Empat puluh

3.9K 222 16
                                    

Dilirik terakhir, semua terpana dengan alunan nada yang dibawa oleh Jarl. Lalu, sorak-sorai serta tepuk tangan penonton pun terdengar begitu keras. Mereka--Jarl, Mark, serta Brian pun menunduk dan mengucapkan terima kasih lalu menuruni anak tangga menuju backstage.

"Weh, gils bro! Gua tegang tadi,"curhat Brian sembari mengelap wajahnya yang penuh dengan keringat memakai handuk kecil.

"Iya anjir. Bersyukur banget gua, ternyata kita bisa membuat para penonton senang,"timpal Jarl.

"Jangan lupa pas bagian anak perawan pada jerit histeris,"ucap Mark dengan senyum jahilnya.

Plak.
Plak.

Mark mengusap dahinya yang terkena sentilan Brian dan Jarl. "Kalian tega sama saya,"ucapnya dengan dramatis.

Sementara itu ...

"Leona, gua minta tolong lo nih. Bisa gak?"ucap Putri yang tiba-tib datang menghampiri Leona.

Leona yang sedang merapihkan rambutnya pun, harus menjeda aktivitasnya. "Kenapa, Put?"tanyanya.

"Jadi gini, kita kekurangan panita--" Leona memotong kalimat Putri, "bukannya panitia ada 50 orang?"tanya Leona.

Putri mengangguk, "iya bener, sebenernya kesalahannya ada di kita. Kita gak buat panitia cadangan."

"Maksudnya?"tanya Leona dengan raut wajahnya yang bingung.

"Roma, Aldo, Silvi, Lana, dan Gerald ijin. Mereka ternyata ngewakilin sekolah kita buat lomba ... Nah, sedangkan tugas mereka itu bisa dibilang penting," Jeda, "so, I need your help. Please?"tanya Putri dengan wajah memohon.

"What can I do for you?"tanya Leona. Putri menatap Leona dengan wajah bersemangat, "really?! Sumpah! Gua berterima kasih banget sama lo. Kalo lo ga mau, gue gak tau harus minta tolong ke siapa lagi."

Leona memutar matanya, "iye udeh, apa yang harus gue lakuin?"

"Pertama, tolong gantiin Roma jadi seksi dibagian anak Cheers tampil. Kedua, gantiin Silvi jadi seksi dekorasi. Dan yang terakhir ...."

Sejujurnya, Putri tidak yakin Leona akan mau melakukan permintaannya yang terakhir ini atau tidak. "Yang terakhir apa?"tanya Leona.

"Eumm ... bisa tolong gantiin Lana tampil gak? Lo juga bisa duet kok kalo mau,"ucap Putri takut-takut. Leona harus mempertimbangkan itu semua dengan matang-matang. Karna Leona tidak mau, jika jadwal tampil dia harus bentrokan dengan tugas yang lain.

"Gimana, Le? Ka-kalo gak bisa, gue bisa minta tolong yang lain kok."lanjut Putri.

Leona mengangguk dengan mantap, "gue bisa, tapi jadwal Lana tampil gak bentrokan sama jadwal gua tampil kan?"

Putri mengecek kertas MC yang dia bawa, "hmm, gak kok. Lo tampil pas acara penutupan, sedangkan Lana setelah anak saman tampil.."

"Ok. Jadi, gua harus kemana dulu? Gantiin Roma atau Silvi?"tanya Leona. "Gantiin Silvi aja dulu, bantu cek-cek kelengkapan dekorasi. Terus kalo ada yang menurut lo jelek atau kurang menarik, lo bisa ganti. Bahan-bahannya ada di Maura."jelas Putri.

Leona mengangguk, "gue ke sana dulu," Leona pergi untuk mengecek dekorasi. Dia pun juga turut membantu anak-anak yang sedang menghias dengan menyumbangkan beberapa gambarnya untuk dijadikan dekorasi.

Setelah dilihatnya dekorasi baik-baik saja, Leona pun menghampiri ruangan Cheerleader untuk melihat kesiapan mereka. Baru saja Leona menginjakkan kakinya, sudah terdengar suara ribut dari dalam.

"Eh, pita gua mana!"
"Woi. Gece lama banget!"
"Elah. Rok gua ketuker nih!"
"Ih. Susah banget sih pakenya!"
"Bedak gua mau luntur!"
"Ah. Gua ga liat Jarl dkk tampil kan!"
"Kita tampil ke berapa woi?!"

Melihat keadaan yang begitu kacau, selain karna tidak ada Roma--selaku seksi dibagian Cheers-- dan tidak adanya kerjasama dalam satu tim. Leona pun masuk ke dalam yang mampu menyita semua perhatian.

"Eh lo! Ngapain disini?!"teriak Laura dari belakang sembari menghampiri Leona.

Leona yang melihat sikap Laura sok jagoan itu pun hanya menatapnya dengan datarnya. "Kenapa?"

"He to the lo! Hello! Ini tuh ruangan khusus kelompok gue. Lo itu bukan bagian gue! Ngapain lo disini?!" Jawab Laura dengan menekankan kata 'khusus'.

"Gue disini gantiin Roma sebagai seksi Cheerleader. Roma gak bisa hadir karna dia perwakilan sekolah kita lomba,"jelas Leona.

"Kenapa harus lo? Kenapa gak yang lain?! Kita gak butuh lo disini!"ketus Laura sambil mendorong bahu Leona dengan jari telunjuknya.

Leona tertawa kecil mendapat perlakuan seperti itu, "yakin gak butuh gue? Dengan penampilan kalian kayak gini? Ada lah yang pita nya hilang, ada rok nya yang ketuker," Leona berjalan mengelilingi semua anak Cheers, "ini lagi, apaan sih dandan-annya kok cepet luntur?"ucap Leona dengan nada yang sedikit meremehkan.

"Aduh, kalian ini sok sosialita tapi masalah make up kalian gak bisa nyewa?" Leona tertawa keras, lalu mengubah wajahnya menjadi serius.

"Dalam hitungan ke-3 balik ke tempat masing-masing! 1, 2, 3!" Seperti terhipnotis, mereka semua kembali ke tempat mereka semula.

"Ih ... kok?" Laura yang melihat teman-temannya menuruti apa kata Leona itu menjadi kesal.

"Lo belum balik juga? Masih mau protes ke gue?!"bentak Leona dengan wajah sangarnya. Laura yang dibentak seperti itu menjadi menciut lalu kembali ke tempatnya.

"Ok, girls! Get ready!"

Sementara itu, acara masih terus berlanjut hingga kini giliran anak Cheers dipanggil untuk tampil.

"Ayo, ayo, ayo!" Seru Laura.

"Eits, tunggu dulu!"cegat Leona. Anak Cheers yang sudah tidak sabar untuk tampil pun, jengkel dengan Leona yang menghentikan mereka.

"Apalagi sih?!"kesal Laura.

"Katanya Cheers itu ekskul kebanggaan sekolah, Cheers itu kerja tim nya bagus. Tapi mana? Kok gak kedengeran suara yel-yel nya?"tantang Leona. Semua yang mendengar pun mengangguk sembari berkata 'oh iya'

"NASA!!"teriak Laura selaku kapten Cheers.

"PINK AND YELLOW! PINK AND YELLOW!"sahut anak Cheers. Lalu, mereka pun berlari menuju lapangan untuk menghibur para penonton.

"Good luck!"ucap Leona pelan. Namun, dapat didengar oleh salah satu dari mereka dan tersenyum saat mendengarnya.

"Dekorasi, check! Cheerleader, check! Apalagi ya? Ganti baju!!!"ucap Leona pada dirinya sendiri lalu berlari menuju ruang ganti. Saat ditengah jalan, kepala Leona terasa sedikit pusing. Butuh mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mem-fokuskan pandangan.

"Ayo, Leona! Jangan lemah dulu! I know I can do it!" Batin Leona yang menyemangati dirinya.

Setelah berganti pakaian, Leona bertemu dengan Jarl dan kawan-kawan. "Habis ini lo tampil?"tanya Jarl.

Leona menggeleng, "gue gantiin Lana tampil."

"Lah, emang Lana kemana?"tanya Mark.

"Lana kan wakilin sekolah lomba. Eh, iya bukan sih?"tanya Brian. Leona mengangguk sebagai jawaban bahwa itu benar.

"Terus, lo mau bawain lagu apa?"tanya Brian lagi.

Leona mengangkat bahunya, "belum tau." Jeda "bang, mau duet gak?" Leona pun mengajak Jarl.

Jarl mengerutkan dahinya, "duet?" Kemudian dia mengangguk-anggukan kepalanya, "boleh, lagu apa?"

Leona membisikkan lagu yang akan dia bawakan nanti. Jarl pun mengangguk setuju, "gampang."

"Tapi, lo udah makan sama minum obatnya?"lanjut Jarl dengan wajah seriusnya.

"Udah,"bohong Leona. Jarl tersenyum lalu menepuk kepala Leona, "good girl."

Leona tersenyum karna Jarl mempercayai dirinya. "Ya udah, gue harus siap-siap dulu,"pamit Leona.

"Good luck!"

Hai!

Maaf ya, baru di publish😅
Dan makasih banget buat yang komen di part sebelum2nya buat di nextt😂❤

If I Stay [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang