Bianca

2.8K 120 0
                                    

"Bi!"

Bianca menoleh. Menatap seorang pria yang berlari pelan mendekatinya. Pria itu menggunakan seragam putih abu sama sepertinya, dengan kepala nyaris plontos dan tas ransel di bahu kirinya.

Bianca tidak mengeluarkan suara apapun. Hanya menunggu hingga pria itu menyampaikan kepentingannya.

Pria itu menata nafasnya yang terengah, sebelum menatap Bianca langsung ke matanya. "Kita perlu bicara, sepertinya."

Bianca mengangkat sebelah alisnya. "Oke, kalau menurut kamu begitu. Jadi silakan ngomong duluan."

"Kita gak ada masalah apapun, kan?" tanya pria itu.

"Seingatku, gak ada."

"Jadi maksud kamu tadi apa?" sahut pria itu nyaris tanpa jeda setelah Bianca menjawab.

"Maksud? Apa?" tanya Bianca bingung.

"Pagi tadi di gerbang sekolah. Jam istirahat di kantin. Dan barusan di depan kelasku." jawab pria itu, mengenai usahanya untuk mengajak gadis di depannya membicarakan apapun tentang mereka.

Bianca menghela nafas. "Pagi tadi aku datang nyaris terlambat. Saat jam istirahat, aku tidak bisa lama-lama karena aku harus mengikuti remidial matematika Bu Dena. Dan barusan setelah keluar kelas, aku terlalu sibuk membalas chat kakakku yang akan datang menjemput."

Pria itu terdiam sejenak. Mungkin tidak mengerti atau tengah menyerap penjelasan itu perlahan. Kebisuan itu dimanfaatkan Bianca untuk segera mengakhiri pembicaraan ini.

"Dan saat ini, kakakku sudah menungguku di depan sekolah. Jadi aku pikir, tidak ada masalah di antara kita. Tidak pernah ada. Then, bye."

Pria itu tidak membutuhkan waktu lama untuk melongo. Saat gadis itu baru saja melewatinya menuju area parkir di belakangnya, ia berkata pelan. "Remidial macam apa buat siswa yang baru selesai UN? Aku bahkan gak pernah tahu kamu punya kakak."

Bianca berbalik. "Well, kayaknya aku dan kamu gak seakrab itu untuk saling mencampuri urusan pribadi."

Saat Bianca kembali melanjutkan langkahnya, pria itu kembali berteriak. 

"Kita berdua tahu, kalau kita gak sesederhana itu, Bi! "

Tanpa berbalik, Bianca menyahut, sama nyaringnya. "Seingatku, gak pernah ada kita, Bar."

Loving You, Hurting MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang