Cessa sudah duduk nyaman di kursi penumpang jet pribadi Edward, sedangkan Edward sendiri menyibukan diri dengan makanannya.
"Memangnya kita mau ke mana? Kita pulang, kan?" Edward menghentikan makan siangnya, "Kau mau diam atau aku perkosa saat ini juga? Mengganggu saja." Edward kembali makan.
"Begitu saja harus perkosa, apalagi aku mengambil makanannya, aku sudah hamil kali." Cibir Cessa dan tak lama mereka pesawat take-off.
Pandangan Cessa hanya keluar jendela, melihat indahnya kota Beijing. Persetan dengan Edward yang ingin mengajaknya ke mana lagi.
Edward melirik Cessa saat ia sudah selesai makan, Cessa tertidur, Edward langsung membopong tubuh Cessa ke kamar tidur di jet miliknya.
"Padahal kita hanya akan menempuh perjalanan tiga jam kenapa kau malah tertidur?" Edward melepas sepatu Cessa dan menyelimutinya.
"Dan kenapa aku sekarang merasa seperti pembantunya?" Edward ikut berbaring di samping sambil mengerjakan berkas yang belum terselesaikan.
***
"Hoam, kita di mana?" Mata Cessa langsung terbuka lebar saat tau dirinya sudah berada di mobil, di samping Edward hanya menatap keluar jendela.
"Kita ada di Shanghai, aku ingin me-refresh otak, sepertinya makin konslet."
Cessa yang mendengarnya tertawa, "Baru sadar!"Lalu pandangan Cessa beralih ke gemerlapnya dunia malam di Shanghai.
"Hey, ini Nanjing Road, bukan? Ah aku dari dulu ingin sekali ke sini, ini tempat yang sangat ramai, seperti di Jepang."
"Kenapa kau tidak bilang kita akan ke Shanghai? Kan, bisa kita naik kereta cepat," Edward menoleh, "Kalau naik kereta, kau ingin pegal, menempuh perjalanan selama lima jam dan berdesakan, aku sih no!"
Cessa hanya tertawa dan ikut keluar saat mobil berhenti, bersamaan dengan Edward yang keluar.
"Aku ingin jalan-jalan, kau ikuti aku, nanti hilang, aku yang ribet sendiri." Cessa menggenggam ujung jas Edward.
"Bukan begini," Edward mengambil tangan Cessa dan menggenggamnya, "Tapi begini," mereka berjalan beriringan di antara pejalan kaki yang lainnya.
Nanjing road di malam hari dipenuhi lampu warna-warni yang menyerupai pelangi. Tempat ini juga pusat perbelanjaan paling sibuk di Shanghai.
"Kenapa kita tidak mencari souvenir?" Edward berhenti, "Kenapa kita tidak bersantai di kedai kopi?"Cessa mendengus, "Bosan!" Edward menyapu pandangannya sampai ia menemukan kafe yang banyak dikunjungi anak muda.
"Ke sana saja. Ayo!" Edward membelah lautan manusia, mereka duduk di bangku luar, agar bisa melihat keramaian Nanjing.
"Kau lupa membawa mantel, hm?" Tanya Edward yang melihat Cessa menggosok-gosokan kedua telapak tangannya.
"Eh, tidak perlu, kau juga membutuhkan ini," Cessa melepas mantel Edward dan memberikannya, "Kau yang lebih membutuhkan, aku masih ada jas." Cessa mengangguk dan kembali memakainya.
Seorang pelayan datang.
"Ah, dingin seperti ini lebih enak minum arak, apa aku ke bar saja membeli vodka." Cessa melotot, "Minum jahe saja, itu lebih hangat dan sehat,"
"Sebenarnya lebih hangat lagi jika---"
"Jangan berpikiran mesum! Kau cari saja wanita China yang bersedia menjadi wanita kasur mu!" Edward mengerenyit, "Aku hanya ingin bilang, lebih enak jika ditambah jagung rebus pakai susu manis,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomansaFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...