"Kenapa kau tidak makan Ed? Apa kau tidak lapar?" Tanya Dawin yang sudah makan dua piring penuh.
"Aku sudah tidak berselera sejak melihat kau makan seperti orang kesetanan. Apa tidak bisa makan dengan pelan-pelan?" Edward mengelap bibirnya dengan tissue.
Dawin bersendawa, "Ah, kenyang! Ayo kita pulang, masih banyak yang mesti aku urus."
Kepala Edward mengangguk, dia pergi ke kasir untuk membayar, sedang Dawin berjalan lebih dulu.
Mata Dawin menyipit ketika melihat pria yang ia rasa adalah pacar Carly, Dawin yakin sekali. Langkah Dawin berderap mendekati meja nomor 07.
Rachel yang melihat Dawin mendekat, alisnya menyatu, rasa takut menyelimuti Rachel. Karena dulu, Rachel pernah membuat kesalahan, hingga Dawin tidak suka jika ia dekat-dekat dengan Edward.
Alex menjentikan jarinya, "Hey! Makanlah, anggap saja ini sebagai salam pertemanan."
Senyum Rachel terukir, "Iya!" Rachel langsung melahap makanannya.
"Ada hubungan apa kau dengan Carly Nelson?" Tembak Dawin sambil menyentuh punggung Alex.
Seketika, restoran terasa hening, semuanya seperti berhenti di detik itu juga. Rachel mendongak, menunjukan wajah bingungnya.
Dawin meremas ujung jaket Alex dengan geram, "Siapa kau? Aku yakin kau adalah pria yang bersama dengan Carly waktu itu." Wajah Dawin memerah.
Edward yang melihat itu, segera menelepon salah satu anak buahnya.
Alex berdiri dengan mengangkat kedua tangannya, "Kau boleh menangkapku. Aku menyerah padamu!" Katanya dengan pasrah.
Alis Dawin tertaut, "Baru kali ini, aku menangkap musuh dengan mudahnya." Dawin menarik Alex untuk pergi ke suatu tempat, di mana Alex akan diintrogasi olehnya.
Edward berjalan ke arah Rachel, "Kau kenal dengannya?"
"Tidak. Kami baru saja kenal, dia menjatuhkan bekal makanan aku, aku ke rumah sakit ingin menjenguk temanku." Sahut Rachel, "Sebenarnya ada apa?"
Edward mengedikan bahunya, "Entahlah." Rachel mengangguk faham, kalau sudah begini, biasanya Edward sedang malas bercerita.
***
Cessa menunggu Rachel di depan rumah sakit, mereka jadi berteman sejak sering main ke mansion keluarga Fernandez, entah siapa yang akrab duluan, yang pasti mereka sekarang sudah seperti saudara.
"Maaf lama, tadi itu temanku banyak sekali bicara, jadi aku harus mendengar ocehannya." Ucap Rachel sambil merogoh tasnya.
"Tidak apa-apa. Kau sedang mencari sesuatu?"
Rachel mendongak, "Iya, sepertinya ada barangku yang terjatuh. Mau menemaniku untuk mencari di dalam rumah sakit?"
Mata Cessa melebar, "Mencari barang di rumah sakit sebesar ini? Tidak! Akan sangat melelahkan, paling-paling barang yang kau cari sudah hilang."
Rachel memutar bola matanya, "Di lantai 20, karena tadi aku hanya disekitaran lantai itu saja."
"Oh! Ya sudah, ayo!" Cessa menarik lengan Rachel agar berjalan dengan cepat.
Sesampainya di lantai 20, Rachel mulai menyisir sekitaran jalan yang ia lalui tadi. "Benda apa yang kau cari? Kalau aku bantu, pasti akan lebih cepat."
Rachel mengusap tengkuknya dengan menggigit bibir bawahnya, "Mm benda yang ku cari... kartu tanda pengenalku sebagai warga negara New York."
"Kau pernah tinggal di sana? Wah, hebat!" Ucap Cessa dan ikut membantu Rachel mencari kartu yang Rachel maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomanceFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...