Episode 34

3.5K 317 71
                                    

Suasana di depan lapangan kecamatan menjadi ramai. Jalan di depannya sengaja ditutup demi kelancaran acara yang akan dilaksanakan pagi ini. Terlihat kesibukan di teras kantor kecamatan. Beberapa orang dengan baju seragam berwarna oranye dipadukan warna hitam dengan lambang daerah Wonogiri mondar-mandir menata perlengapan di panggung. Orang dengan pakaian oranye itu masih kalah jauh dengan jumlah mahasiswa yang mengenakan pakaian lapangan KKN. Mereka juga ikut andil membantu mempersiapkan segalanya. Sesuai rencana, pagi ini akan dilaksanakan jalan sehat yang akan dihadiri semua warga kecamatan tempat Udin KKN. Acara yang sudah digaungkan lama ini ternyata banyak menyita perhatian banyak orang. Ribuan warga langsung memadati lapangan yang cukup luas itu. Mungkin, tiga ribu warga lebih yang dengan suka cita ikut memeriahkan acara ini. Jumlah tersebut diluar prediksi panitia yang dari awal memperkirakan hanya maksimal satu ribu orang. Serangkaian acara sudah dipersiapkan matang. Mulai dari jalan sehat, pembagian hadiah yang hadiah utamanya adalah motor, panggung hiburan berupa musik dangdut, kegiatan bakti sosial berupa sembako murah, dan donor darah yang bekerjasama langsung dengan PMI.

"Waaah, banyak banget pesertanya ya mas Udin," kata Unin.

"Iyalah. Mereka ke sini gara-gara aku, haha," jawab Udin dengan ketawa lepasnya.

"Iya deeeeh mas Udin ganteng," jawab Unin ringan.

"Haah apa Nin ?"

"Mas Udin ganteng !" jawab Unin setengah berteriak karena riuhnya keadaan di sekitarnya.

"Bentaaar, tak tulis dulu namamu di buku spesialku ini," kata Udin saat mengeluarkan buku kecil dengan sampul bercorak batik seperti bukunya para rentenir yang hendak menagih hutang.

"Lha kenapa kok ditulis ?" Unin penasaran.

"Soalnya kamu orang yang bilang aku ganteng setelah kakek dan nenek yang bilang pas aku kecil dulu. Harusnya sih bapak sama ibu dulu terus pegawainya bapak eh keduluan kamu Nin."

Mendengar penjelasan itu Unin menepuk jidatnya dan tertawa lepas. Tertawa antara terhibur dan miris beda tipis.

"Ya ampuuun mas Udin. Ada-ada aja."

Saat mengobrol asyik dengan Unin, Udin dipanggil oleh pak camat dan diminta tolong untuk menjaga di garis finish tempat pengumpulan tiket untuk diundi saat pembagian hadiah. Kebetulan banyak dari mahasiswa KKN yang menjadi petugas pembagi tiket dan kekurangan di garis finish. Selebihnya, mahasiswa KKN yang tidak mendapatkan tugas meneman warga jalan sehat. Rute untuk jalan sehat kali ini cukup panjang dan pasti menguras energi. Keadaan tersebut dimanfaatkan Udin atas usulan semua koordinator desa untuk menyediakan tempat bagi pedagang kecil asli daerah itu dalam mempromosikan produknya. Hal ini juga dimanfaatkan oleh kelompok yang mendapatkan tema pengembangan UMKM untuk mengenalkan inovasi produk jajanan yang sehat dan murah serta unik.

Acara pagi itu didukung langit yang enggan memperlihatkan keperkasaan mentari. Suasana sejuk damai terasa dari awal sampai kerumunan manusia antusias menjalaninya. Senyum lebar dan sumringah tergambar hampir dari semua wajah mereka yang mengikuti acara jalan sehat. Udin terkekeh puas. Unin yang takjub melihat kerumunan manusia lalu mengabadikannya melalui kamera yang selalu setia menemaninya. Semua panitia tersenyum puas.

"Mas Udin, yuk bertugas," ajak Unin kepada Udin yang masih terdiam dalam lamunan panjang.

"Yuk. Jalan kaki aja ya ? Tempat pertukaran tiketnya cuma dua kilogram dari sini kok."

"Kilometer kali mas. Ya ampun sejauh itu kita jalan ?" jawab Unin mengeluh.

"Eh iya dua hektar maksudnya. Nggak papa Nin. Kan bisa sekalian diet biar nggak gemuk."

"Menurut mas Udin, Unin ini gemuuuk ?" kata Unin sambil menunjukkan tubuh mungilnya kepada Udin yang dia putar berkali-kali dengan kedua tangan di pinggang.

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang