Bianca menjalani hari-harinya seperti biasa. Setelah satu minggu beroperasi kembali, florist Bianca kembali kebanjiran pesanan. Kali ini Bianca menekan egonya dengan mengajak Rere membantunya merangkai bunga. Kondisi tubuhnya yang rentan, membuatnya harus benar-benar mengurangi kegiatan fisik.
Selama dua minggu ini pula, Bianca terus bolak balik rumah sakit untuk memeriksa kondisi tubuhnya. Kondisinya yang belum benar-benar fit, membuat operasi transplantasinya tidak bisa langsung dilakukan. Bianca tidak ngotot, karena operasi ini bukan kemauannya.
Bianca merindukan Bara. Dan Bianca mungkin semakin tak waras, karena beberapa kali melihat sosok seperti Bara berkeliaran di sekitar kompleks ruko. Namun sebesar rasa rindunya, sebesar itu pula tekanan yang menyesakkan dadanya. Bianca tidak tahu, apa pernikahan Bara telah berlangsung atau tidak. Bianca tidak tahu, apa Bara sempat datang ke florist untuk memesan bunga.
"Ngelamun lagi, Bi?"
Bianca menoleh menemukan Ted, yang merangkul Citra tengah mendekat padanya. Bianca hanya menjawab dengan senyum tipis.
Saat Citra memilih duduk di sampingnya, Ted memilih di sofa seberangnya, terhalang oleh coffee table. Bianca curiga dengan tatapan penuh antisipasi yang ditunjukkan Citra. Sebaliknya, Ted terlihat resah.
"Bian,"
"Ya?"
"Kamu harus sembuh, ya? Apapun yang terjadi, kamu akan menerima ginjalnya. Itu hak kamu."
"Sayang,..." sahut Ted lelah.
Bianca mencium ada yang tidak beres. "Ada apa?"
"Bian," panggil Ted pelan.
"No, Ted!" jerit Citra histeris.
Bianca menyadari bahwa pasangan di hadapannya tengah mengalami perbedaan pendapat. Dan itu mengenai dirinya. Bianca risih melihat orang asing seperti dirinya, menjadi alasan pasangan romantis ini bertengkar.
"Sayang, setidaknya Bianca harus tahu keadaannya." kata Ted dengan wajah memelas.
"Ada apa, sih?" tanya Bianca mulai ikut resah.
"Kita tahu bahwa ginjal itu milik Bian!" sahut Citra kesal.
"Ada masalah dengan ginjal itu?" tanya Bianca membuat Ted urung membuka suara.
Ted menggeleng. Citra menatapnya sedih. Bianca mulai memikirkan berbagai kemungkinan.
"Oh, separah itu, ya? Operasi itu gak memungkinkan untuk tubuhku?"
Citra menggeleng. Mulutnya mencebik ke bawah, dan air matanya ikut jatuh.
"Ada pasien gagal ginjal di rumah sakit. Dan,..." Ted tidak kuasa melanjutkan ucapannya.
Bianca mengerti. Ia lantas menatap Ted dengan tatapan lurus penuh keyakinan. "Berikan saja."
Citra mencengkeram kedua lengan Bianca. "Gak bisa, Bi. Itu hak kamu."
"Tapi pasien itu lebih membutuhkannya. Pasien itu sekarat. Sedangkan aku masih baik-baik saja."
"Kita gak tahu apa yang akan terjadi nanti, Bian. Aku mohon, jangan berikan." pinta Citra putus asa.
Bianca melepas kedua tangan Citra lalu menggenggam kedua tangannya. "Dan membiarkan pasien itu mati begitu saja? Kamu ingin membuatku menjadi orang jahat?"
Citra menunduk, terisak. "Aku ingin kamu hidup, Bi. Kami menyayangimu."
"Aku mungkin hidup dengan satu ginjal yang kini tidak berfungsi baik. Tapi aku masih punya hati." Bianca menjeda untuk menghembuskan nafas. "Lagipula aku yakin, Ted akan menemukan ginjal lain untukku. Aku masih punya banyak waktu, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You, Hurting Me
RomanceDua hati yang saling mendamba Dua raga yang sulit bersama