"Jadi... aku harus mengerjakan ap--a?" Cessa terdiam menatap Edward yang tidak tahu malu keluar dari kamar dari kamarnya hanya mengenakan handuk yang ia lilit di pinggang hingga atas lututnya.
Cessa sulit melepaskan pandangan dari perut Edward yang seperti roti sobek, "OMES!" Cessa tergagap dan langsung melotot, "Yang menyandang gelar omes itu hanya kau!"
Edward berjalan mendekati Cessa yang duduk tegang di kursi minimalis, "Kau menyandang sebagai penikmat dari ke omesan ku ini," Edward menyeringai, tapi Cessa menahan napasnya.
"Kau beruntung aku tidak langsung melepas handuk dan membopong dirimu ke ranjang," Cessa memutar matanya malas.
"Kau periksa berkas itu dan tolong kau fahami yang akan dirapatkan nanti," Cessa mendongak, "A--apa? Aku ikut rapat dengan mu?" Edward mengangguk, "Tommy akan ke sini dan membantu kita,"
"Bukan itu, tapi kenapa aku? Kau bisa mengajak Dele atau Anne!"
"Kau ini malas sekali, menyuruh orang lain saat kantor menugasi dirimu!" Cessa tersenyum kikuk.
Edward menatap tajam Cessa dan berbalik ke kamar, dan sialnya handuk yang ia kenakan tersangkut dan handuk putih Edward tersebut lepas.
"Dan mataku benar-benar sudah tidak suci lagi," Cessa menutup mata, ia tidak sengaja melihat bokong Edward.
Sedangkan Edward mengepalkan tangannya, ia mengambil handuk dan berbalik ke Cessa yang menutupi wajahnya, "Ini hanya sebuah pemandangan indah, apa kau mau lihat bagian depan?" Dengan gaya stay cool. Cessa melepas tangannya dan ia melirik Edward, ia hanya memegang handuknya tanpa berniat akan melilitnya kembali.
"Aku tidak berminat untuk melihat biji kedondong milikmu!" Cessa pergi, Edward melotot, "Ini bukan biji kedondong, tapi durian, yang mahal sedikit,"
Edward membanting pintu kamarnya, "Bagaimana bisa ia menilai tanpa melihat?"
***
Cessa hanya duduk-duduk di balkon sambil menyesap cokelat panas, padahal cuaca Beijing siang ini cukup panas.
Seperti kejadian tadi, panas sekali.
"Nona, Anda menginginkan sesuatu?" Cessa mendongak, lalu ia menggeleng, "Eh, apa Edward sudah selesai? Kenapa dia lama sekali?" Pelayan itu tersenyum ramah dan pamit meninggalkan.
"Kau mencari ku? Baru aku tinggalkan satu jam sudah merindukan aku, bagaimana aku tinggal, bisa-bisa kau gila karena jarang ku belai," oceh Edward sambil memutar spinner miliknya.
"Aku selalu mempertanyakan ini, kau dapat ilmu omes darimana? Dan sewaktu dalam kandungan ibumu mengidam apa?"
Edward mengedikan bahunya, "Pertanyaan mu akan dijawab oleh rumput yang bergoyang,"
"Kau hanya akan mengenakan kaos saja? Ayo dilepas!" Cessa menyilangkan tangannya di depan dada, "Kau mau apa, hah?" Cessa bangkit.
"Melepas baju mu, itu saja, ada masalah?" Edward mendekat, Cessa tersudut akan pembatas besi, Cessa panik.
"Kau lihat! Ada monyet breakdance!" Edward mengikuti arahan telunjuk Cessa, dan Cessa menendang benda pusaka Edward dengan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomansaFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...