Tigapuluh empat

4.6K 262 42
                                    

Big thanks buat @vannesha_ yg udh nyemangatin gue buat cepet publish dan ngebantu cari ide❤

***

Bruk.
Bruk.
Bruk.

Pemuda itu masih terus berusaha menemukan si perempuan didalam kerumunan yang begitu padat. Si pemuda tidak melihat dengan benar dan tiba-tiba dia menabrak seseorang.

Brugh

"Aduh!"ringis seseorang. Refleks pemuda itu melihat kebawah dan dia terkejut saat melihat siapa orang yang dia tabrak.

"Bella?"tanya Pemuda itu. Ya orang yang ditabrak adalah seorang perempuan bernama Bella yang selama ini dia cari. Sontak perempuan yang bernama Bella itu melihat orang yang sudah menabrak dirinya.

Dengan kilatan benci dimata Bella, dia pun beranjak ingin pergi dari hadapan si pemuda. Namun sebuah tangan menahan kepergiannya.

"Please ... don't go"pinta pemuda itu yang terdengar seperti orang yang frustasi.

Hell no! Ngapain dia frustasi gara-gara gue. Dia aja ... ah sudahlah. "I don't have many time for men who such a jerk"

"Gue tau gue brengsek dan gue minta maaf atas kesalahan yang udah gue lakuin ke lo dan Leona"ucap pemuda itu yang perlahan-lahan memelan.

Bella menarik pemuda itu keluar kerumunan--karna dia tidak ingin menjadi sorotan disana-- menuju tempat yang lumayan sepi.

"Lo lakuin apa ke Leona, hah?!"tanya Bella garang.

"Gue ... tampar dia"

Bugh

Bella menonjok wajah pemuda itu sampai si pemuda tersungkur ke tanah.

Kuat juga gue. Padahal belom makan:(. "Itu contoh bogeman gue buat yang nyakitin sahabat gue. Apalagi yang lo lakuin ke dia?!"

Pemuda itu mengusap sudut bibirnya yang sedikit asin akibat darah yang keluar lalu berdiri. "Gak ada"

"Ya udah." Bella mengibaskan tangannya lalu beranjak meninggalkan pemuda itu.

"Lo masih benci gue?"tanya pemuda itu. Lebih tepatnya sih teriak.

Bella berbalik menghadap pemuda itu yang tidak terlalu jauh dari hadapannya, "gue emang bukan siapa-siapa lo, tapi semua perlakuan yang lo lakuin ke gue sebelum insiden ini terjadi gue merasa kalo lo emang bener cinta sama gue. Nyatanya?" Bella membuang ludah, "gue salah. Salah karna udah balas cinta lo walaupun sikap gue kadang menunjukan kalo gue gak suka sama lo."

"Bahkan gue sempet bingung sendiri kenapa gue bisa suka sama lo juga? Apa spesialnya? Katakan gue jahat, tapi memang itu kenyataan. Lo selalu dekat dengan banyak cewek, kalo masalah lo deket sama Leona gue gak masalah. Toh kalian emang udah deket dari kecil dan Leona sahabat gue. Gue tau dia gak bakal nikung sahabat sendiri. Padahal hati gue udah bisa nerima lo bahkan balas cinta lo. Tapi ... terimakasih atas malam itu, lo udah nyadarin gue seberapa brengseknya lo." Jeda "oh ya, satu lagi. Ternyata gue jatuh cinta sama orang yang gagal move on sama mantannya sendiri yang udah ninggalin dia karna lebih memilih cowok yang lebih tampan. Lucu sekali ya. Haha"

Bella tertawa hambar. Namun, satu bulir air mata turun membasahi pipinya. Dari tempat pemuda itu berdiri mungkin tidak terlihat jika Bella mengeluarkan air matanya.

Hening.

Si pemuda berusaha mencerna kata-kata Bella, sedangkan Bella mengepalkan tangannya untuk tidak menangis--bahkan dari awal dia melihat pemuda itu rasanya dia ingin melampiaskan amarahnya sampai si pemuda babak belur lalu memeluknya. Tapi rasanya dia masih gengsi untuk melakukan itu. Terutama dibagian memeluk pemuda itu.

"Leona sakit"

Dua kata yang dapat memecahkan keheningan mereka dan lamunan Bella.

"Lo bercanda kan Mark?!"tanya Bella sambil menarik kerah baju Mark.

"Apa wajah gue saat ini menunjukan gue bercanda, huh?"

Bella menghempaskan tangannya dari kerah Mark dan mengambil ponselnya.

"Ah sial!" Batrai ponsel Bella hanya tersisa 2%. Bella menghilangkan ke-gengsiannya dan meminjam ponsel Mark.

"Gue pinjem hp lo," tanpa ba-bi-bu lagi, Mark memberikan ponselnya pada Bella. Bella mencari kontak Jarl diponsel Mark lalu menekan tombol hijau.

"Mau apa lo?!"

Dari suara Jarl saat mengetahui bahwa Mark yang menelpon, Bella sudah tahu kalau Jarl seperti tidak menyukainya.

"H-hallo bang? Gue bella"

"Bella?! Loh kok hp Mark ada di lo? Mark kemana?"

Bella menatap Mark yang sedang menatap dia juga.

"Mati dia. Oh ya bang, rumah sakit Leona dimana??"

"Di Biliard Hospital"

"Gak ada nama lain apa selain Biliard?"

"Haha. Bukan gue yang punya, jangan protes ke gue"

"Ya udah gue otw ke sana"

"Ok. Hati-hati"
Tut!

Bella mematikan sambungannya sepihak dan mengembalikannya kembali ke Mark.

"Lo bawa mobil?"tanya Bella. Mark mengangguk.

"Parkir dimana?"
"Di depan McD"
"Gue tunggu"

Bella meninggalkan Mark dengan kebingungannya. Mark pikir Bella tidak akan ikut untuk menjenguk Leona dan akan terus menghindar darinya. Nyatanya? Dia harus berterimakasih dan mengucap syukur pada Tuhan karna sudah didekatkan dengan perempuan yang unik seperti Bella. Tidak ingin Bella menunggu kelamaan dan marah kembali, Mark pun mengejar Bella.

***

Sesampai dirumah sakit, Bella dan Mark berlarian dikoridor rumah sakit menuju ruangan Leona.

"Jarl!"seru Bella. Jarl yang sedang duduk disebuah kursi pun beranjak dari tempat duduknya dan memeluk Bella--bagaimanapun juga, mereka dulu sangat dekat. Karna notabe Bella yang sebagai sahabat terdekat Leona.

"Lo habis dari mana sih, nyuk?!"tanya Jarl sembari melepas pelukannya.

Bella memukul dahi Jarl pelan, "baru sesi romantis, udah panggil gue kunyuk aja lo!"

"Hehe. Peace mbak." Jarl menunjukan jari telunjuk serta jari tengahnya.

"Leona gimana?"tanya Bella.

"Leona ... dia masih ditanganin sama dokter. Doain ya semoga Leona baik-baik aja"ucap Jarl.

"Selalu. Gue yakin Leona pasti bangun. Dia gadis yang kuat"balas Bella sambil duduk disalah satu kursi disana.

"Hm ... Bel?"panggil Jarl. Bella mengadahkan kepalanya melihat kearah Jarl, "ya?"

"Selama gue sama Leona berantem, dia ngapain aja? I-i mean ... dia ngelakuin hal yang gila gak sih? Atau--"

"Gak. Se-terpuruk masalah Leona, dia gak bakal ngelakuin hal yang gila seperti yang lu pikirin. Tapi mungkin dia hanya butuh sedikit hiburan"jelas Bella.

"Hiburan?"tanya Jarl penasaran.

Bella mengangguk, "iya ... balapan"

"Hah?! Terus dia main balapan juga?!"tanya Jarl cemas.

Bella mengangguk. Baru saja Jarl ingin memprotes lagi, Bella memotongnya.

"Ta-tapi itu gak direncanain! Aduh gimana ya ... nih jadi gini, awalnya kita cuma mau nonton temennya Mark--"

Jarl memotong ucapan Bella, "eh?ada Mark?"

Mark yang sedari tadi hanya diam dan mendengar apa yang mereka bicarakan pun menolehkan kepalanya, "a-ah?"

Jarl menepuk pundak Mark, "lemot masih aja dipelihara"

"L-lo gak marah sama gue?"tanya Mark yang bingung dengan perlakuan Jarl pada dirinya.

"Gue?"

Tbc

Sori aku ngaret guys:(
Karna aku udh kls 9, jd ya kalian tau lah kls 9 kyk gimana:"

If I Stay [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang