil ponselnya dan mengirim video lewat WA dan diberi kata-kata :
Mbak Risa yang terhormat. Maafkan monyet yang lancang ini sebelumnya. Monyet ini sudah mengganggu istirahat mbak. Dengan ini saya melampirkan sebuah video. Video yang mungkin akan memotivasi mbak. Video yang dapat membakar gairah dan semangat mbak. Video yang akan bisa membangunkan mbak dari mimpi buruk mbak. Sungguh, ingin rasanya saya menyebarkan semua isi video ini kepada semua orang bahkan kalau bisa semua mahasiswa baru agar termotivasi oleh tindak luhur mbak. Tapi, bagaimanapun juga saya harus meminta izin mbak. Kalau diizinkan saya sebarkan sekarang juga, kemajuan teknologi membuat saya bisa menyebar ini dengan sekali sentuh atau klik. Akan tetapi, apabila bagaimana jikalau bilamana jika dan hanya jika mbak tidak menginginkan video ini menjadi renungan semua orang tetapi untuk konsumsi pribadi mbak, tentu ada pertukaran yang harusnya adil mbak. Setiap tetes peluh dan tetes darah ketika membuat video ini bukanlah pengorbanan yang kecil. saya harap mbak mengerti. Jika mbak tidak menginginkannya, saya hanya minta satu permintaan dari mbak. Besok, pada hari terakhir Ospek saya ingin mbak menyatakan cinta ke salah satu teman saya yang juga mahasiswa baru. Tentu mbak masih ingat mahasiswa cupu, dekil ,item, ngeselin, kecil, dan bullyable bernama Mustofa. Kasian dia sudah menjomblo dari lahir. Dan dia tergila-gila sama mbak. Tenang, saya sudah merubah sedikit penampilannya biar tidak malu-maluin mbak. Cuma itu mbak, saya tidak meminta lebih dari mbak. Sekian dari saya, semoga mbak bisa istirahat dengan tenang...
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kuliah Si Udin
HumorSudah tamat Sisi lain keseharian si Udin selama kuliah yang tidak lumrah dan sebenarnya tidak berfaedah untuk dibaca. Namun perjuangan mencari cinta lah yang menjadikannya seorang mahasiswa "luar biasa".