Awal Mula : Implementation

583 34 0
                                    

Esoknya, sekolah menengah atas yang didominasi oleh hampir 60% siswi perempuan itu, mulai ramai dengan gosip baru tentang salah satu siswa most wanted kesayangan mereka. Sejak pagi hingga pulang sekolah, isu tentang Bara-Bianca tak kunjung surut. Tak cukup hanya obrolan langsung para grup rumpi di pojok kelas, kehebohan itu juga tak kalah ramai di media sosial. Foto-foto kelas paparazi terus menyebar di akun media sosial semua siswa. Bara-Bianca bahkan menjadi trending topic di semua group chat siswa sekolah tersebut.

Semua berawal dari kemunculan Bara dan Bianca yang datang bersamaan dalam satu mobil. Kemudian, dilanjutkan adegan jalan beriringan dengan tangan saling mengenggam. Tanpa mempedulikan pandangan tak percaya dari semua siswa di sekitarnya, Bara mengantarkan Bianca sampai di depan kelasnya. Seolah belum cukup dengan semua adegan itu, Bara kembali mengejutkan khalayak saat sebelum beranjak ke kelasnya sendiri, ia terlihat mengelus rambut panjang Bianca disertai tatapan sayang.

Tiba jam istirahat, para siswa yang masih penasaran dan curiga, terlihat menanti di depan kelas XII MIPA 2, kelas Bianca, dan kelas XII IBB 1, kelas Bara.

Bara adalah yang keluar pertama kali. Saat Bara menghampiri kelas Bianca yang masih dipenuhi siswa haus informasi, para siswi terdengar mendesah bersamaan.

"Hai, Bi." sapa Bara dengan senyuman maut yang bisa membuat para siswi lain tidak ingin berkedip. "Ke kantin, ya. Kamu perlu makan banyak. Kan, harus jagain ayah kamu nanti."

Semua teman kelas Bianca sudah mengetahui perihal kondisi ayah Bianca yang tengah sakit keras. Gagal ginjal, tanpa pendonor, jelas bukan penyakit ringan yang mudah disembunyikan pihak komite sekolah.

Seisi kelas, ditambah beberapa pengintip dari luar kelas terlihat menahan nafas, menunggu tanggapan Bianca yang terkenal sebagai ratu es sekolah.

Bianca tersenyum. "Tunggu bentar, ya. Tinggal satu soal lagi. Materi ini agak susah."

Jangan tanya kondisi semua penonton saat itu. 'Senyum Bianca' yang terkenal mahal itu, bisa muncul semudah itu untuk Si Hot Bara. Para siswa terpukau menyaksikan kejadian langka itu, terutama para pengagum rahasia Bianca.

Bara mengacak puncak kepala Bianca gemas. "Aku tungguin, kok."

Selanjutnya, teriakan histeris para fans Si Hot Bara meramaikan area kelas Bianca. Seolah tidak mendengar suara di sekitarnya, Bara-Bianca terlihat tidak terganggu. Tangan Bara bergerak pelan merapikan rambut Bianca yang berantakan karena ulahnya. Dan Bianca berusaha mencatat tulisan di papan tulis secepat mungkin. Keduanya jelas tahu, tapi tidak peduli. Drama mereka jelas terlalu berharga saat ini.

Sedikit berbeda dengan suasana di kelas Bianca tadi, kantin jauh lebih heboh. Bara-Bianca duduk berhadapan di salah satu meja dengan dua kursi. Sebelumnya, Bara sempat melepaskan tautan tangan mereka dan beranjak memesan dua piring nasi goreng dan dua gelas teh hangat. Para penonton yang tidak segan menunjukkan ketertarikan mereka pada kedua sejoli ini, duduk dengan arah pandang pada pasangan Bara-Bianca.

Bara dan Bianca terlihat santai menyantap makan siang mereka, dengan tangan kiri yang tetap saling bertautan. Sesekali mereka tersenyum atau tertawa. Mereka bicara dengan suara nyaris berbisik, sehingga hanya mereka berdua yang tahu bahwa pembicaraan mereka adalah umpatan kekesalan Bianca dan dibalas dengan gombalan keji Bara.

Saat pulang sekolah, Bara kembali menjemput Bianca ke kelasnya dan berjalan bersama dengan tangan bertautan menuju area parkir. Bianca menghembuskan nafas terlalu keras saat ia telah duduk di samping bangku kemudi.

"Seru, ya, hari ini?" tanya Bara dengan nada riang. "Kamu gak pernah nyadar, kan, kalo kamu memang se-famous itu, Bi."

"Diem, Bar. Mending jalan, deh. Aku udah capek acting hari ini." sahut Bianca ketus, sambil memegang dahinya. Beruntung, kaca mobil Bara yang gelap tidak bisa ditembus para fans Bara yang masih terlalu penasaran.

Bara menurut. Menyalakan mobilnya, lalu mulai menjalankannya keluar sekolah. Sesaat setelah menghentikan mobilnya karena lampu lalu lintas merah yang menyala, ia melirik Bianca yang tengah bersandar dengan mata terpejam.

"Baru hari pertama, loh, Bi. Kita masih punya sekitar 29 hari lagi sebelum ini selesai."

Bianca tidak menjawab.

"Bi? Kamu sakit? Kita pulang aja, ya? Kamu istirahat. Nanti aku kabari Tante Bia."

Tiba-tiba Bianca membuka matanya. "Bisa hentikan drama kamu sekarang, gak, Bar? Kita udah berdua aja sekarang. Gak ada fans lebay kamu itu. Please."

Bara tidak membantah. "Tapi kita ke rumah kamu aja, ya. Kamu kelihatan lelah, Bi."

"Jangan buat aku menyudahi semua kesepakatan kita. Peduli setan dengan janji dan harga diri kamu."

Bara terlihat panik. "Hei, kamu kok, gitu?"

"Then, stop it. The drama, please, stop it. Kamu yang kayak gini, hanya ada saat kita dalam mode acting."

Bara membisu. Perhatian kecilnya hanya dianggap lelucon, namun dengan bijak ia tetap diam menjalankan mobilnya kembali.

"Ke rumah sakit, aja. Cukup buat hari ini. Aku gak mau terlibat drama apapun lagi hari ini. Aku akan sampaikan salam kamu buat Ayah dan Bunda, kalau kamu gak sempat mampir karena ada kerja kelompok."

Bara hanya mengangguk tanpa suara. Mengabaikan perasaan tercubit dari balik dadanya. Melampiaskan kegeramannya pada setir mobil yang ia genggam terlalu kuat.

Loving You, Hurting MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang