Edward hanya tiduran di ranjangnya, dia tersenyum melihat Cessa yang sedang merapikan kamarnya.
"Dan sekarang aku benar-benar merasa seperti pembantu!" Ocehnya, tapi masih membersihkan rak-rak yang ada di kamar Edward.
Suara bel terdengar, Cessa gelagapan, "Si--siapa yang datang? Apa itu Rachel?" Edward bangkit dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan jeans.
Edward mengintip dari kaca kecil, ayahnya dan Romy yang datang.
"Ayahku dan adik sialan," mata Cessa membulat, "Aku mesti sembunyi tapi di mana? Bagaimana jika Ayahmu menganggap aku wanita bayaran?" Cessa langsung mencari tempat bersembunyi.
"Bersembunyi di sana," Edward menunjuk lemari pakaiannya yang langsung Cessa angguki dan segera masuk.
"Lama sekali membukanya, kau habis tidur dengan wanita, hm?" Tembak Dawin dan langsung nyelonong masuk diikuti Romy yang membantu Dawin berjalan.
"Ada apa?" Edward duduk di sofa bersebrangan dengan Dawin dan Romy.
"Kau harus mau dijodohkan dengan wanita yang aku pilih, minggu depan ia akan datang dari Canada," Dawin melirik ke arah pintu kamar mandi Edward.
"Aku sudah bilang, aku tidak mau dijodohkan, nanti akan aku cari sendiri, tunggu saja," bantah Edward.
"Kau belum melihatnya, Kak," timpal Romy, "Kau diamlah! Aku tidak sedang berbicara denganmu!" Romy hanya diam.
"Kau bilang, sedikit demi sedikit bisa menerima Romy di keluarga kita," Dawin menatap tajam anak pertamanya, "Ya, tapi aku tidak bilang bahwa aku menerima kematian ibuku karena ibunya,"
Romy hanya menunduk, "Bukan ibuku yang menyebabkan itu semua, tapi takdir sudah seperti itu," ucap Romy yang terdengar seperti gumaman.
Cessa mendengarkan dengan menajamkan pendengarannya, sepertinya suasana berubah menjadi canggung. Dan... kenapa saat Cessa tahu Edward akan dijodohkan dadanya menjadi sesak sekali.
Dengan kuat, Cessa menggeleng, nggak boleh suka sama omes dan idiot Boss ini. Dia hanya perlu fokus pada kerjaan dan bisa menabung yang banyak.
Cessa duduk, tangannya beralih meraba-raba alas lemari, banyak tumpukan kertas, Cessa mengambil satu dan ia sinari dengan cahaya ponselnya.
What the fuck!!!
Selain dia idiot dan omesnya itu memang bawaan lahir, sepertinya. Cessa melihat gadis yang hanya memakai pakaian minim dan berpose sangat, ah buat Cessa ingin muntah.
Si Edward adalah kolektor majalah dewasa. Hebat! Di lemari ini banyak sekali majalah dengan berbagai ukuran dan wanita yang hanya satu wajah. Cessa tertawa melihat satu majalah, ada yang Edward coret-coret wajahnya, apa Edward terangsang dan mencoretnya? Haha.
Cessa kembali mendengarkan percakapan Edward dan ayahnya.
"Suka atau tidak kau harus datang, setidaknya melihat dia," Dawin bangkit, "Dia seksi, bukannya kau suka dengan yang seksi, hm? Daripada harus membayar wanita setiap malam," Cessa menahan tawanya. Anak dan bapak memang samanya.
"Dan bilang pada wanitamu, jangan menaruh celana dalam sembarangan," Dawin pergi bersama Romy
Cessa menepuk jidatnya kencang, kenapa ia lupa mengambil itu setelah mandi. Uh!
"Keluar lah," Edward langsung melempar celana dalam ke wajah Cessa, "Tadi sudah aku bilang ambil, masih kau taruh saja! Apa kau ingin membuatku penasaran isi dari celana dalammu?"
Cessa cemberut akan perkataan Edward, "Dan kau, kenapa banyak sekali majalah dewasa?" Suara tanya Cessa membuat Edward lari ke lemarinya dan ia ambil semua majalahnya.
"Suka-suka! Emangnya kamu mau minta, hm?" Edward menyeringai, "Hello, buat apaan? Membungkus gorengan yang ada menjijikan!"
"Minggu depan, kita ke China mengurus semua pembangunan hotel," Cessa menautkan alisnya, "Bukan kah minggu depan kau---"
"Bawa aku pergi, tolong," ucap Edward dan membakar semua majalahnya dalam tong sampah stainless.
Ini lucu. Di mana-mana yang membawa pergi adalah si pria, tapi ini malah Cessa yang akan membawa pergi si pria. Sampai segitunya dia tidak mau dijodohkan?
"Kau tidak tahu, wanita yang akan dijodohkan adalah---"
"Ayo kita pergi!" Potong Cessa, ia tidak mau mendengar siapa wanita yang akan dijodohkan dengan Edward. "Tapi semuanya kau yang menanggung, aku tidak punya cukup banyak uang," Edward tertawa paksa dan mengangguk.
"Lalu kenapa kau bakar majalah dewasamu, kalau nanti kau beli lagi,"
"Aku ada langganannya,"
What the...
***
"Anne apa kabar?" Cessa menepuk teman kerjanya yang tengah memilah milih sayuran segar di mall.
"Kau yang apa kabar? Kau sibuk dengan Boss kita, apa kau ada hubungan gelap?" Anne tertawa, tidak dengan Cessa yang tersindir, "Aku bercanda," ucap Anne setelah tawanya mereda.
Cessa tersenyum, "Kau tahu, semenjak aku masuk Fer's Corp, hidupku jadi amburadul karna Boss idiot itu," Anne menyipit, "Idiot? Hey dia lulusan Oxford, kau bicara di filter dulu," Cessa mendengus.
"Kau ini lama! Rasanya kematian ku sudah dekat karena kau lama memilih sayuran," omel Edward yang tidak menyadari adanya Anne.
"Sebentar! Kau urusi saja majalah dewasamu yang ada di mobil, oh aku sangat terkejut melihat ada banyak di dashboard mobil."
"Namanya juga fans," Edward tertawa dan kembali memakan pringless. "Di sini tidak ada majalah seperti itu, adanya KPOP, dan aku suka Hyorin SISTAR,"
Cessa mendengus, Hyorin juga kan seksi, apa dia tidak bisa suka yang ada rohani sedikit.
Anne hanya diam melihat percakapan mereka yang memang terlihat seperti pasangan keluarga harmonis, "Seharusnya kau membawa Malika ke penthouse, pasti dia rindu Ayahnya,"
"Jadi kalian sudah pernah berbuat---"
Cessa mengambil tomat dan ia masukkan ke dalam mulut Anne, "Kami tidak pernah, sama sekali tidak!"
Edward baru sadar ada Anne, si karyawan yang profesional itu, "Belum, tapi akan, kau tunggu saja undangan ulang tahun anak kami," Edward merangkul Cessa.
"Bukan! Dia anjingku," Anne makin melotot. Ini bukan keluarga harmonis, tapi keluarga idiot, jadi Edward tambah Cessa sama dengan anjing. Oh my God!!!
Cessa langsung menyingkirkan tangan Edward di bahu, "Kami bukan pasangan, kau jangan salah mengartikan ini," Anne mengangguk, "Ya, aku tahu. Oh ya, minggu depan Ben mengajak kita untuk ke rumahnya, akan ada pesta kecil-kecilan."
"Dia tidak bisa," Edward langsung pergi entah ke mana, Cessa kembali memilih sayuran setelah mengatakan, "Seperti yang Boss bilang," dan Anne faham.
***
"Kau ingin aku masuk atau kau buang semua majalah mu?" Edward mengambil semua majalah yang ada di dashboard dan ia lempar ke jok belakang. "Biar nanti dibakar, kalau dibuang aku kasihan pada yang menemukan akan kejang-kejang,"
Setelah itu Cessa masuk dan duduk di samping Edward dan mobil melaju.
"Aku ingin pulang, sudah dua hari apartemenku tidak terurus," ucap Cessa yang rindu dengan empuk kasurnya.
"Kau menerima ajakan Benjol?"
"Namanya Ben!" Edward hanya berdeham, "Tidak, aku akan membawamu pergi saja, pesta bisa lain waktu," Edward tersenyum simpul dan membelokkan mobilnya.
"Jadi... di mana alamat apartemenmu, kita ke sana sekarang," Cessa tersenyum dan mengarahkan jalannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boss and I
RomansaFrecessa Laurentine, melamar kerja di sebuah perusahaan bonavit, Fer's Corp. Karena sebelumnya dia dipecat dan uang tabungan yang mulai menipis. Di hari saat Cessa interview, dengan tidak sengaja Cessa menabrak dan menumpahkan kopi hitam panas ke ke...