BAB 18: The Dinner

126K 6K 77
                                    

Edward memasuki restoran berbintang dalam balutan jas hitamnya dan tetap dengan wajah datarnya.

"Aku malas jika harus menunggu. Lima menit belum muncul, aku pulang!" Ucap Edward saat berdiri tepat di Dawin yang sudah datang lebih dulu.

"Tenang saja, dia akan datang sebentar lagi. Nah itu dia!" Dawin berdiri dan bersalaman dengan pria yang seumuran dengannya lalu pria itu mengajak Edward bersalaman, Edward berdiri.

"Salam kenal," ucap Edward singkat dan kembali duduk.

"Ah, iya putriku sedang ada di toilet, dia akan ke mari sebentar lagi."

Lalu hidangan datang satu persatu, Edward makan hidangan pembuka dengan tidak berselera.

"Ke mana putri Anda Tuan Nelson?" Tanya Dawin yang belum juga melihat putri Nelson.

"Mungkin dia ada masalah dengan perutnya, kita tunggu saja," Tuan Nelson melirik-lirik pintu yang menuju toilet, perasaannya mulai gusar.

"Kau sepertinya tidak sabar, Ed?" Dawin menaikan sebelah alisnya. Edward berdecih, "Aku hanya merasa terhina di sini, bisa-bisanya anak Tuan Nelson belum datang ke sini." Edward memerintah pelayan untuk membawakan nya hidangan utama.

"Kenapa anak mu lama sekali? Ini sudah hampir satu jam," kesal Dawin dan memerintah salah satu pelayan wanita untuk memeriksa toilet.

Tidak lama pelayan tadi datang, "Tidak ada siapa pun di toilet," Nelson bangkit dan menelfon anaknya tapi tak kunjung diangkat.

Edward mendengus, "Seharusnya aku tidak datang, membuang waktu saja!" Edward mengelap bibirnya dengan serbet dan langsung pergi tanpa permisi pada Dawin dan Nelson yang kebingungan di mana anaknya.

"Gagal lagi mereka bertemu." Gumam Dawin sambil mengacak rambutnya.

***

Seorang wanita mengenakan dress biru langit dengan sepatu di genggaman itu berlari menjauhi sebuah restoran, ia baru saja berhasil kabur lewat toilet.

Karena tidak lihat-lihat wanita itu menabrak wanita hingga dirinya terjatuh, "Kau tidak apa-apa, Nona?" Tanya Cessa, wanita yang ditabrak.

Cessa membantu wanita itu bangun dan membersihkan dressnya yang terkena tanah, "Aku baik-baik saja, maaf," Cessa tersenyum, "Apa di tikungan depan ada penjahat?"

"Ini lebih jahat dari seorang penjahat," Cessa tertawa mendengarnya, "Maaf, Nona aku tidak mengerti arah pembicaraan mu," Cessa kembali melanjutkan jalannya.

"Eh, apa kau ingin membantu ku?" Cessa menaikan sebelah alisnya, "Ke mana saja, yang penting aku tidak ada yang menemukan ku, aku ingin sembunyi." Katanya dengan nada memohon.

Untuk beberapa saat, Cessa terdiam sampai akhirnya ia mengangguk karena kasihan, jika wanita ini masih di jalanan sudah pasti ada orang iseng dan akan memper---oh itu kejam sekali.

"Siapa namamu?" Wanita tersebut tersenyum dan mengeulurkan tangannya, "Carly Nelson dan kau?" Cessa menerima uluran tangan seraya tersenyum, "Frecessa Laurentine,"

"Jadi... apa aku boleh---"

"Mari ikut denganku."

***

Cessa membuka pintu apartemennya, ia melotot saat tau pintu tidak terkunci, seingatnya ia mengunci dan segera saja ia masuk.

Big Boss and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang