Episode 25

4.5K 374 72
                                    

Satu malam pertama dilewati Udin dan Mustofa di posko KKN. Tidak banyak yang mereka lakukan. Setelah upacara di kecamatan, kelompok yang terdiri dari Udin, Mustofa, Unin, Putri, Widya, Laila, Lintang, Dewi, dan Septi sempat berkunjung ke rumah perangkat desa. Tentu saja minus Udin dan Unin yang baru saja sampai malam ini. Malam semakin larut dan hujan menyisakan dinginnya.

Kedatangan mahasiswa KKN di tempat tersebut menyita banyak perhatian. Bahkan, Udin dan Mustofa melayani banyak tamu dari anak-anak muda yang sekedar pengin kenalan ke mereka. Beberapa mengajak mereka untuk ikutan main karambol di salah satu pos kamling dekat rumah posko ini. Udin dan Mustofa memang ramah dan bisa mudah bergaul dengan siapa saja yang baru dikenalnya. Maka, tak heran jika mereka langsung diterima dengan baik di tempat yang baru.

"Mas Udin dan Mas Mustofa dulu kok bisa diterima di universitas negeri gimana tipsnya ?" kata salah satu dari mereka yang main karambol.

"Kalau aku sih belajar banyak buku latihan dan ikutan banyak try out. Sebenarnya ada jalur undangan, tapi aku nggak ikutan dan lebih milih jalur tes biar ngerasain rasanya ujian lagi, haha," jawab Mustofa.

"Kalau aku yang penting do'a. Lha wong aku ngerjainnya pake kocokan. Kalau do'anya nggak kenceng mana bisa ketrima," jawab Udin membuat seisi pos kamling tertawa.

"Aku tahun depan udah lulus SMA dan pengin banget bisa kuliah. Tapi deg-degan bisa ketrima atau nggak," kata salah satu pemuda itu.

"Malah bagus lho dari sekarang bisa dipersiapkan," jawab Mustofa.

"Eh, tapi di kelompok KKN ini ada yang seumuran kamu lho. Dia baru berumur 17 tahun."

"Wah serius mas ? Kok bisa umur 17 tahun sudah lulus dan KKN sekarang ?"

"Kalau nggak salah dia akselerasi beberapa kali. Pinter sih orangnya. Dia ambil jurusan kedokteran. Besok sering main-main ke posko aja. Aku kenalin nanti."

"Waaaah keren. Siap mas. Aku bakalan sering main ke posko kalau malem."

Sampai sekitar jam 10 malam mereka bermain karambol. Kantuk yang tak tertahankan menjadi alarm mereka malam itu. Udin dan Mustofa memutuskan kembali ke posko KKN untuk istirahat dan bersiap kegiatan keesokan harinya.

Sampai di posko, rumah kelihatan sepi. Semua sudah terlelap dalam tidurnya. Kali ini kelompoknya Udin cukup beruntung karena diberi tempat menginap rumah tersendiri oleh pak kepala desa. Jadi, mereka tidak perlu canggung lagi dan leluasa jika ingin menyusun rencana kegiatan. Putri masih tertidur di ruang tengah. Mungkin, teman yang lainnya tidak mau mengganggu istirahat Putri. Mustofa melihatnya sejenak. Mengambil selimut miliknya dan dipakaikan ke tubuh Putri yang berbaring kedinginan. Mustofa yang sedikit lebih banyak tahu sisi lain Putri sudah mulai terbiasa dan akrab. Sampai akhirnya mereka ikut terlelap.

Waktu menunjukkan hampir jam 3 pagi. Suara demi suara terus terdengar. Sunyinya malam semakin menambah jelas suara tersebut. Udin yang biasanya susah bangun akhirnya terjaga karena suara-suara kecil itu. Dia pun menuju ruang tengah dan menyalakan lampu. Sesaat kemudian seseorang keluar dari kamar perempuan. Ternyata Unin yang masih mengucek matanya berkali-kali. Dia melihat ke arah Udin yang duduk di sofa tengah.

"Eh mas Udin, sudah bangun ?" kata Unin dengan suara pelan.

"Sudah, tapiii...." jawab Udin hanya setengah setelah melihat Unin.

Unin pun sadar. Dia keluar dari kamar tanpa jilbab. Kebiasaan di rumah yang masih terbawa di posko.

"Aaaaaah. Maaf," jawab Unin manja sambil menutup wajahnya dan kembali ke kamar untuk memakai jilbab.

Catatan Kuliah Si UdinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang