"Mau sampai kapan lo bikin origami?"
"Gak tau. Sampai gue mati kali!"
"Lebay lo!"
"Emang!"
"Kenapa lo gak kasih ke dia aja sih? Percuma tau kalau lo bikin origami buat dia tapi lo gak kasih ke dia?"
"Gue terlalu pengecut buat ngelakuin itu."
Laki- laki yang baru saja menutup botol mineral itu berdecak. Lagi dan lagi. Dia harus mau menunggui sahabtnya bermain basket sampai mood laki- laki yang sedang mendribel bola basket itu kembali membaik.
"Cepat atau lambat, dia bakal diembat orang kalau lo cuma diem kayak gini."
Bola masuk ke dalam ring dengan suara yang cukup keras.
"Gue udah bilang berapa kali sih? Dia gak bakal nolak lo, secara lo ganteng, lo punya fans banyak. Intinya kalau secara fisik lo itu sempurna!"
"Gue gak mau dia suka sama gue hanya karena fisik gue, bukan karena gue populer, bukan karena gue ganteng dan sebagainya. Gue maunya dia suka sama gue, karena itu benar- benar tulus dari hati dia. Karena lo tahu? Bahkan gue menyukai dia bukan karena fisik yang dia miliki, tapi gue menyukai dia karena gue ngelihat dia senyum ke orang- orang dengan tulus. Dan sejak saat itu gue menyukai dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...