Mata Cessa melebar saat ia melihat Juli yang sedang menggendong Malika. "Juli? What the fuck! Kau baru muncul hari ini, ke mana saja kau selama ini?" Cessa mendudukan dirinya.
Juli menunjukan cengiran, "Maaf, kau tau aku sibuk dengan para anjing ku. Dan kemarin, saat aku membuka cabang jasa penitipan anjing, pacarmu datang. Betapa terkejutnya aku, kau sudah punya pacar!" Ujar Juli dengan panjang lebar.
"Wah! Kau makin sukses dengan anjing haha. Tapi tunggu? Pacarku?"
Juli mengangguk, "Edward! Dia mendatangi ku dan menginformasikan kau! Dasar teman macam apa kau? Aku ini masih teman mu, kan? Sakit tidak bilang!" Ketus Juli dan menaruh Malika di kolong brankar.
"Malika, aku mau menggendongnya dulu."
Juli melarang, "Sudah! Kau sedang sakit, nanti tambah sakit memegang Malika yang juga sakit. Beruntung saat Malika kejang-kejang kemarin, ada Edward yang siaga. Kalau tidak, lewat deh si Malika."
Cessa menatap Malika dengan mata sendu. Setelah ini, Cessa akan berterima kasih pada Edward yang mau membuang waktunya hanya untuk Malika.
Juli tersenyum dan memeluk Cessa. Begitu juga dengan Cessa. "Kita seperti di drama, berpelukan untuk melepas rindu." Ucap Cessa dan tertawa sambil mengeluarkan air matanya.
"Hey! Kau kenapa? Aku jahat, ya karena sibuk dengan usaha ku?" Juli melepas pelukannya dan menghapus air mata Cessa dengan jempolnya. Cessa menggeleng, "Aku... mau jadi seperti mu. Yang kuat, yang sabar, dan yang tidak murahan."
Juli kembali memeluk Cessa, "Sssttt, kau cukup menjadi dirimu, yang nakal tapi menyenangkan. Lagian, siapa yang bilang kau murahan? Dia hanya sirik dan tidak suka akan dirimu saja. Tidak perlu dipikirkan, pikirkan orang-orang yang menyayangi mu saja!" Juli tersenyum sangat menenangkan.
"Kau dan... dia kapan meresmikan pacaran? Apa karena aku sibuk, hingga kau lupa bercerita?"
Cessa memukul bahu Juli pelan, "Aku tidak ada apa-apa dengannya! Dia sudah memiliki tunangan."
"Wah! Berarti kalau tidak ada tunangan, kau mau?" Juli menaik turunkan alisnya. "Jangan menggoda ku begini!" Cessa menutupi wajahnya yang akan memerah.
"Sudah lah! Mengaku saja, aku ini teman, kakak, sahabat, bahkan bisa menjadi ibumu." Juli mencolek dagu Cessa berulang kali, "Juli, stop it!" Juli tertawa dengan kencangnya.
Di balik pintu yang tertutup, Edward menguping pembicaraan antara Cessa dengan temannya, Juli. Senyum terukir jelas di bibir leci Edward. Dia senang melihat Cessa yang bisa tertawa dan malu-malu ditanyakan soal Edward, Boss nya yang tampan, idiot, dan menggemaskan.
"Kau sedang apa? Tidak mau masuk?" Tanya Romy membuat Edward terlonjak kaget, "Kalau aku punya penyajit jantung, mungkin aku mati saat kau datang dengan tiba-tiba." Edward mengelus dadanya.
"Ayo, masuk!" Romy membuka knop pintu dan mengajak Edward masuk. "Ayo, masuk! Kau seperti anak kecil yang malas sekolah!" Romy masih menarik-narik Edward agar masuk.
"Romy? Kau sedang apa?" Suara tanya Cessa yang melihat Romy sedang menarik sesuatu. "Ada anak idiot yang tidak mau masuk."
Cessa mengernyit, "Siap---Edward?"
Edward menatap tajam Romy. Dia menyentak pegangan Romy dan berkata, "Aku tidak mau merusak hari indah ini." Edward merapikan jasnya dan pergi begitu saja.
"Ada apa dengannya?" Juli angkat bicara, setelah tadi dia menahan tawanya melihat dua pria sedang tarik-menarik.
"Obatnya abis!" Lalu Romy ikut pergi juga.
"Kakak-adik idiotnya sama. Hanya sikapnya berbeda, sedikit." Gumam Cessa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomanceFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...