➖0044Z

748 44 0
                                        

"Kenapa deh lo senyum- senyum gitu?"

"Hari ini gue seneng banget Na!"

"Tumben. Kenapa?"

"Kemarin gue kencan sama Dafi. Gilak. Gak percaya tau gue Na bisa deket sama dia!"

Reina tersedak jus alpukatnya.

"Lo... beneran?" Jantung Reina berdebar lebih cepat. Gak tau kenapa hatinya merasa sedih.

"Beneran ih. Ternyata yang bikin surat origami itu Dafi Na, dia sendiri yang ngaku. Gimana gak syok coba gue!"

Reina diam. Mulutnya terasa kelu. Jadi surat origami tadi pagi di lokernya Tita itu Dafi yang nulis?

"Reinaaa... lo mah rese, lo gak seneng ngelihat gue seneng?"

"Lo beneran yakin Ta kalau surat- surat yang dulu itu Dafi yang ngirim?"

"Yakin lah. Orang Dafi sendiri ngomong ke gue."

Setelah mendengar itu Reina hanya diam, ia tidak tahu harus berbuat apa karena hal aneh ini semakin membuatnya gila.

Hingga tatapannya bertemu pada seseorang laki- laki yang baru masuk kantin. Laki- laki itu terlihat segar, rambutnya basah. Reina yakin laki- laki itu baru saja menunaikan sholat Dhuzur dimasjid sekolah. Berbeda sekali dengan laki- laki yang berada tak jauh di depannya. Laki- laki itu mengusap dahinya yang penuh keringat karena semangkuk bakso yang ada di hadapannya. Sesekali laki- laki itu melemparkan tatapannya pada mejanya, dan melirik pada sosok perempuan yang ada di depan Reina.

Reina mendesah panjang. Andai Tita tahu isi surat origami yang berada di saku roknya. Pasti dia sudah mengetahui siapa yang selama ini benar- benar mencintainya dengan tulus.

Can't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang