BAB 52: Wedding Dress

83.4K 4.4K 73
                                    

Cessa mematung di depan cermin dengan mengenakan gaun pengantin. "Wah, aku memang sudah yakin jika gaun ini sangat pas untukmu. Saat pengikraran janji suci, pasti kecantikanmu akan bertambah." Kata Emma, perancang busana pengantin.

"Masa? Aku merasa aneh dengan gaun ini. Ada yang kurang pas." Ujar Cessa.

"Benarkah? Di bagian mana yang membuatmu tidak nyaman? Biar aku perbaiki." Panik Emma, takut kalau Dawin yang protes, urusannya akan lebih rumit.

Cessa tertawa hambar. Bukan gaunnya, tapi hatiku. Dan yang bisa memperbaiki hanya orang yang aku cinta, Edward.

"Tidak, tidak! Ini sangat pas, mungkin bagian dadanya saja, aku tidak ingin terlalu terekspos." Dusta Cessa, padahal gaun yang ia pakai sama sekali tidak ada kekurangan. Gaun warna putih dengan taburan batu swarovski ditambah detail yang indah, persis seperti gaun di cerita-cerita dongeng.

"Oh, syukurlah, nanti akan kita beri perbaikan sedikit. Sekarang... kita lihat bagaimana ekspresi calon suamimu!" Seru Emma dan membuka tirai merah.

Romy yang sedang membaca majalah wanita, mendongakkan kepalanya. Untuk beberapa saat, mata Romy tidak berkedip. Sampai tamparan Edward menyadarkannya.

"Terkagum-kagum, hm?" Tembak Edward.

Romy mengusap tengkuknya, "Tidak, hanya saja Cessa mirip seperti Princess dalam kartun Disney."

Cessa yang kini ditatap Edward hanya bisa tersenyum canggung.

"Bagaimana Tuan Romy? Kau suka melihatnya? Apa ada yang kurang?" Tanya Emma.

"Jelek! Gaunnya tidak menarik! Ganti!" Kometar Edward sambil bersedekap dan berdiri di belakang sofa yang Romy duduki.

"Jangan jatuh cinta pada Cessa. Aku ingatkan saja." Bisik Edward.

"Aku suka. Seorang putri kerajaan tidak memerlukan gaun yang indah untuk menjadi cantik, cukup hatinya." Ujar Romy dan melempar senyum miringnya ke Edward.

"Gombalan basi itu!" Komentar Edward yang mendengar pujian Romy untuk Cessa.

Cessa mengembuskan napasnya dengan kasar, "Kenapa selalu kau yang berkomentar? Aku hanya meminta pendapat Romy, kau diamlah!"

"Kenapa kau memarahi Edward. Lagian, kau jangan percaya diri kalau Edward memberi komentar begitu, memang kenyataannya kau jelek!"

Cessa mengangkat gaunnya dan berjalan mendekat ke Carly, "Aku tidak memarahinya, tapi jangan bersikap seperti anak kecil. Apa salah jika aku memperingati?"

Carly berdecih, dan mendorong bahu Cessa, "Asal kau tau saja. Kau itu hanya gadis kampung yang seperti ditimpah emas, kau menikah dengan Romy. Hidupmu beruntung,"

"Hey! Carly hentikan!" Peringat Edward.

Romy yang masih terduduk di sofa hanya diam dan menutupi wajahnya dengan majalah.

"Orang yang sepertimu pasti sangat serakah pada harta, apalagi adikmu yang songong itu, pasti kau sama dengan Dona,"

Tangan Cessa mengepal kuat.

"Oh... Romy! Kau harus berhati-hati, nanti Cessa akan membunuhmu dan sebelumnya dia akan menyuruhmu menanda tangani perusahaan atas namanya." Tukas Carly.

Plak!!!

