➖0012Z

1.3K 76 1
                                    

"Rio, woy Yo!"

Rio yang merasa di panggil pun menoleh ke belakang,  langkahnya berhenti. Dua sahabat kembarnya pun juga ikut berhenti di kedua sisi Rio.

"Buku matematikanya Tita mana?"

Rio menepuk jidatnya, "Aduh Na, gue lupa, kemarin yang terakhir pinjem siapa sih lo apa lo?" Kata Rio bergantian menoleh ke arah Dafa dan Dafi.

"Dafi. Gue gak sudi nyontek- nyontek. Apalagi punya dia. Kerjaannya salah semua!" Sahut Dafa datar dengan melipat kedua tangannya, menatap acuh Tita yang berada di dekat Reina.

"Sembarangan. Gak usah sok deh lo. Gue gak pernah punya masalah ya sama lo!" Tita terlihat marah karena sekarang wajahnya memerah.

"Oh ini yang namanya Tita? Btw buku lo ada di tas gue kok. Makasih ya Tita udah mau pinjemin tugas!"

"Hah?" Tita tiba- tiba gagu ngelihat Dafi senyum ke dia.

"Ya ampun Na, masa Dafi ganteng banget yak kalau senyum gitu!" Cerocos Tita tanpa sadar. Bahkan sekarang wajahnya sudah memerah karena malu bukan memerah karena marah.

Semua yang ada di di gerombolan kecil itu sontak menyuarakan kata cie untuk Tita, kecuali Dafa. Laki- laki itu tetap menampilkan wajah datarnya.

"Oh iya Ta, lo suka origami gak?"

"Origami maksut lo?"

"Ya origami- origami yang bentuknya burung itu lho. Suka gak?"

"Lumayan sih. Emang kenapa Yo?"

Rio menggeleng lalu tersenyum lebar, "Engak cuma nanya aja kok. Btw duluan ya Ta, Na!" Pamit Rio pada Tita dan Reina.

"Duluan ya Tita Hanifa kelas mipa dua, absen dua- dua!" Ujar Dafi sambil tersenyum lebar.

Tita juga ikut tersenyum lebar sambil meremas pinggiran rok Reina yang ada di sampingnya. Sebenarnya sekarang Tita butuh sandaran. Dia tidak kuat kalau lama- lama harus melihat senyum Dafi yang mempesona.

Can't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang