"Sudah siap? Kalau sudah ayo kita turun, sudah ada mobil yang menunggu." Ucap Cessa yang langsung diangguki Andin dan Dona.
Mata Andin melebar melihat mobil Alphard yang terparkir di depan lobi apartemen, "Bu, kita benar naik mobil ini? Mimpi apa aku?"
Dona menepuk tangan Andin pelan, "Santai saja, berlaga jadi orang berduit! Jangan kampungan!" Peringat Dona. Lalu mereka menaiki mobil hitam tersebut dan melaju menuju ke kediaman keluarga Fernandez.
"Siapa yang sangka, Kak Cessa dapat calon suami yang akan jadi atm kita, Bu! Kita pasti mendadak jadi orang kaya! Dan Ibu... enggak perlu ikutan judi online lagi!" Bisik Andin yang duduk dengan Dona di kursi penumpang, sedang Cessa duduk di samping sopir.
"Sebenarnya... ada yang lebih menguntungkan dari ini," ujar Dona.
Andin menyipitkan matanya, "Apa?"
"Kamu akan tau nanti, dan saat kita bisa mencairkan seluruh harta Kakak bodohmu itu, kita bunuh saja dia, supaya tidak ada jejak. Kamu tau, kan? Dia bukan anak Dona Laurentine." Ujar Dona yang langsung Andin angguki, "Aku tidak sabar menunggu waktu itu!"
Tanpa terasa, mobil sudah memasuki pekarangan dan berhenti tepat di depan pintu utama.
Sopir turun lebih dulu, tapi Cessa sudah turun duluan dan Andin juga Dona hanya mengekori.
Penjaga pintu membuka sambil memberi hormat pada keluarga Cessa.
Lalu pandangan Cessa menangkap sosok Carly yang tengah menggoda Edward, "Hentikan! Aku tidak suka kau menyentuh rahangku yang suci ini!" Gerutu Edward, terlihat Carly tertawa dan memukul-mukul manja bahu Edward, "Aish, jika ada sepuluh wanita seperti Carly, tolong siapapun bunuh aku saja!" Umpat Edward.
"Fre, kau sudah datang!" Seru Romy dan memeluk Cessa singkat. Lalu Romy memberi hormat pada Dona, "Kau pasti ibunya, tapi kenapa tidak ada kemiripan, ya?" Tanya Romy.
Detik berikutnya, Romy tertawa, "Aku bercanda! Kalau begitu, mari kita ke meja makan saja!" Romy mempersilahkan Dona dan Andin jalan lebih dulu.
"Kau... benar siap kita akan menikah?" Tanya Romy sambil mencekal lengan Cessa. Cessa memutar tubuhnya, "Aku mengikuti bagaimana dirimu, aku saja masih tidak faham dengan semua ini!" Sahut Cessa.
Romy menghembuskan napas kasar, "Kita jalani saja, sebagaimana skenario yang sudah ditulis Tuhan." Ucap Romy yang Cessa setujui, "Rencana Tuhan selalu indah, dan tidak dapat kita duga-duga."
Senyum Romy terkembang, Maaf Cessa, aku bohong soal aku ada urusan. Aku sebenarnya bertemu dengan Juli. Maaf, maaf sekali.
***
Mata Dona melebar ketika melihat Dawin berjalan dengan gaya sombongnya dan duduk di kursi paling besar di meja makan ini.
Senyum miring Dawin tercetak, "Halo Nona Laurentine, senang bisa melihat Anda." Sapa Dawin dan memanggilkan pelayan, "Sajikan makanan paling enak yang pernah ada!" Pelayan tersebut langsung mengangguk.
"Jadi... Frecessa dia orang tuamu?" Tanya Dawin sambil menopang dagunya dengan tangan.
Cessa mengangguk mantap, "Iya Tuan Besar!"
Dawin berdeham, "Aku berpikir... bagaimana kalau pernikahan ini kita adakan secara bersama?"
Edward tersedak minumannya, "Oh, sayang kalau minum pelan-pelan saja!" Ucap Carly sambil mengelus punggung Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomansaFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...