Patency

2.1K 105 26
                                    

Aku mencoba memejamkan mataku, membiarkan air itu semakin menenggelamkan ku. Rasanya begitu sesak, hingga akhirnya akupun menyerah, lalu segera terbangun dan mengambil nafas sebanyak - banyaknya.

Gaun tidurku terlihat menerawang, basah kuyup tak bersisa. Tak berniat melepaskannya karena rasanya aku tak mampu lagi bergerak lebih dari ini.

Sendi-sendi ku terasa kian kaku, dada ku masih berdegub dengan kencang, mataku pun masih terasa begitu perih. Entah sudah berapa banyak air mata yang ku keluarkan semalaman ini, namun yang jelas air mata ini terasa telah mengering.

Jangan tanya bagaimana penampilan ku sekarang! Karena yang jelas ini terlihat jauh dari kata layak. Aku mengangkat pergelangan tangan ku, menatap tanda kebiruan yang melingkar jelas di sana.

Tanpa sadar aku tersenyum datar, menertawakan kebodohan ku beberapa jam yang lalu. Seandainya aku bisa menyembunyikannya Ia pasti tak akan semurka itu.

Dia masih akan tersenyum pada ku, menatap ku dengan kelembutannya. Tapi sekarang?! Semuanya akan berubah. James akan semakin membenci ku, dan ia nampak begitu siap tuk membalaskan dendam wanita itu pada adik laki-laki ku.

Kenapa bisa begini? Apa tak ada cara lain yang bisa kami tempuh? Menjaga hubungan baik ini hingga akhir.

Ku rasa tidak. Karena ku bisa melihat jelas rasa benci pria itu hanya dari tatapan matanya. Sungguh menusuk, hingga rasanya aku tak mampu lagi membalas tatapannya seperti dulu kala.

Vallary POV End

°°°

Flashback On

Sejak menemukan buku catatan itu Vallary pun terus saja menghindari sosok James. Telpon pria itu tak pernah dijawabnya. Dan setiap pria itu mendatangi apartemen nya, Vallary pun lebih memilih tuk bersembunyi, memberikan kesan kalau seakan-akan wanita itu memang tak berada di tempat itu.

Ini memang sudah lewat dari 3 hari, dan dengan sangat terpaksa Vallary harus pergi keluar dari apartemennya, mengingat stok bahan makanannya yang sudah mulai menipis.

Sial memang tak mampu ditolak, saat ia baru saja kembali sosok James segera muncul dan menarik dirinya ke dalam apartemen. Mata Vallary membulat, ia sungguh belum siap mengatakan segalanya pada pria itu.

Terserah mau dikatakan pengecut atau bagaimana. Namun yang jelas Vallary masih tak bisa jujur pada pria itu. Ia sungguh takut, kalau nyatanya semua kebenaran itu akan berbalik menyerangnya. Menghancurkan kehidupannya rumah tangga yang baru saja dicicipi adiknya saat ini.

"Kita harus bicara Vall. Dan sekarang serahkan buku catatan milik Elisabeth pada ku. "

Suara James memang nampak tenang, namun ditelisik lebih jauh ekspresi pria itu tak seperti biasanya. Sungguh berbeda. Hingga Vallary menyadari satu hal, kalau James sedang mencoba menahan amarahnya.

" bu.... buku catatan apa James? Aku tak mengerti maksud mu. " Vallary mencoba senormal mungkin, menghindari tatapan pria itu dan lekas berjalan meninggalkannya ke arah dapur.

Pria itu namun segera mencekal lengannya dengan kasar, membuat Vallary terpaksa menghentikan langkahnya.

"Jangan coba mengelabui ku Vall! AKU TAU APA YANG SEDANG KAU SEMBUNYIKAN!!! LIHAT!!!! aku menerima surat ini lagi tadi pagi."

James menyerahkan selembar kertas ke tangan Vallary, memaksa wanita itu tuk membaca seluruh isinya.

Vallary sungguh tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, Ini terlihat mustahil. Saat surat itu berisi tentang bagaimana bisa si brengsek yang menghamili Elisabeth, kini hidup bahagia dengan wanita lain. Terlebih menjadi ayah yang baik untuk bayi yang dulu pernah ia sia-siakan.

When Devil Meet His Destiny [𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang