"Kau siapanya Carly?" Tanya Dawin sambil menghisap candunya.
Alex terbangun dari tidurnya, semalaman dia tertidur dengan keadaan duduk dan tangan terikat.
"Apa aku bisa meminjam ponselmu? Aku ingin memastikan suatu hal." Pinta Alex.
Dawin mendekat, "Kau mau apa? Menelepon seseorang?" Alex mengangguk, "Kau sebutkan saja nomornya." Kata Dawin, Alex menyebutkan deretan nomor yang ia hafal di luar kepala.
Jari Dawin menekan tombol speaker, disambungan ke delepan, telepon diangkat.
"Ha--halo, Car, ini aku Alex,"
"Alex? Mau apa kau?"
Dawin hanya diam, lalu Edward datang dan duduk dekat Alex.
"Aku mau anakku, kalau aku tidak dapat kau, aku mau anakku, dia darah dagingku!" Kata Alex dengan nada tinggi.
"Diam kau! Kau itu denganku tidak ada hubungan apa-apa, apa kau butuh uang? Sebutkan saja! Aku tidak mau memberi anak ini, karena janin ini, pernikahan aku akan dipercepat, lagian kita juga sudah sepakat, kau hanya sebagai teman ranjangku, tidak lebih!"
Tangan Edward mengepal kuat menahan amarah yang akan meledak. Dawin sudah mengipas-kipaskan lehernya dengan kertas koran.
Alex meneteskan air matanya, "Aku salah. Dan sekarang aku ingin menata hidup yang lebih baik lagi. Dengan cara, merawat anakku sendiri, aku sudah tidak peduli apa kau mencintaiku atau tidak."
"Awas saja ya kau! Hari kematianmu sudah aku bulatkan di kalender! Sekali kau berucap pada Edward dan Dawin, mati kau! Atau... aku akan membunuh bayi ini."
"Jangan... aku mohon jangan. Janin ini tidak punya salah, ini salahku."
Carly langsung memutuskan sambungan teleponnya. Alex tersenyum miris, "Kalau aku akan ceritakan semuanya, apa anakku akan selamat, jika aku berpihak pada kalian?" Tanya Alex menatap Edward dan Dawin secara bergantian.
Edward menepuk bahu Alex, "Kau datang pada orang yang tepat, aku akan menjaga Carly sampai anak itu lahir, kau tenang saja."
Mata Dawin melirik ke kanan dan kiri, "Kita pindahkan Alex ke ruang bawah tanah saja, di sini mulai tidak aman, sepertinya Nelson mulai menurunkan anak buahnya."
"Maksudnya? Bukan kah Nelson masih di rumah sakit?"
"Dia kemarin menatapku curiga, karena aku malas untuk berbincang dengannya. Pembohong akan selalu berpikiran negatif pada orang lain." Ujar Dawin.
Edward melepas ikatan yang mengikat tangan Alex dan membawanya pergi dengan bersembunyi.
"Kau bermain licik, aku bisa lebih licik dari ini." Gumam Dawin.
***
Andin meringis melihat Malika yang sedang diunyel-unyel wajahnya oleh Rena.
"Ren, kasihan Malika tidak bisa bernafas dengan baik." Kata Andin dan mendekati Rena.
"Kalau sudah tidak bernafas, tinggal beli lagi saja anjing yang baru, hidup jangan dibawa sulit, Kak Andin." Sahut Rena.
Romy berdeham.
"Kamu kalau dibilangin sama orang yang lebih tua kenapa suka banget nyahutin? Tidak sopan!"
"Kalau tidak disahutin, nanti bilangnya 'kamu kalau dibilangin orang yang lebih tua, bukannya dengerin' begitu." Kesal Rena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomanceFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...