"Dafi kemana sih?"
Sudah dua jam ini Tita menunggu Dafi di koridor depan sekolah. Siang tadi Dafi menjanjikan akan pulang bersama dengan Tita, namun sampai pukul tiga sore Dafi juga belum memunculkan batang hidungnya membuat Tita berdecak kesal.
Bahkan Tita harus rela menolak ajakan Reina pulang bersama demi ajakan kekasih barunya Dafi.
Tita membuka ponselnya, mengecek pesan terakhir yang ia kirimkan pada Dafi. Tita kira pesan itu sudah dibaca oleh Dafi, namun yang terjadi adalah pesan itu sama sekali belum dibaca oleh Dafi.
Tita mendesah panjang, kakinya berjalan di sekitar koridor hingga ia melewati lapangan basket.
Suara bola basket yang berdentum dengan lantai mengema di lokasi itu membuat fokus Tita terpecah. Disana, di lapangan basket, matanya menangkap seorang laki- laki yang sedang mendribel bola basket, memainkannya kemudian memasukkannya ke dalam ring.
Kejadian itu terus berulang hingga tanpa Tita sadari kakinya sudah berada di tepi lapangan itu.
Dafa terus saja memainkan bola yang ada di tangannya tanpa menyadari kalau sekarang Tita berada di dekatnya. Entah kenapa Tita dapat merasakan disetiap dentuman bola yang bersentuhan dengan lantai itu, menyalurkan rasa kecewa, rasa sedih yang teramat dalam dari sang pemain.
Tita memperhatikan betul wajah Dafa, wajah itu terlihat lelah, kantung matanya menghitam, terlihat sekali kalau ia kesulitan tidur akhir- akhir ini.
"Jangan main terus Daf. Tubuh lo juga perlu istirahat." Tita berucap membuyarkan permainan basket Dafa.
Bola yang tadinya berada digengaman Dafa menggelinding jauh meninggalkan lapangan. Dafa masih terdiam di tempatnya. Menahan berbagai rasa yang kini singgah di hatinya.
"Gue denger dari Dafi, kalau malem lo gak pernah pulang. Lo kemana Daf? Orang rumah khawatir sama lo."
"Jauh- jauh dari gue." Kata Dafa sambil berlalu melewati Tita.
"Lo kenapa sih? Kenapa lo selalu sewot sama gue? Kenapa lo selalu anti sama gue? Gue punya masalah sama lo Daf? Kenapa gue selalu ngerasa kalau lo itu benci banget sama gue? Kenapa?"
Karena lo pacar Dafi. Karena lo pacar kembaran gue. Karena gue cinta sama lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Say [END]
Short Story[BOOK TWO] BOYFRIEND GOALS SERIES: Can't Say "Andai hidup itu semudah bacotannya Rio, sudah pasti sekarang gue bisa tertawa bahagia bareng lo Ta!" "Karena diam itu bukan berarti tidak berjuang." Copy Right 2017 Hujansoreini ❌DILARANG KERAS MENCOPY C...