"Lo udah baikan Ta?"
"Masih pusing nih Na, sialan banget sih itu orang. Gak pernah di pukul pakai golok apa ya?"
"Lagian sih lo ngelihtin Dafi mulu, sampai- sampai kena bola aja mata masih tertuju sama Dafi. Dasar bego lo!"
Tita bangun dari atas kasur UKS, memengangi kepalanya yng terasa berdenyut kencang.
"Duh duh duh! Retak deh ini kayaknya Na!"
Reina mencibir, "Kan alay. Segala retak pakai dibawa- bawa!"
"Yeee tai lo. Beneran sakit tau!"
"Ya udah nih diminum susu coklatnya."
"Tunggu deh. Ini siapa yang beli? UKS kan gak nyediain susu coklat?"
"Gak tau, tadi pas gue tinggal kayaknya ada yang masuk ruangan ini deh Ta!"
"Tapi tadi gue ketemu Rio, Dafa, sama Dafi di belokkan kelas, kayaknya mereka deh yang habis nengokin lo!"
Mata Tita langung membola penuh, "Serius lo kalau tadi Dafi ke sini?"
"Jangan- jangan Dafi lagi Na yang ngasi susu itu?" Tita berteriak kencang saking senangnya.
"Bisa jadi sih!"
"Duh kok gue jadi deg degan gini sih? Apaah ini pertanda kalau Dafi itu ternyata jodoh gue? Ah ya ampun say amin Na buruan!"
"Amin!" Sahut Reina dengan wajah datar.
"Eh tapi tunggu dulu deh, yang lempar bola ke jidat gue tadi siapa sih?"
"Jangan- jangan... "
Mendengar itu wajah Tita langsung terlihat sebal, "Awas aja ya kalau gue ketemu sama dia. Gue langsung gibeng itu orang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...