"Tolong kau masukan ini ke mobil dan masukan barangnya ke apartemen ini." Romy memberikan secarik kertas putih pada sopirnya. Lalu sopir pribadinya pergi dengan dua tas berukuran sedang.
"Apa tidak merepotkan? Aku bisa pesan taksi dan kenapa sopirmu saja yang ke sana. Kita tidak ikut?"
Romy tertawa, "Kita naik mobil yang berbeda." Lalu Romy mengajak Cessa masuk lift. Hari ini, Cessa sudah bisa pulang, tapi Juli tidak bisa karena masih ada urusan. Edward? Entah.
Tangan Romy menggenggam erat telapak Cessa sampai di lobipun, Romy masih menggenggamnya. Dan mereka menaiki mobil silver Romy.
"Kita mau ke mana?"
"Kepalamu tidak sakit, kan? Aku mau mengajak ke suatu tempat. Dan aku harap kau menyukai ini." Senyum Romy tercetak jelas, tanpa sadar Cessa juga ikut tersenyum.
***
Cessa masih bingung dan hanya diam dekat tangga. "Kenapa kita ke sini?" Cessa melihat sekitarnya, mereka berada di rooftop dengan meja bundar kecil di tengah. Hanya ada mereka berdua.
"Duduk lah," Romy yang sudah duduk duluan, menatap geli Cessa yang masih enggan duduk.
Akhirnya, Romy bangun menghampiri Cessa dan diangkatnya tubuh Cessa, "Hey! Apa yang kau lakukan? Hentikan! Aku bisa jalan sendiri!" Cessa memukuli bahu Romy.
Sampai tubuhnya diturunkan di kursi. Mata Cessa masih melihat sekitar, hingga datang seorang pelayan membawakan makanan pembuka.
"Kenapa kita di sini? Kau belum menjawabnya!" Cessa bersedekap.
Romy menggeser kursinya, sehingga mereka duduk bersampingan, "Aku tidak pernah takut untuk mencoba sebuah hubungan baru. Aku sadar akan hubunganku di tahun-tahun lalu," Romy mengambil tangan Cessa.
"Aku sadar akan umur dan tidak ingin lagi bermain, jadi..."
Cessa menelan salivanya dengan susah payah, "Jadi...?" Ulang Cessa.
Romy mengeluarkan sebuah cincin putih dari kantung jasnya, "Will you marry me?" Ucap Romy dengan mantap.
Cessa menutup mulutnya yang terbuka dengan satu tangannya. "Are you kidding me, right?" Romy menggeleng, "I'm serious. I... love you and I need you. I like when you smile cause me. And... I really really want you be my wife."
Cessa menarik tangannya dari genggaman Romy. "Kamu pasti lagi mabuk!" Ucap Cessa dengan mata yang berkaca-kaca.
"Fre, aku serius. Aku mau menikah denganmu. Kamu suka sama Edward?"
Cessa diam.
"Aku tidak mau memaksa kamu. Tapi, ada baiknya kamu melupakan rasa cinta yang tidak terbalas. Ayo, kita bangun rumah impian kita." Romy mengambil lagi tangan Cessa.
Cessa masih terdiam.
"Kita tidak akan menikah. Cuma, kita akan jalanin saja dulu, kalau hasilnya tidak cocok. Kita putus hubungan ini."
Tanpa sadar, air mata Cessa meluncur dan ia mengangguk. Menerima pernyataan Romy barusan. "I---iya, aku terima."
Mata Romy melebar. "Kamu serius? Whoa!" Romy menarik Cessa ke dalam pelukannya.
'Mungkin, ini cara aku melupakan perasaan aneh terhadap Edward. Maaf, Romy aku bohong soal aku menerima ini semua. Hatiku sudah diikat, entah dengan siapa' batin Cessa dengan air mata yang makin mengalir dan membasahi jas abu-abu Romy.
'Maaf, Fre aku bohong tentang rasa ini. Sejujurnya, dari awal aku bertemu tadi, aku suka dengan teman mu. Ini semua kak Edward yang meminta, bukan hati aku' Romy tersenyum melihat Edward yang berdiri dipojok dekat pepohonan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomanceFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...