BAB 6: Jadi Asisten Sehari

190K 8.7K 221
                                    

"Are you kidding me?" Mata Cessa membulat sempurna, tatapannya menghunus Edward yang dengan santainya bilang, "Kamu jadi asisten saya seharian ini, ini hukuman!" Dan menyeruput kopi hitamnya.

Edward itu punya otak atau enggak, sih?

"Tapi saya mana bisa," Edward memakan waffle dan menatap Cessa, "Kamu bisa, jika bersamaku," Cessa melongo, "Oh, hebat sekali, sekarang kita seperti pasangan suami-istri sungguhan," Edward menautkan alisnya, "Saya nggak bilang gitu, ayo ikut!"

Edward menyampirkan jas hitamnya di bahu dan keluar dari ruangan dengan Cessa yang membawa buku kecil, takut harus ada yang ia catat.

"Dele, tolong berikan kerjaan Frecessa kepada karyawan yang lain, dia ada urusan denganku, dan kau tak perlu ikut seharian ini," Dele mengangguk patuh.

Cessa tersenyum kaku pada Dele, sedang Dele mengerlingkan matanya seperti berkata --kau hebat, bisa menggaet Boss kita-- Cessa hanya menggaruk tengkuknya dan berlari karena Edward sudah memasuki lift.

"Mau ke mana kita?" Edward tertawa mendengarnya, Cessa terpana akan lengkungan sabit itu, Cessa tidak sadar kalau Edward sedang tertawa itu manis sekali, karena dia fokus memarahinya.

"Pertanyaamnu seperti Dora, aku bukan monyetmu ataupun peta yang harus menjelaskan, just follow me,"

"Aku tidak berniat mem-following, bisa-bisa aku ikut terjerumus dalam dunia omesmu!" Edward tersenyum simpul, dia suka dengan Cessa yang seenaknya mengatai dirinya omes.

Lift terbuka, Edward langsung berjalan mendahului Cessa, tepat saat mereka keluar gedung, satu unit mobil keluaran terbaru tahun ini terparkir.

"Cepat masuk!" Edward membunyikan klakson, Cessa buru-buru masuk, bodoh sekali dia malah terpana akan mewahnya mobil milik Edward.

***

Cessa menatap keluar jendela mobil, bosan sekali melihat Edward yang fokus pada berkasnya dan terkadang justeru memainkan spinner.

"Memangnya kita mau ke mana, sih?" Cessa menatap Edward dengan sebal, "Bandung, aku ada rapat di sana dan kau ikut rapat nanti," katanya dan kembali fokus pada laptopnya.

Cessa yang penasaran, melirik laptop yang sedari tadi Edward sentuh, mata Cessa membulat dan merampas laptop Edward, "Ini seharusnya saya yang mengerjakan, jika Anda menyuruh saya menjadi asisten, Boss," ucap Cessa dan mulai menggantikan Edward yang justeru mengerjakan pekerjaan Cessa.

Edward memencet tombol di samping kursinya, tertutup sudah antara kursi penumpang dengan kursi kemudi.

"Asisten yang ku maksud adalah asisten yang menjadi penghibur," Cessa mendongak, dan langsung Edward cium bibirnya yang terbuka, Cessa berusaha mundur, tapi tangan kiri Edward menahan tengkuknya dan tangan kanannya memegangi dagu Cessa, laptop yang Cessa pegang sudah terhempas jatuh tak berdaya.

Tanpa Cessa sadari, sekarang ia sudah berada dalam pangkuan Edward, ciuman Edward makin menuntut, Cessa membalas dengan sama menuntut.

"Kau itu asistenku," bisik Edward dengan napas yang tersengal, "Tapi bukan asisten yang lainnya, hanya kantor, "Cessa memukul Edward dan buru-buru turun, karena roknya tersingkap.

"Dan aku merasa seperti pelacurmu,"

"Kau bukan pelacur, hanya seksi yang membuat aku tergoda, makanya jangan seksi-seksi."

Big Boss and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang