Hari ini pun Vallary dan James memutuskan untuk kembali bertemu, berniat tuk meneruskan pembicaraan mereka mengenai masalah surat kaleng tersebut. Rasa penasaran itu nampaknya tak bisa begitu saja diabaikan hingga keduanya terus mencoba mengorek informasi sebanyak - banyaknya mengenai hubungan antar Elisabeth, Tiger serta Elena.
"Jadi apa ada perkembangan lain mengenai masalah ini? Mungkin saja orang itu mengirimkan surat kaleng itu lagi pada mu. "
James menggeleng pelan, memberikan isyarat kalau belum ada surat kaleng lainnya yang ia terima dalam satu minggu belakangan ini.
"Em..... Apa Elisabeth tak punya benda apapun yang bisa menjelaskan siapakah ayah dari bayi yang dikandungnya saat itu? Atau siapa kah yang mengancam hidupnya hingga ia harus hidup dalam persembunyian semacam itu."
Pandangan James mulai menerawang memikirkan ucapan Vallary barusan. Beberapa saat berpikir ia pun akhirnya mulai ingat akan sesuatu.
"Ah.... Setelah ia meninggal dunia seorang petugas di panti menitipkan sekotak besar barang-barang peninggalannya pada ku. Karena tak ingin kembali teringat padanya makanya aku sengaja tak memeriksa isinya dan menaruh barang itu di dalam lemari kamar ku."
Vallary meletakkan cangkir teh miliknya lalu segera berdiri dari kursi kayu yang tengah didiaminya selama berbincang di Cafe kecil tersebut bersama James.
"Kau mau kemana ? "
" Tentu saja ke apartemen mu. Kita harus membongkar kotak itu. Karena ku yakin ada sesuatu yang mungkin terlewatkan dari penyelidikan kita ini. Barang bukti yang bisa memecahkan teka-teki ini. " Vallary mengambil tas miliknya lalu membayar bila tagihan miliknya dan juga James. Melirik pria itu yang malah masih terlihat kebingungan.
"Come on Mr. James!!!! Hurry up !!!"
Melihat wajah Vallary yang mulai masam pria itu pun segera meraih kunci mobil miliknya, berjalan cepat mengikuti sosok Vallary yang sudah meninggalkannya keluar Cafe.
Tanpa keduanya sadari, rupanya ada sepasang mata tajam yang mengamati gerak-gerik keduanya sedari tadi. Bersembunyi di balik bayangan gelap di ujung Cafe kecil tersebut.
"Sepertinya aku hanya perlu menunggu hasilnya. Dan surat ini tuk sementara tak akan ku kirimkan pada mereka. " Pria bertopi itu bergumam sebelum menenggak kopi hitam yang di pesannya hingga tandas tak bersisa.
Beberapa saat kemudian orang itupun pergi dengan sebuah amplop coklat di tangannya. Mengurungkan niatnya yang pada awalnya akan kembali membawa surat tanpa nama itu ke kantor milik James siang nanti.
***
Suara ponsel milik James berbunyi keras membuat langkah pria itu terhenti sejenak. Pintu apartemen telah di depan mata namun sayang mungkin kali ini ia tak bisa menemani Vallary tuk memastikan apa isi kotak tersebut.
"Ok. Baiklah aku akan segera ke kantor sekarang. " Sambungan telepon terputus dan saat itu James pun segera menyerahkan kunci apartemen miliknya pada Vallary.
" Maaf Vallary, aku tak bisa menemani mu. Kau bisa cari itu sendiri kan? "
" Baiklah kalau begitu jadinya. " Vallary menatap wajah James sejenak sebelum akhirnya pria itu tersenyum kecil dan nampak terburu-buru meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meet His Destiny [𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩]
Romantik"Dasar wanita kasar, berani-beraninya ia mempermalukanku di depan orang banyak. Lihat saja, kalau kita bertemu lagi, akan ku buat ia menyesal karena menantang ku." -Tiger Alexander- "Cih! Rupanya badannya saja yang besar, tapi kekuatannya tak lebi...