All is (Not) Well

388 38 0
                                    

Bianca terbangun lagi dan orang pertama yang ia lihat adalah Bara. Bianca memasang wajah kesal, namun tetap merasa lega melihat Bara terlihat lebih segar dengan baju santai. Sepertinya Bara sempat pulang untuk membersihkan diri saat Bianca tengah tertidur.

"Kapan aku bisa pulang?" tanya Bianca akhirnya. Ia menyerah dengan kesunyian yang tidak berkurang walaupun suara televisi yang ditonton Bara terdengar cukup nyaring.

Bara yang tidak benar-benar melihat layar tipis itu menoleh. Ia duduk di atas sofa berjarak satu meter dari ranjang Bianca.

Bara kembali menatap televisi saat menyahut, "Senin depan."

Bianca melotot. "Astaga. Aku cuma anemia. Bed rest semalam aja aku udah cukup. Pokoknya aku mau pulang hari ini."

Bara mematikan televisi. Ia bangkit dan duduk di pinggiran ranjang Bianca. Wajahnya terlihat mengeras menahan emosi.

"Ya, anemia sampai pingsan. Kamu bilang itu 'cuma'? Apalagi kamu,... "

Bianca menatap Bara yang memutuskan ucapannya dan melihat sirat kekhawatiran di matanya. Suatu pemikiran yang tiba-tiba melintas membuat Bianca melebarkan mata.

"Bar, jujur, aku gak cuma anemia, kan? Sebenarnya apa diagnosa dokter?"

Bianca baru sadar, bahwa ia tidak benar-benar tahu penyakitnya. Ia hanya sering mengalami anemia akhir-akhir ini. Menurut Bianca hal ini wajar, karena aktivitas Bianca memang sangat padat beberapa hari ini.

Bara mengalihkan pandangan. "Aku pikir, aku cukup mengenal kamu, Bi."

Bianca mengernyit melihat Bara yang berubah murung. Bara bahkan tidak menjawab pertanyaannya.

"Apa penyakitku separah itu?" tanya Bianca pelan.

Bara menoleh cepat, langsung mengunci tatapan Bianca. "Sejak kapan kamu kayak gini? Sejak kapan kamu hidup dengan satu ginjal?!"

Bianca melotot. Tentu saja Bara akan tahu. Ia berada di rumah sakit yang dipenuhi dengan ahli medis dan peralatan canggih. Kondisi Bianca tidak akan menjadi rahasia lagi.

Bianca menggerakkan tubuhnya tidak nyaman. Bara memegang lengannya terlalu keras. "Aku sudah lama kayak gini. Tapi aku sungguh baik-baik saja. Aku sudah terbiasa. Memiliki satu ginjal, tidak akan membuatku cepat mati."

Bara melepaskan pegangannya dan menunduk. "Apa yang terjadi?"

Bianca menunduk. "Apa itu penting? Toh, aku sudah baik-baik saja."

"Kamu gak baik-baik saja, Bi."

Bianca menatap Bara bingung. Ia mulai ikut khawatir. "Separah itu?"

"Setidaknya ginjal kamu masih bisa bertahan. Dokter bilang ini masih bisa disebut gejala gagal ginjal. Stadium dua. "

Bianca mengangguk pelan.

"Sejak kapan, Bi?"

Bianca mengangkat wajah dan langsung berhadapan dengan raut wajah Bara yang menatapnya khawatir.

"Aku lahir dengan kondisi ginjal yang berbeda dengan anak lain. Sejak umur 6 tahun, aku sudah bolak balik rumah sakit setiap bulan untuk cuci darah."

Bara terpaku. Tidak menyangka bahwa Bianca yang terkenal sebagai ratu es ternyata pernah mengalami masa sesulit itu.

"Saat kondisi ginjalku tidak tertolong lagi, Ayah mendonorkan ginjalnya untukku."

"Jadi, Om Faris,..."

Bianca mengangguk. Mengingat ayahnya, Bianca selalu gagal menahan tangis. "Ya. Untuk menolongku, Ayah rela melanjutkan hidup dengan satu ginjal. Yang akhirnya mengantarkannya lebih dekat pada kematian."

"Ssstt." desis Bara pelan. "Ayah manapun akan mengorbankan segalanya demi keselamatan putrinya."

Bara menghapus air mata yang membasahi pipi Bianca. "Lihat aku, Bianca."

Bianca menurut. Mata basahnya yang kemerahan menatap Bara sayu.

"Jangan pergi lagi. Tetap bersamaku. Aku pernah berjanji untuk menjagamu, dan janji itu masih kupegang erat."

Bianca menggeleng. "Tapi, Bar,..."

"Aku bukan lagi remaja tanggung yang naif dan lemah. Aku pria dewasa yang punya kekuatan untuk kubanggakan."

Bianca mulai sesenggukan. "Jadi, Bi. Bantu aku menunaikan janjiku pada Om Faris dan Tante Febia."

"Biarkan aku menjagamu. Jangan pergi lagi. Mengerti?"

Bianca menatap kedua mata Bara mencari keraguan atau kebohongan. Akhirnya Bianca mengangguk karena melihat kesungguhan Bara, sama seperti enam tahun lalu.

Loving You, Hurting MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang