Tigapuluh tiga

4.4K 256 18
                                    

"Lo bisa sendiri?"tanya Mario.

Leona mengangguk, "pasti dong." Mario menepuk pundak Leona, "okei"

Mario dan Leona pun menjalankan tugas mereka masing-masing. Sesampai didepan kelas 12 IPS 2, Leona menghembuskan napasnya kasar lalu mengetuk pintu.

Tok ... tok ... tok

Yang tadinya kelas ribut kini menjadi hening. Setidaknya itu yang didengar Leona dari luar kelas. Leona pun meraih knop pintu dan membukanya. Saat mereka melihat siapa yang mengetuk, serentak anak kelas 12 IPS 2 menghela napas dan ribut kembali.

Leona ingin menaruh tumpukan buku tulis dimeja guru, tetapi seseorang menabraknya yang membuat tumpukan buku yang Leona bawa menjadi berserakan. Terpaksa Leona membungkuk untuk membereskan buku-bukunya kembali.

"Maaf." Satu kata yang keluar dari mulut seseorang sambil mmbantu Leona membereskan buku-buku itu.

"Maka--" Leona tidak melanjutkan kata-katanya dan berjalan menaruh tumpukan buku itu diatas meja. Leona melangkahkan kakinya menuju luar kelas, tetapi seseorang menghentikannya.

"Gue ... minta maaf"ucap orang itu. Leona menghempaskan lengannya dan menatap orang itu tajam.

"Dengan lo minta maaf, Bella bisa ditemuin, gitu?!"teriak Leona.

"Y-ya itu gue kalut. Serius gue--"
"Basi bego basi! Lo bukan cuma nyakitin gue doang Mark! Tapi lo juga nyakitin Bella! Dan sekarang ..."

Leona mengepalkan tangannya dan menatap Mark tajam dengan mata berkaca-kaca, "percuma lo bilang maaf, Bella gak bakal balik! Bahkan lo nampar gue cuma karna mantan lo doang!"

Mark membalas tatapan Leona dengan tajam--entah dia sedikit sensitif jika Leona menyebut 'mantan'--. Dia sudah siap ingin menampar Leona kalau tidak ada sebuah tangan menghentikan aksinya.

"Lo cowok, gak baik nampar cewek. Gentle dikit, tahan emosi lo! Setidaknya dia temen lo waktu kalian masih kecil, am I right?"ucap Brian dengan nada tegasnya.

"Lo gak pa-pa, dek?"tanya Jarl. Leona tidak kuat untuk menahan tangisannya, dia pun menangis dipelukkan Jarl. Jarl menyanyikan sebuah lagu kesukaan mereka saat masih kecil untuk menenangkan Leona.

Leona sudah sedikit reda dengan tangisannya, tetapi sesuatu membuat pernapasan Leona menjadi tersengal-sengal. Leona berusaha mencari udara dengan mulutnya. Jarl yang merasa ada yang aneh dengan Leona pun melihat Leona seperti napasnya tercekik.

"Eon?! Eon? Kamu kenapa?! Hei-hei sadar!!"teriak Jarl sambil menempelkan punggung telapak tangannya didahi Leona.

"Leona kenapa?!"tanya Brian.

"Telepon ambulan!"sahut salah satu teman sekelas Jarl yang notabenya ketua kelas 12 IPS 2.

"Lo harus kuat! Jangan pingsan! Gue yakin lo-- LEONA!!"

Leona limbung dipelukan Jarl, terakhir yang Leona dengar hanyalah suara ambulan serta suara teriakan Jarl. Petugas ambulan segera menaruh tubuh Leona dibrangkar yang sudah disediakan dan membawanya masuk ke dalam ambulan.

"Lo sekalian bawa Leora ke rumah sakit! Gue duluan!"seru Jarl dan mengikuti brangkar Leona ke dalam mobil ambulan. Brian mengangguk, sebelum dia beranjak menuju kelas Leora. Dia menatap Mark tajam.

"Sampai Leona kenapa-kenapa, lo orang pertama yang dapet bogeman dari gue! Dan satu lagi, gue gak mau tau bagaimana caranya, lo harus bisa nemuin Bella!"

Setelah mengatakan kalimat itu, Brian berlari menuju kelas Leora. Mark merenungi kesalahan yang telah dia perbuat yang mengakibatkan kedua orang yang dia sayangi hilang dan itu mampu membuat dua nyawanya hilang.

***

Sebuah mobil ambulan dengan menyalakan sirine nya berjalan dengan kecepatan penuh. Beruntung semua pengguna jalan memberikan jalan terlebih dahulu dan membiarkan ambulan itu melewati jalan yang begitu ramai.

Biliard Hospital

Brangkar yang terdapat tubuh Leona membawanya ke dalam rumah sakit untuk mendapat penanganan oleh dokter ahlinya. Jarl menyalakan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Hallo?"

"Ya ada apa, Jarl?"

"Lo masih kerja di Biliard Hospital gak?"

"Masih kenapa?"

"Tolong tanganin Leona. Dia tiba-tiba kayak sesek napas terus pingsan"

"Ok-ok. Gue kesana"
Tut!

***

Terdapat seorang pemuda yang sedang duduk dibangku taman sambil menatap lurus kosong ke depan. Dia sangat menyesali perbuatannya, tetapi setiap Leona menyebut kata 'mantan' membuat dia menjadi sensitif. Sejujurnya pemuda itu masih menyukai mantannya itu dan pertemuan dengannya kemarin malam membuat pemuda itu menjadi flashback akan masa-masa dimana mereka masih menjadi sepasang kekasih yang sangat goals pada saat itu. Tetapi dengan teganya, si perempuan meninggalkan si pemuda tanpa penjelasan sama sekali. Saat diselidiki, ternyata si perempuan lebih memilih pemuda lain yang jauh lebih tampan daripada dia. Itu yang membuat hati si pemuda terbelah menjadi dua.

Bukan hanya masalah itu saja. Tetapi masih ada 2 masalah yang mengikuti dia. Leona yang tiba-tiba sakit dan Bella yang menghilang. Dua orang yang dia sayangi dan mampu membuat dia frustasi karena mereka. Detik ini, menit ini, jam ini dan hari ini si Pemuda pun bertekad untuk mencari Bella terlebih dahulu lalu membawanya ke rumah sakit untuk menjenguk sahabatnya. Bagaimanapun juga, Leona pasti membutuhkan sahabatnya yang sudah sangat dekat dengannya untuk menguatkan dirinya.

Saat pemuda itu ingin beranjak dari tempat yang saat ini dia duduki, dia melihat bayangan akan seseorang yang saat ini sedang dia cari. Tak ingin kehilangan lagi, pemuda itu masuk ke dalam kerumunan untuk mencari apa yang dia cari.

"Bel! Bella!!"teriak Pemuda itu sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Sementara itu . . .

Seorang perempuan sedang duduk disebuah taman sembari memandangi anak-anak yang bermain disana. Didalam lubuk hatinya yang terdalam, dia ingin sekali kembali ke masa-masa dia belum mempunyai masalah sama sekali. Tetapi sayangnya itu hanyalah khayalan.

Dan ... sudah beberapa hari pula dia menghindar dari sahabatnya. Bukan! Bukan si perempuan, tetapi si laki-laki. Sejujurnya dia sangat merindukan si perempuan. Sebenarnya bisa saja dia memunculkan diri dihadapan si perempuan dan memeluknya lalu mengatakan, 'gue kangen sama lo' tetapi mengingat si perempuan dan si laki-laki begitu dekat, dia tidak bisa memunculkan wajahnya saat ini.

Kruyuk kruyuk

Itu bukan suara kucing disemak-semak. Melainkan suara perut dari dia. Memang sudah beberapa hari dia tidak makan penuh, maksudnya dia harus mengirit uangnya mengingat pada malam itu dia tidak pulang kerumah dan hanya memegang uang yang dia bawa malam itu bahkan pakaiannya pun masih pakaian malam itu. Mengingat malam itu ... membuat dia tidak ingin mengingatnya. Niatnya malam itu dia ingin bersenang-senang dengan sahabatnya malah menjadi kacau.

Perempuan itu mengepalkan tangannya, berusaha menahan tangisannya. Tidak lucu kan kalau menangis tiba-tiba ditaman yang berisi banyak anak-anak. Tidak ingin didemo terlalu lama oleh perutnya, perempuan itu pun berjalan untuk mencari makanan yang bisa mengisi perutnya. Baru saja berbaur didalam kerumunan, dia mendengar seseorang memanggilnya.

"Bel! Bella!"

Tbc

Ngiung. Ngiung. Ngiung

If I Stay [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang