BAB 37: Drunk

70.7K 4.1K 117
                                    

Cessa hanya diam menatap keluar jendela. Dia tidak ingin diganggu siapa pun, tadi Romy sudah membujuk untuk makan malam dulu, tapi dengan tegas Cessa menolak.

Suara ketukan pintu kembali terdengar, dengan malas, Cessa berjalan gontai dan membuka pintu.

Pintu terbuka, lalu tiga detik berikutnya langsung Cessa tutup, tapi sebelum pintu kembali tertutup Edward menahan dengan kakinya.

"Makanlah, dulu! Kau tidak boleh telat makan, nanti bisa sakit! Omel Edward.

"Biar saja aku sakit! Semua orang tidak pernah menyayangiku dengan tulus!"

"Kan, sudah aku bilang. Tapi, kau bilang karena kau sayang pada Dona, kau dikuras uangnya juga tidak masalah!" Jawab Edward.

"Bukan itu! Soal kematian orang tuaku! Aku kecewa!"

"Kau kecewa? Karena apa? Karena perjodohan kita yang batal? Atau apa?" Tanya Edward dengan senyum miring.

Cessa berdecih, "Jangan melantur! Tapi... kau bilang apa tadi? Perjodohan?"

"Ah, itu bukan apa-apa. Aku hanya bercanda. Dan kalau kau mau tidur, makan dulu dan minum vitamin ini." Edward menaruh nampan di meja dekat televisi.

"Arrgh!" Pekik Edward memegangi kepalanya.

"Ada apa?" Panik Cessa.

Edward menggeleng, "Bukan apa-apa. Tidak perlu khawatir begitu."

Dengan malas, Cessa memutar bola matanya, "Mengkhawatirkan mu hanya membuang waktu ku!"

Edward memanyunkan bibirnya dan keluar dari kamar.

"Harusnya kau khawatir, aku takut kau tidak suka lagi padaku." Gumam Edward sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba sakit.

***

23.00 WIB

Cessa mengendap-endap keluar dari kediaman keluarga Fernandez.

Beberapa ruangan sudah gelap, tapi ada juga yang menyala. Cessa sudah sampai di depan pintu utama dan dia mengintip lewat jendela, terlihat beberapa penjaga berkeliling sambil membawa senter.

Tangan Cessa menyentuh knop, terkunci. Helaan napas lolos begitu saja, "Aha! Pintu belakang!" Tukas Cessa dan berjalan dengan pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara.

"Ah, ah, ah sakit!" Pekik seseorang dari arah dapur.

Langkah Cessa terhenti, Cessa melihat ke sekitar, takut kalau ada hantu sedang mesum.

Cessa menutup mulutnya, dia berjalan ke dapur karena rasa penasaran dan betapa terkejutnya melihat Edward yang sedang terjepit straplees.

Kepala Cessa menggeleng ketika melihat Edward yang ternyata juga mengonsumsi susu, Cessa kira, hanya alkohol yang dia tau.

Lalu, Cessa kembali melanjutkan langkahnya ke belakang. Cessa tersenyum senang, karena kunci pintu masih tergantung.

Dengan sekali putaran, Cessa dapat keluar dari rumah tersebut dan berjalan ke dinding yang berdiri dengan kokoh.

"Uh, apa aku bisa memanjatnya?" Dengan ngeri menatap dinding yang menjulang tinggi.

Cessa naik ke dahan pohon yang berdekatan dengan dinding. Setelah sampai atas, kaki kanannya ia pijakan di atas dinding, dan berhasil dia berdiri di atas dinding.

Big Boss and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang