Lagi (2)

419 31 0
                                    

Bianca tidak bisa tidur. Ia terbaring miring menatap Bara yang baru saja terlelap. Sedari tadi, Bara mengajaknya berbincang banyak hal. Bara menceritakan berbagai pengalamannya setelah mereka berpisah. Sesekali Bara bertanya tentang kehidupan Bianca.

Dari keseluruhan cerita Bara, Bianca tidak mendengar satu pun bagian tentang calon istri Bara. Bianca pun terlalu pengecut untuk bertanya.

Satu yang Bianca sadari, ia tidak layak berada di sisi Bara seperti ini. Bianca hanya akan menjadi parasit bagi Bara.

Bianca yakin Bara melakukan semua ini karena rasa tanggung jawabnya. Atau mungkin karena kasihan melihat Bianca yang kini sebatang kara. Sekarang saja, Bara tidak keberatan memberikan ginjalnya, bagaimana nanti?

Bianca harus menghentikan semua pengorbanan Bara. Bara pantas menjalani hidup normal tanpa bayang-bayangnya. Bianca harus pergi.

Bianca meraba dada kirinya, merasakan denyut jantungnya sendiri. Bukti bahwa ia masih hidup. Bianca tersenyum miris. Ia telah siap untuk mati, namun Tuhan justru memberinya kesempatan untuk hidup. Hidup menyedihkan tanpa Bara.

Bianca bangkit perlahan. Suara ranjang rumah sakit tidak terlalu gaduh untuk membangunkan Bara. Bianca menggigit bibir menahan perih saat mencabut jarum infus. Bianca mendesah lega, melihat sejumlah pakaian wanita yang ditinggalkan Citra di dalam lemari.

Kondisinya benar-benar membaik. Operasi transplantasi ginjal yang diberikan Bara ternyata benar-benar sukses. Tubuh Bianca tidak menunjukkan komplikasi apapun. Ia bahkan sudah cukup kuat berjalan.

Bianca terus berjalan pelan. Ia berharap tidak ada perawat yang menyadari bahwa ia adalah pasien yang kabur. Langkahnya terhenti melihat taman yang masih berada dalam lingkungan rumah sakit.

Taman itu terlihat ramai sore ini. Bianca tersenyum melihat seorang suami tengah merangkul istrinya yang hamil tua. Selanjutnya pandangannya jatuh pada pasangan lansia yang duduk di bangku taman. Terakhir, Bianca melihat seorang wanita yang duduk sendiri di atas kursi roda. Wanita itu memandang satu titik dengan tatapan kosong.

Bianca ingat pernah memiliki mimpi sederhana. Menikahi pria yang ia cintai dan memiliki banyak anak. Lalu hidup bersama sampai ia terlalu tua untuk melangkah. Tapi Bianca sadar, ia hanya akan berakhir sendiri, seperti wanita di atas kursi roda.

Bianca menghapus air matanya dengan ujung lengan bajunya. Baru saja ia akan melanjutkan langkahnya saat namanya dipanggil dengan lantang.

"Bianca!"

Bianca berbalik. Ia terkejut melihat Bara menatapnya marah dari kejauhan. Bara melangkah cepat mendekatinya. Bianca semakin ketakutan melihat darah yang mengucur dari salah satu pergelangan tangan Bara. Bianca bahkan menggeleng panik melihat Bara yang sempat meringis menahan nyeri di perutnya.

Bianca menyiapkan diri untuk menerima bentakan atau mungkin tamparan saat Bara semakin dekat. Namun yang ia dapatkan justru pelukan erat.

"Bara?"

"Diam, Bi! Terima saja! Ini hukuman karena kamu berani meninggalkanku!"

Bianca menegang namun tidak berusaha mengurai pelukan Bara. Dari kejauhan ia bisa melihat Citra dan Ted menatapnya lega. Membuat Bianca merasa bersalah karena membuat banyak orang panik.

Loving You, Hurting MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang