Asal kalian tahu, kemarin Cessa tidak masuk kerja dan itu karena Edward yang malah betah bermain dengan Malika. Menyebalkan sekali, dan Cessa hanya tertawa mengejek pada Edward yang seperti orang idiot.
"Kemarin kamu ke mana? Aku dengar kamu izin lewat Dele?" Cessa mengerjapkan matanya, izin, kayaknya enggak. Tapi Cessa malah mengangguk, "I--iya, aku sedikit nggak enak badan," Anne menautkan alisnya, "Bukannya kamu family time dengan Boss?" kali ini Cessa melotot dan duduk di kursi kerjanya.
Jika ada kabar yang lebih buruk lagi dan berhubungan dengan Edward, tolong panggil ambulans, Cessa terkena serangan jantung mendadak.
"Wajahmu pucat? Apa kau butuh sesuatu, Fre?" Cessa menggeleng dan mulai menyalakan komputernya.
Edward Omes, awas kau! Berani berhadapan dengan iblis sepertiku.
***
Edward hanya menatap layar laptopnya dengan senyum, kemarin... haha dia ngakak mengingat wajah asam Cessa yang ia suruh tidak perlu berangkat ke kantor. Suami yang baik, eh?
"Om, apa kita bisa main?" Suara Rena--anak Romy--terdengar dan muncul di depan meja kerja Edward. "Main om," Edward bangkit, "Papah Romy mana? Kok kamu ada di sini?" Edward menggendong tubuh mungil Rena. "Rapat, tadi aku minta ikut karena mau main bekel sama Om,"
"Be--bekel? Apa kita nggak bisa main yang lelaki dikit?" Rena menampar pipi Edward pelan, "Om kira aku anak apaan? Aku cewek! Atau kita main boneka?" Mata Edward makin melebar. Bekel saja tidak setuju apalagi boneka, bisa-bisa maskulinnya luntur.
"Ayo, Om!" Rena mengacungkan bola bekelnya dengan biji emasnya juga. Edward berpikir sejenak, jika ia tidak turuti Rena itu anak manja, sekali nggak diturutin, nangisnya bisa berhari-hari. Kalau ia turuti, luntur sudah kejantanannya.
Edward memilih opsi pertama dan bergabung dengan Rena yang sudah duduk, "Kamu makin jago, ya," Rena mengangguk. Sudah Edward pastikan, Romy jadi keibuan, bergaya feminim dengan celemek yang menggantung sambil bermain bekel atau mengerjakan berkas kantor. Oh itu sangat... Edward hindari.
"Om kecrek lima dong!" Edward menautkan alisnya, "Kecrek lima maksudnya diapain?" Rena memutar bola matanya, "Ambil satu-satu dalam sekali pantulan bekel, ngerti?" Edward menggeleng. "Ya udah suka-suka Om!" Rena bersedekap memperhatikan permainan Edward.
"Idiot! Eh," Edward menoleh ke sumber suara, Cessa! Ia berdiri di muka pintu dengan membawa beberapa berkas, tadi Edward yang meminta untuk membawakannya.
"Hahaha emang Om Edward idiot tingkat maksimal," Edward melotot. Segera ia bangkit dan menetralkan ekspresi, kali ini emang beneran luntur maskulinnya. "Ren, kamu bisa keluar dulu?" Suara tanya Edward yang lebih kepada pengusiran.
Rena melempar bola bekelnya ke wajah Edward dan membanting pintunya dengan keras, Cessa tersentak melihatnya, "Dia lebih terlihat seperti bocah iblis," gumam Cessa dan memukul mulutnya pelan.
Edward hanya diam, ia duduk di sofa, "Apa kau akan hanya diam, eh? Duduk di sampingku," Edward menepuk sofa di sampingnya, Cessa duduk, pegel juga kalau harus menunggu Edward yang sangat teliti membaca sampah kertas itu.
Alis Edward tertaut, "Kenapa?" Tanya Cessa yang menyadari akan ada kesalahan, "Bagaimana bisa kau melupakan rincian dana untuk projek ini?" Cessa menepuk jidatnya, "Kau lupa? Apa nanti jika aku menjadi suamimu kau juga lupa memberiku jatah?" Mata Cessa melotot, "Bener, deh! Kau itu sungguh menyeramkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomanceFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...