"Gue Uji, ini Bopila dan satunya Mahmud," Uji memperkenalkan teman-temannya kepada Udin.
"Salam kenal. Gue Udin. Gue satu program studi dengan kalian. Kalian ngekos di mana ?"
"Kami nggak ngekos. Ini ngontrak rumah di belakang kampus. Sebenarnya bukan cuma bertiga doang. Ada satu lagi..." Uji menjawab pertanyaan Udin dan tidak lama kemudian seseorang datang.
"Tuh orangnya baru diomongin udah nongol aja," spontan Bopila.
Udin terkejut. Ternyata orang itu adalah Mustofa. Wajah kusam dengan kacamata melorotnya berjalan cupu mendekati Uji dan lainnya.
"Ayok pulang Mus. Udah nggak usah difikirin Ospek tadi. Emang tuh mbaknya rese banget," Mahmud mencoba mencairkan suasana.
"Bentar. Kontrakan kalian masih ada kamar kosong nggak ?" Udin tiba-tiba memecahkan keheningan di jalan menuju parkiran.
"Hmm, masih satu Din. Kebetulan belum ada yang nempatin," kata Uji.
"Oke mulai malam gue pindah ke kontrakan elu. Masalah bayaran nurut saja mah gue. Gue minta nomor HP elu aja Ji," Udin langsung ke intinya.
"Oke Din. Nih nomer HP gue," Uji memberikan kartu namanya seakan dia orang yang terkenal dan orang penting.
"Oke nanti gue mau ngomong sesuatu. Ada hal yang nggak bisa gue terima dari Ospek hari ini. sekalian saja nanti malem kita cari barang–barang buat Ospek besok," Udin mengakhiri perbincangan sore itu.
Udin segera membereskan semua barangnya. Dia langsung menuju kontrakan yang alamatnya sudah dikirim Uji lewat SMS. Sesampainya di sana, mereka berkumpul mengadakan rapat di ruang tengah membahas yang Udin katakan sorenya. Udin sendiri turun tangan memimpin rapat. Dia menceritakan semua yang ingin dia lakukan di Ospek besok.
"Jadi gini gaes, gue sebenarnya gak setuju sama cara tuh nenek sihir mimpin Ospek. Kalian tahu sendiri Mustofa udah dipermalukan abis-abisan. Kalau bukan cewek udah gue tonjok di tempat. Nah, dari itu gue seharian ngerekam video aktivitas dia selama mimpin Ospek. Ternyata dia ngerokok, buang sampah sembarangan, kata-katanya kotor saat ngobrol sama temennya, dan banyak lagi hal buruk yang dia sembunyikan. Gue niatnya pas hari terakhir kita minta dia nembak Mustofa di depan mahasiswa baru lainnya. Kita ancam kita bakalan nyebar video itu ke semua orang. Nah, hari kedua kita dandanin Mustofa biar lebih kerenan dikit. Biar terkesan dia bener-bener suka sama Mustofa setelah liat perubahan itu. Selebihnya gue yang urus setelah itu," kata Udin panjang lebar kali tinggi kuadrat.
"Gile lu Din. Gapapa nih kita lakuin kayak gini ? Resikonya gedhe banget," tanya Bopila ragu.
"Gue yang bertanggung jawab. Kalian main di belakang layar. Gue pastikan kalian tidak akan terlihat terlibat dalam hal ini," jawab Udin.
Semua saling memandang satu sama lain meminta pendapat. Beberapa menit kemudian mereka setuju dengan ide Udin.
"Gue punya kenalan cewek yang suka nyalon. Kebetulan dia juga kuliah di sini tapi sudah semester 3. Gue tadi udah tanya dia mau ndandanin Mustofa. Ini kita tinggal tunggu Mustofa. Dia kemana sih ?" kata Udin.
"Baru cari makan, dia kalah suit tadi jadinya dia yang beli. Paling sebentar lagi sampai sini," jawab Bopila.
Sesaat kemudian Mustofa datang membawa seplastik besar makanan.
"Nah ini orangnya, buruan ikut gue Mus," Udin langsung menyeret Mustofa naik motornya.
Seplastik makanan langsung diambil Uji. Udin tancap gas bersama Mustofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Kuliah Si Udin
HumorSudah tamat Sisi lain keseharian si Udin selama kuliah yang tidak lumrah dan sebenarnya tidak berfaedah untuk dibaca. Namun perjuangan mencari cinta lah yang menjadikannya seorang mahasiswa "luar biasa".