Carly memegangi pipi kirinya yang baru saja Edward tampar. "Aku tidak ingin melukai wanita, tapi yang barusan kau katakan sangat melukai hatinya," Edward mengembuskan napasnya, "Emma, kau siapkan saja gaun dan jasnya, lalu kau antar saja ke mansion." Setelah mengatakan itu, Edward keluar.

"Edward!" Rengek Carly, "Ini semua karena kau!" Carly menunjuk Cessa dan keluar setelah menatuhkan salah satu manekin dengan sengaja.

"Romy... sekarang kau coba jasmu saja, ya." Ucap Anne dan Romy iyakan.

Cessa masih diam mematung.
Kau masih memikirkan apa aku terluka? Aku lebih terluka akan cintaku padamu.

***

Carly menggaruk-garuk kepalanya, matanya melihat ke sekitar, "Edward ke mana, sih!" Carly berusaha menghubungi nomor Edward, tapi tidak ada satu pun yang diangkat.

Lalu Carly duduk di depan kafe, mau makan tidak ada uang, tas jinjingnya ketinggalan di mobil Edward.

"Jangan mengemis di sini, kau mengganggu kenyamanan pengunjung!" Usir seorang pemilik kafe.

"Aku bukan pengemis, aku ini hanya numpang duduk."

"Pergilah! Bisa-bisa kafe punyaku jadi bangkrut seketika."

"Asal kau tau saja, aku ini calon istri dari seorang anak pengusaha Fer's!" Sombong Carly sambil bersedekap.

"Oh... kalau kau calon istri dari anak pengusaha, semestinya kau tidak mengemis di sini. Kau ini gila, ya?"

"Aku bukan pengemis!!! Kau yang gila!" Maki Carly.

"Dia temanku, paman jangan terlalu ketus padanya." Ucap Ben yang berdiri di belakang Carly.

"Benarkah? Aku tidak percaya kau punya teman yang sombong, Ben," ucap orang yang Ben panggil paman.

Ben tertawa, "Dia memang temanku paman Sam."

Sam mengangguk dan kembali masuk ke dalam kafenya.

Carly membuang mukanya saat Ben menatapnya, "Duduklah di sini, dan pesan makanan, aku yang bayar."

Mata Carly melirik kursi besi dan menatap ke dalam kafe, "Baiklah, jika kau memaksa, aku mau satu nasi goreng komplit dan minumannya."

Ben mengangguk dan memanggil salah seorang pelayan.

"Bagaimana keadaan makam Steven?"

Tubuh Carly menegang dan membeku.

"Kenapa kau diam? Terkejut? Atau takut?" Tembak Ben.

Mulut Carly tidak bisa bicara, seakan kosa kata yang ia pelajari sejak kecil, seketika menghilang dari memorinya.

"Santai saja... aku bukan orang asing untukmu, sejak kau---"

"Just shut up!"

Hanya itu yang Carly katakan dan langsung pergi tanpa banyak bicara lagi.

Ben hanya tersenyum sinis.

***

Edward memakirkan mobilnya, matanya melirik ke kursi di sampingnya.

"Ini bukannya tas Carly?" Edward membukanya dan mengacak-acak isinya.

"Ini foto... apa?" Edward mengambil dan memasukannya ke dalam saku jasnya. Lalu kembali merapikan tas Carly dan keluar dari dalam mobil.

"Nelson... Nelson membunuh satu anak buah kita!" Ucap Dawin.

Mata Edward melebar, "Bagaimana ceritanya?"

"Kita ketahuan, ada satu anak buah yang lalai, sampai Nelson curiga dan membunuhnya di basement." Sahut seorang anak yang menjadi saksi.

"Tapi kita harus tenang, karena ada anak buahku yang kembali bergabung." Dawin menepuk bahu Edward.

"Siapa?"

Dawin tersenyum miring dan menunjuk dengan dagunya. "Good partner!"

"Ben?" Edward tidak percaya.

"Yeah, it's me! I'am comeback and join with you're."

***

Big Boss and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang