Hopeless

8.6K 328 8
                                    

Slow update ya guys.

Maklum kan sekarang ada 2 cerita yang mesti di update.

Biar adil gitu ^_^

Selamat membaca dan semoga berkesan ya ama ceritanya.

("(^___^)")

" Emm,Tig....Tiger."

Richie menggeram. Rasanya begitu marah mendengar nama pria itu disebut. Bahkan dalam keadaan tidurpun Keisya masih saja memikirkannya. Sepenting itukah arti seorang Tiger bagi wanita itu. Sedekat apakah jalinan antara keduanya. Sepertinya ini akan lebih sulit dari perkiraannya. Ia mesti berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan hati Keisya.

Ia masih di sana, menatap Keisya yang tertidur begitu pulasnya. Sungguh menenangkan dan membuatnya nyaman. Hingga ia mendengar Keisya menggumamkan nama pria lain dari bibirnya. Keisya itu miliknya, tak ada pria lain yang boleh mengisi hati wanita itu. Harus hanya dia seorang -pikir Richie egois.

Tubuh Richie lama-lama semakin mendekat. Ia harus membungkam mulut itu. Mulut yang telah lancang menyebut nama pria lain. Ia mesti menghentikan mimpi Keisya, karena wanita itu tak boleh memimpikan pria lain di saat ia telah menjadi milik seorang Richie Adams.

Richie melumat bibir Keisya. Ciuman itu jauh dari kata lembut, sangat kasar dan menuntut. Pria itu tak peduli dengan kondisi Keisya yang masih tertidur. Lidahnya menerobos masuk ke dalam rongga mulut Keisya. Merasakan ada yang aneh Keisya pun mula bergerak-gerak tak nyaman.

Rasanya sesak seperi ada sesuatu yang mengganggu mulutnya untuk bernafas normal. Matanya perlahan terbuka, Sungguh kaget ketika mendapati wajah Richie yang amat dekat. Terlebih bibir pria itu terlihat sibuk melumat habis bibirnya.

"Hem..." Keisya menggumam dan segera mendorong tubuh Richi menjauh. Nafasnya terdengar tak teratur, bibirnya terlihat memerah dan membengkak karena ulah Richie tadi. Keisya mengelap bibirnya dengan kasar seakan-akan begitu jijik. Mata Keisya menatap Richie tajam.

"Dasar pria brengsek. Bisa-bisanya kau memanfaatkan kesempatan untuk melakukan hal terkutuk itu pada ku."

Mendengar hinaan itu malah membuat Richie terkekeh. Pria itu sudah biasa mendengar ucapan semacam itu, bahkan ia sudah sangat kebal dengan hal-hal semacam itu.

"Tentu aku bisa. Kau lupa aku ini pemilik rumah ini. Terlebih, akupun pemilik diri mu." Ucap Richie arogan. Jelas mendengar itu membuat Keisya semakin muak saja.

Keisya mengabaikannya. Ia bergegas bangun, Rasanya sungguh tak nyaman. Ia mesti mencuci bibirnya hingga bersih, kalau perlu gosok gigi sekalian. Biar bekas bibir Richie barusan benar-benar hilang. Namun saat ia baru ingin melangkah tangannya di tarik dengan keras, hingga tubuhnya kembali terjatuh ke atas tempat tidur.

Dengan sigap Richie segera menindih tubuh mungil Keisya di bawahnya. Menguncinya hingga tak dapat bergerak. Seringai licik terlihat jelas di wajah tampan pria itu. Keisya mulai panik, namun ia segera menyembunyikan ekspresinya dengan memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Kau itu milik ku. Jangan pernah sekalipun kau mencoba memikirkan pria lain selain diriku. Karena aku tak suka. Aku membencinya Kei." Richie mengelus wajah Keisya, kemudian menarik dagu wanita itu agar menatap ke arahnya.

"Kita akan selalu bersama. Selamanya. Dan di dalam sini akan ada buah cinta kita. Anak yang menjadi jembatan penghubung antara kita. Akan ku pastikan itu." Ucap Richi sambil mengusap perut Keisya perlahan.

Mendengar ucapan Richie tadi jelas memicu emosinya. Apa dia bilang, Anak? Dia berharap Keisya mengandung anaknya. Jangan harap!! Pria semacamnya tak akan pantas di sebut ayah. Pria yang hanya mampu menyakiti hati seseorang tak akan mampu mencintai anaknya sendiri sekalipun.

When Devil Meet His Destiny [𝙏𝙖𝙢𝙖𝙩]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang