"Bagaimana kondisi Elsa saat ini dok?" Tanya Keisha spontan ketika dokter tersebut selesai melakukan pengecekan fisik terhadap putri kecilnya itu.
"Semakin membaik Ny.Keisha, anda tak perlu khawatir lagi. Luka nya mulai sembuh, tidak ada tanda-tanda infeksi atau sebagainya. Hanya saja, setelah nya saya menyarankan untuk melakukan konsultasi pada psikolog khusus anak, hanya untuk memastikan jika trauma yang mungkin terjadi tidak akan berbahaya untuk perkembangan putri anda di kemudian hari." Jelas dokter itu sambil tersenyum, membuat Keisha bisa benar-benar bernafas lega pada akhir nya.
Putri nya semakin membaik, luka nya pun mulai sembuh dan tinggal pengecekan pada psikologi yang harus ditempuh bocah perempuan itu setelah nya.
Semoga Elsa benar baik-baik saja, trauma tentang kejadian ini pun Keisha harapan bisa segera putri kecilnya itu lupakan.
"Terimakasih dok." ucap Keisha ketika dokter dan beberapa perawatan itu pergi meninggalkan ruangan rawat milik putri nya.
Sejenak ia menoleh ke sisi sofa di dekat pintu, mendapati bingkisan yang ia Terima dari Dave beberapa saat yang lalu.
Pria itu seperti nya kini bersama suaminya di ruang ICU karena pemeriksaan barusan Dave seperti nya mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan putri nya Elsa.
"Mommy, daddy mana?" tanya suara kecil itu yang menyadarkan Keisha dari lamunan singkat nya.
"Daddy sedang bertemu dengan temannya sayang, menjenguk aunty Vallary. Ah, mommy sampai lupa teman daddy juga membawakan hadiah untuk Elsa." Jelas Keisha sambil membawa bingkisan di atas sofa dan membawanya ke sisi ranjang milik putri nya.
Gadis kecil itu sumringah, dengan mata berbinar menatap bingkisan berbungkus plastik tembus pandang yang terisi boneka serta beberapa makanan kecil.
Dengan cepat Keisha membukanya, di sisiNya Elsa nampak tersenyum lebar namun beberapa detik kemudian gadis kecil itu merubah ekspresi nya. Ia mengendus sesuatu, lalu meremas ujung jemari ibunya sedikit keras.
"Elsa sayang kenapa?" Tanya sang ibu yang tiba-tiba merasa khawatir karena melihat gerak gerik putri nya yang mendadak sangat mencurigakan.
"Elsa gak mau itu. Bau nya seperti permen karet, Elsa gak suka."
Mendengar penjelasan singkat putri nya barusan Keisha pun bergegas memindahkan bingkisan itu jauh-jauh dari Elsa, dengan segera ia genggam tangan putri kecilnya berharap itu bisa sedikit menenangkan perasaan bocah perempuan itu.
"Kenapa Elsa tidak suka? Apa yang salah dengan harum permen karet kan,-
"Baunya seperti paman jahat itu! Paman yang melakukan ini pada aunty Vallary."
Sambil mengangkat tangan kirinya Elsa menirukan gerakan seperti orang yang menembak.
Mata gadis kecil itu seperti ketakutan, membuat Keisha yang menyadari hal itupun segera menarik tubuh Elsa ke dalam pelukan nya.
"Bau permen karet? Apa Elsa yakin paman yang jahat itu adalah pan yang berbau seperti permen karet?" tanya Keisha memastikan.
Gadis kecil itu mengangguk, membuat Keisha merasa demikian kacau. Jantung nya berdegup kencang mencoba menyambung segala logika dan berpikir dengan kepala yang dingin.
Ia hanya tak ingin gegabah, Dave adalah pelakunya? Tidak! Semoga saja ini tidak seperti dugaannya.
Ditengah pergelutan hatinya tiba-tiba suara pintu kamar terbuka, membuat Keisha menoleh cepat, mendapati sosok pria paruh baya beserta dengan istrinya yang kini menatap nya penuh tanya.
"Keisha sayang, kenapa wajah mu begitu pucat?" tanya wanita paruh baya itu diikuti sang suami yang mendekati Keisha serta Elsa yang masih saling berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Devil Meet His Destiny [𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩]
Roman d'amour"Dasar wanita kasar, berani-beraninya ia mempermalukanku di depan orang banyak. Lihat saja, kalau kita bertemu lagi, akan ku buat ia menyesal karena menantang ku." -Tiger Alexander- "Cih! Rupanya badannya saja yang besar, tapi kekuatannya tak lebi...