Bianca tengah bahagia hari ini. Dua minggu penuh drama yang harus ia jalani bersama Bara, seolah tak pernah terjadi. Kabar yang baru disampaikan dokter membuat Bianca hanya merasakan satu perasaan itu di hatinya. Syukur. Dan Bianca berani bersumpah, bahwa hanya pujian kepada kemahaan Tuhan-lah yang kini terus ia dendangkan di dalam hati.
"Bianca." sapa seseorang dari belakangnya.
Sosok dewasa menyerupai sosok Bara tengah berdiri dengan setelan jas di hadapannya. Kaca matanya sedikit turun ke hidung. Pria paruh baya itu sedikit menunduk, terlihat berusaha menyamai arah pandang Bianca yang perlu mendongak.
"Om Rendra." sapanya sopan dan terdengar riang. "Udah lama?"
"Baru sampai." jawab Om Rendra, ayah Bara, dengan senyum serupa dengan Bara, ditambah dua lesung pipi.
"Nengok Ayah? Ayo, ikut Bian, Om."
Om Rendra menegakkan tubuhnya, lalu berjalan beriringan di koridor rumah sakit.
"Ayah dapat donor, Om. Alhamdulillah." ujar Bianca tidak menyembunyikan ekspresi bahagianya.
"Alhamdulillah." jawab ayah Bara singkat.
"Bianca." panggil Om Rendra sebelum Bianca membuka pintu kamar rawat ayahnya.
Bianca menoleh, menatap langsung Om Rendra di belakangnya.
"Terima kasih, ya, sayang. Sudah menerima Bara."
Bianca terdiam. Tidak merasa tersanjung sama sekali. "Bian hanya mengikuti permintaan Ayah. Dan membantu Bara melaksanakan janjinya. Tapi Bian harap, Om gak mengharapkan lebih."
Om Rendra membelai puncak kepala Bianca lembut. "Dengan atau tanpa permintaan Faris, Om selalu berharap kalian bersama. Tapi Om tahu, kebahagiaan kamu yang terpenting. Kalau Bara berani menyakitimu, Om adalah orang pertama yang pasang badan untuk kamu. Om selalu ada di pihakmu. Ingat itu."
Bianca membisu. Kata-kata Om Rendra membuatnya terharu sekaligus takut. Seolah-olah, di masa yang akan datang, pada pria inilah Bianca akan bergantung. Dan jika itu terjadi, maka ayahnya,...
"Om jadi curcol, ya?" Om Rendra terkekeh geli. "Ayo masuk. Kita harus sampaikan berita baik ini untuk si tua bangka di dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You, Hurting Me
Lãng mạnDua hati yang saling mendamba Dua raga yang sulit bersama