BAB 38: Pregnant?

131K 5.4K 245
                                    

Mata Cessa melebar ketika melihat Edward yang tertidur pulas di lantai, sedang dirinya tidur di sofa. Pandangan Cessa menyapu seluruh ruangan, ruang bersantai di apartemen miliknya.

Kaki Cessa menendang kaki Edward pelan, "Bangun! Kenapa kau ada di sini?"

Edward berguling ke samping, terdengar suara dengkurnya yang kecil. "Uh, mendengkur, menjijikan! Eh, tapi aku... suka ngiler, lebih menjijikan." Ucap Cessa.

Kaki Cessa kembali menendang, tapi kali ini lebih kencang. "UH! Enak." Gumam Edward dalam tidurnya.

"Pasti dia sedang bermimpi yang bukan-bukan." Terka Cessa. Lalu Cessa bangkit menuju dapur untuk mengambil air.

"Kau mau menyiram ku, huh?" Tanya Edward dengan mata terpejam.

"Kau sudah bangun, ya?! Bangunlah, kenapa kau ada di sini?!" Ucap Cessa dan kembali duduk dengan gelas berisi air di tangannya.

Dengan kesal, Edward mendudukan dirinya, "Seharusnya aku yang bertanya! Kenapa kau ke club hingga mabuk-mabukan? Itu bukan Cessa yang aku kenal!"

Cessa tertawa pahit, "Memang Cessa yang kau kenal bagaimana?"

"Yang aku kenal? Dia... dia... gadis yang manis. Suka bantu orang dan terbuka, dia tidak lemah seperti yang kemarin-kemarin aku lihat," ucap Edward, menatap lekat Cessa.

"Semalam aku kenapa? Dan memangnya kenapa, kalau aku mau bersenang-senang?" Tanya Cessa dengan nada jengkel.

Edward berdecih, "Bersenang-senang? Memukul orang dan mengacak-acak club, itu yang kau sebut 'bersenang-senang'?" Kata Edward, "Kau juga... ah lupakan, kau sedang mabuk tadi malam."

Cessa memejamkan matanya, mengingat-ingat setiap kejadian tadi malam. Saat Cessa sudah mengingatnya, dia langsung membuka mata dengan lebar, malu sekali rasanya mengucapkan hal itu.

"Apa kau percaya pada apa yang aku katakan semalam?"

Edward menggeleng, "Kau mabuk, aku tidak percaya semuanya."

Helaan napas Cessa lolos, Beruntung Edward bodoh, jadi tidak percaya. Tapi... sakit juga dia tidak percaya kalau aku menyukainya. Eh, sepertinya memang aku menyukai, bahkan mencintai dan menyayangi.

"OH! Bagus kalau begitu!" Sahut Cessa.

"Tapi, mabuk-mabukan itu bukan gayamu sekali. Kau tidak boleh melarikan segala masalah dengan minum!" Ujar Edward, "Kadang, kau harus belajar merelakan yang sudah semestinya pergi." Lanjut Edward.

Genggaman Cessa pada gelas makin erat.

"Whoa! Kau hebat, bisa menggurui ku tanpa bercermin, kau mau pergi sekarang atau... aku patahkan tulang lehermu?!" Ujar Cessa dengan mata melotot.

Edward bergumam tidak jelas, lalu mengambil jas yang tergeletak di lantai, "Menyesal aku menolong mu semalam, kalau tau hanya akan seperti ini."

"Tidak ada yang menyuruhmu!"

"Tapi kau! Menyimpan nomor ponselku dengan nama 'My Lovely'!" Geram Edward.

Mata Cessa mengerjap tiga kali, rasanya dia mau menjedotkan kepalanya ke tembok sekarang juga, ini semua pasti kerjaan Juli yang jahil, main mengganti tanpa sepengetahuan Cessa.

Juli, kau sungguh teman yang... ah sial!

"Itu... itu...."

"Ah, sudahlah! Aku senang kau menyimpan nomorku dengan nama itu, lucu sekali." Ucap Edward.

Refleks, Cessa menyiram air di dalam gelas ke wajah Edward, "Lucu matamu! Pergi sana!" Ketus Cessa dan menendang pantat Edward, sambil menggiringnya keluar.

Big Boss and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang