Episode 37 (Terakhir)

2.6K 120 17
                                    

Menjaga bukan berarti terjaga. Terjaga bukan berarti melindungi segalanya. Melindungi bukan berarti memiliki. Memiliki bukan berarti harus bersama. Bersama bukan berarti seindah sekata. Seindah sekata tidak selamanya bahagia. Kebahagiaan bukan tentang keegoisan diri merebut semua hal untuk bisa memiliki semua penyebab bahagia. Bahagia adalah tentang keberadaan diri yang membuat siapa saja merasa keindahan tentramnya hati. Begitulah prinsip yang sangat dipegang Udin saat ini. Dia hanya yakin hatinya jauh lebih kuat dari apapun. Udin hanya merasa, kebahagiaan dirinya adalah untuk membahagiakan orang lain di dekatnya.

Udin dan lainnya berjalan beriringan menuju teras rumah Unin yang sudah dipenuhi dekorasi bunga dan nuansa warna serba biru kesukaan Unin. Semua tamu undangan diberikan tempat tersendiri. Ada sebuah panggung hiburan kecil di pojok ruangan. Di dekat panggung itu terdapat beberapa tempat duduk yang akan digunakan Mustofa untuk melamar Unin. Sekilas, memang ini sudah terlewat batas hanya untuk sebuah lamaran. Beberapa wartawan sudah berkumpul dan mencari spot foto terbaik masing-masing. Reporter pun sudah mulai cerewet di depan kamera, melaporkan situasi terkini. Acara dimulai tepat setelah Isya'. Acara diawali dengan hiburan berbagai musik rebana dan gambus. Ada beberapa akustik nasyid yang menghiasi acara malam ini.

"Wah, ada Udin dan Uji," kata Laila yang lengket menggenggam tangan Dani.

"Oh Laila. Apa kabar ?" Uji menjawab sedangkan Udin hanya tersenyum melihat Laila.

"Alhamdulillah baik banget nih Ji. Pak Direktur kenapa diem aja ? Senyum gitu lho," ledek Laila.

"Ini juga senyum kali La," jawab Udin.

"Oh iya lupa, elu kan entah senyum atau marah sama aja. Sama-sama nakutin Din, haha," jawab Laila.

"Sue lu La," Udin dengan terkekeh khasnya.

Sesaat kemudian Putri datang dengan suaminya. Sama-sama suka olahraga membuat mereka seperti pasangan yang serasi. Keduanya mempunyai badan yang proporsional dan tinggi.

"Hai pak Direktur, apa kabar ?" kata Putri.

"Elu jangan ikut-ikutan manggil Direktur," jawab Udin.

"Oooh elu nggak setuju. Mau bogem kiri apa kanan ?"

"Ampuuuun," kata Udin sambil melindungi kepalanya dengan tangan.

Sontak hal itu membuat semua yang datang tertawa. Reuni yang tidak direncanakan. Mereka bisa bertemu dengan keadaan masing-masing. Satu per satu teman angkatan Udin datang membawa pasangan masing-masing, hanya beberapa dari mereka yang masih sendiri termasuk Udin. Kebetulan teman angkatan Udin ada yang bekerja di perusahaan ayah Udin. Tetapi Udin selalu meminta untuk bersikap seperti dulu saat kuliah. Dia ingin reuni ini menjadi pertemuan kembali yang dirindukan, bukan saling memamerkan apalagi bersikap seperti bawahan dan atasan. Semua orang saling bercengkrama satu sama lain. Banyak cerita yang terucap. Canda dan tawa selalu menghiasi setiap cerita yang terlontarkan. Memang, tiada yang indah dari rindu kecuali dipertemukan kembali.

Sesaat kemudian, kedua keluarga yang akan berbesan itu menyapa semua tamu undangan. Tiada yang lebih menarik perhatian kecuali Mustofa dengan setelan jas biru dipadu warna merah jambu dan Unin yang mengenakan gamis dengan warna senada. Wartawan langsung berhamburan mendekat dan mengabadikan momen kedatangan keduanya. Namun, pemandangan itu terlihat berbeda. Senyum Unin memudar. Bibirnya bergetar seperti menahan sesuatu. Matanya sembab. Warna cerianya berbeda dari yang dulu. Semua orang menyadari hal itu kecuali Udin yang tidak akan pernah tahu hal seperti itu. Putri terlihat cemas. Beberapa kali dia meremas jari-jemarinya. Di sampingnya, sang suami dengan sabar mencoba menenangkan Putri dengan memberikan sandaran di bahunya. Ketika Mustofa memegang microphone, semua tamu undangan dan wartawan seketika terdiam. Mereka memusatkan perhatian kepada Mustofa yang hendak berbicara sesuatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang