Tigapuluh lima

4.4K 260 23
                                    

"Gue?" Jarl menunjuk dirinya lalu terkekeh, "emang gue marah sama siapa aja yang nyakitin keluarga gue. Tapi Leona kayak gini gak sepenuhnya salah lo, lagian lo juga termasuk orang yang selalu ngedukung Leona dan selalu buat hari dia ceria." Mark mengelus dada dan menghembuskan napas leganya.

"Kenapa lo?"tanya Jarl yang bingung dengan Mark. "Gue kira lo marah sama gue."

"Lo udah terlalu banyak buat kebaikan dihidup gue, lo dan Brian yang selalu ngedukung gue, kalian juga yang selalu buat gue tersenyum kalo gue lagi sedih dan kita juga sahabat. Jadi ... ya menurut gue sedikit susah buat ngelupain kebaikan kalian"jelas Jarl.

"Gila gue salut sama lo. Btw ... gue juga minta maaf, karna gue ... Leona jadi masuk rumah sakit. Gue yakin dia pasti shock tadi. Dia udah terlalu lama nyimpen kesedihannya," Mark mengidikan bahunya, "mungkin"

Cklek.

Tiba-tiba seorang pria berjas putih yang disebut sebagai dokter keluar dari ruang kamar rawat Leona, "keluarga dari saudari Leona?"

"Saya dok," Jarl berjalan mendekati dokter itu.

"Pasien sudah lumayan membaik, hanya saja dia masih harus beristirahat. Dan ... bisakah kita berbicara diruangan saya?" Jarl mengangguk, "baik dok"

"Dok? Kami boleh kan masuk ke dalam?" Dokter pun mengangguk, "boleh, pasien juga sudah sadar"

Jarl berjalan mengikuti Dokter itu menuju ruangannya, sedangkan Bella dan Mark memasuki kamar rawat Leona. Mark membuka pintunya perlahan agar tidak menganggu Leona.

Cklek.

"Hai"sapa Bella pada Leona. Leona yang merasa ada seseorang yang menyapa serta memasuki kamarnya pun menoleh.

"H-hai"balas Leona dengan wajah dan bibir yang terlihat masih pucat.

"Gimana? Ada yang sakit?"tanya Mark. Leona membetulkan posisi badannya menyandar pada punggung ranjang dibantu oleh Bella, "gak kok"

Hening.

"Gue mau pulang"seru Leona. Bella dan Mark yang sedari tadi memainkan ponselnya pun menoleh ke arah Leona.

"Lo belum boleh pulang. Lo aja baru sembuh Le, nanti kalo lo drop lagi gimana?"tanya Bella.

"G-gue udah gak sakit lagi, Bell. Lihat nih gue aja udah baikan." Leona menggerakan tubuhnya untuk memastikan mereka bahwa dia sudah membaik.

"Ya udah, kita tunggu Jarl sama Dokter lagi"sahut Mark.

Sementara itu~

"Jadi dok, gimana adik saya?"tanya Jarl sesampainya mereka didalam ruangan dokter.

"Apakah sebelumnya pasien Leona pernah mengalami hal seperti ini?"

Jarl menggeleng, "tidak dok"

Dokter itu membolak-balikkan map yang ada dimejanya, "sebenarnya pasien hanya shock saja, apakah pasien sedang menghadapi banyak masalah?"

Jarl mengangguk. Dokter yang bernama Billy--salah satu dokter kenalan Jarl-- ini menatap Jarl dengan tatapan lebih serius, "sepertinya saudari Leona sudah mempunyai penyakit yang cukup serius"

"A-apa itu dok?"tanya Jarl sedikit kaku. "Leukimia stadium akhir"

Jder!

Bagaikan disambar oleh petir, tubuh Jarl seketika menegang dan kaku. "Bill? Lo pasti bohong kan?! Ma-mana mungkin Leona separah itu"

Billy mengusap wajahnya kasar, "gue tau Jarl, but this is true. Gue gak main-main sama penyakit pasien gue. Dan ... gue juga gak tau kenapa lo baru tau?"

"Dia gak pernah cerita sama gue dan dia gak pernah keliatan sakit didepan kita semua. Gak kayak Leora yang selalu terlihat lebih pucat karna penyakit leukimianya"

"Leora juga leukimia? Stadium berapa?"tanya Billy--dokter.

"Stadium 2. Tapi masih ikut kemoterapi dan kata dokternya sebentar lagi dia sembuh, karna dia juga lumayan rajin ikut kemo-nya"

"Bagus deh. Oya, gue saranin lo lebih perhatiin Leona lagi. Karna semakin lama pasti tubuhnya gak bakal kuat. Dan ... gue saranin lo juga coba buat kemo, ya walaupun gue tau dia udah distadium akhir. Tapi siapa yang tau kehidupan seseorang selain Dia?"

Jarl mengangguk setuju, "makasih, Bill. Oh ya, doain semoga Leona mau kemo"

Billy mengangguk, "selalu." Jarl pun keluar dari ruangan Billy menuju kamar rawat Leona.

"Hai baby," Jarl mendekati brangkar Leona, "hai bang"

"How's your feelin'?" Jarl duduk dipinggir brangkar Leona sembari memeluknya dari samping, "better"jawab Leona.

"Abang habis darimana?"lanjut Leona. "Habis dari ruang dokter,"jawab Jarl.

"Kata dokter penyakit Eon apa?"tanya Leona penasaran.

1 detik
2 detik
5 detik
1 menit

Semua pandangan menuju pada Jarl, karna sedari tadi dia masih belum bergeming. Sebenarnya Jarl masih bertarung dengan pikirannya, akankah dia beritahu penyakit Leona atau tidak? Tetapi jika dia beritahu ke Leona, dia tidak ingin Leona sedih.

"Bang?"panggil Leona. Jarl pun tersadar dari lamunannya, "a-apa?"

Leona berdecak, "ish, bengong kenapa sih?"

Jarl menggeleng,"engga kenapa-kenapa kok. O-oh ya, kata dokter tadi kamu cuma shock doang kok"

"Bener?" Leona menaikan salah satu alisnya keatas. Jarl mengangguk mantap untuk menutupi kebohongannya.

"Bang ... Leona mau pulang"pinta Leona. "Kamu kan baru sadar, masa udah minta pulang?"tanya Jarl.

"I know you know me so well, bang. Gue gak suka dirumah sakit. Apalagi sama bau obat-obatannya. Eughh!"ucap Leona sambil mengekspresikan wajah tidak sukanya terhadap bau obat-obatan.

"Ya udah abang tanya dokter dulu," Jarl pergi keluar kamar rawat Leona untuk menghampiri dokter tadi.

10 menit kemudian ...

"Hallo Leona," seorang pria berjas putih datang bersamaan dengan satu perawat dan Jarl.

"Hai dok"jawab Leona. Dokter itu mendekat ke brangkar Leona, "saya dengar ... kamu mau pulang ya?"

Leona mengangguk. "Kamu yakin? Nanti kalo kamu tiba-tiba drop gimana?"tanya Dokter itu lagi.

Leona menggeleng, "Leona janji gak drop lagi dok"

"Nanti kalo kamu kangen sama dokter gimana?"goda dokter yang ber-name tag Billy itu.

Leona tertawa pelan, "ya kalo kangen bisa minta hubungin sama bang Jarl. Haha"

"Saya bercanda kok. Eh tapi kalo beneran gapapa, saya ikhlas lahir batin"goda Billy dengan tawaan pelan diakhir kalimat.

"Eh saya gak jadi deh dok, dokter terlalu tua buat saya"ucap Leona.

"Kalo udah cinta mah gak mandang umur kali. Haha"canda Billy.

"Ehem!" Jarl menginstrupsi candaan Leona dengan Billy. "Eh ada orang ya disini?"tanya Billy pura-pura.

"Gak ada dok, gak ada. Anggep aja kita nyamuk"sahut Bella.

"Mark pacar kamu iri tuh"goda Billy. Mark memandang Billy dengan heran, "dokter tau nama saya darimana?"

Billy menunjuk name tag dibaju milik Mark, "itu"

Mark baru menyadari bahwa diseragam sekolah mereka terdapat name tag yang mencantumkan nama mereka. "Haha. Oh iya"

"Jadi ... gimana dok? Saya udah boleh pulang kan?"tanya Leona memastikan.

Billy mengangguk, "asalkan ada 2 syarat"

"Apa itu dok?"

Tbc

Apa ya?😂

If I Stay [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang