BAB 27: Stupid

111K 5.5K 158
                                    

Carly menutup mulutnya. Matanya melebar. Dengan sigap, Edward turun dan mengangkat tubuh Cessa, "Cessa bertahan, aku mohon." Edward melihat ada bercak darah di lantai.

"Minggir!"

Carly menyingkir dan mengikuti langkah Edward. Dia juga menelfon Romy, untuk ke rumah sakit.

***

Edward mondar-mandir. Sedangkan, Carly menggigit jarinya, menatap gelisah lampu merah di atas daun pintu ruang operasi.

"Apa dia akan baik-baik saja?" Edward tertawa dan sedikit membungkuk, agar wajahnya sejajar dengan Carly, "Kau gila? Kau baru saja mendorong dia, dan dengan enaknya bilang 'apa dia akan baik-baik saja?'. Jelas dia tidak baik-baik saja! Di mana otakmu itu!" Bentak Edward.

Dengan kasar, Edward mengusap wajahnya.

BUGH!

Romy meninju rahang Edward, "Kalau semisalnya tidak suka, jangan berlaku kasar seperti ini!" Kembali Romy meninju rahang Edward.

"Ayo, Pah terus Pah! Jangan mau kalah!" Ucap Rena yang langsung ditutup mulutnya oleh pengasuhnya. "Ih, cuma menyemangati, emang salah?" Rena melepas tangan baby sitternya.

Romy menarik Edward agar ke rooftop rumah sakit, karena pembicaraan mereka bisa saja diganggu dengan adanya Rena.

"Mau kau itu apa?" Romy bertanya saat mereka sudah sampai di rofftop.

Edward menggeleng, dia sendiri tidak tahu mesti berbuat apa saat ini. "Kau selalu saja rumit dengan setiap masalah begini dan kau pria paling bodoh jika sudah menyangkut wanita. Berapa kali kau disakiti? Apa itu kurang untuk dijadikan pelajaran?"

"Ternyata, yang menentukan kedewasaan seseorang itu bukan umur. Tapi, bagaimana bisa mengambil sikap." Tambah Romy yang mati-matian menahan amarahnya yang akan meledak.

Edward memejamkan matanya. Merasakan hembusan angin untuk sesaat, sebelum dia mendengar perkataan Romy lagi.

"Aku baru tau juga kalau Carly---"

"Dia pernah menikah sebelumnya dengan pria asal Amerika dan suaminya sudah dibunuh oleh Nelson," sela Edward. Romy mengangguk, "Ku kira kau tidak tau itu! Lalu kenapa kau masih menjamahi dia?"

Edward tertawa, "Mengerjainya. Sejujurnya, kemarin kami tidak benar-benar melakukan itu, mungkin Carly saja yang sudah berlebihan karena aku sentuh-sentuh. Apa dia bercerita yang aneh?"

Romy mengangguk, "Dia bilang pada ku dan ayah, bahwa kau dan dia melakukan adegan layaknya suami-istri."

"Lalu kenapa kau hanya diam? Seakan-akan kalian memang melakukannya," Tanya Romy sambil menaikan sebelah alisnya.

"Aku hanya membiarkan dia berimajinasi.
Aku juga sebagai pria pilih-pilih, tidak sembarang asal masuk, yang penting enak!" Edward memukul kepala Romy.

"Apa perkataan mu bisa aku percayai? Aku takut kau yang mengada-ada," Romy bersedekap. "Terserah! Aku tidak bohong! Dan aku tidak memaksamj untuk percaya. Dan aku tidak sedang membuat pencitraan!" Sahut Edward.

"Baiklah! Aku terima perkataanmu itu!"

"Nelson dan Carly pintar menyembunyikan itu semua." Ucap Edward sambil menggeleng.

Big Boss and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang