➖0031Z

782 44 0
                                    

"Gue perlu ngomong sama lo!"

Siang itu Reina menyeret Rio keluar dari kantin. Kedua sahabatnya tampak bingung melihat kejadian itu, namun mereka membiarkannya karena mereka tidak mau ikut campur urasan Rio dengan Reina.

"Apaan sih babi!" Rio menyentakkan tangannya. Terlihat kesal dengan tindakan Reina.

"Jujur, lo pasti tau sesuatu tentang Tita kan?"

Rio tampak kanget namun ia segera menghapus mimik kekagetannya. "Hah? Apaan sih lo Na? Gue gak ngerti sama apa yang barusan lo bilang!"

"Gak usah bacot lagi Yo, sekarang tunjukkin ke gue, dimana surat- surat origami itu?"

Rio menggeleng kuat, "Gak, gue gak bakalan nunjukkin dimana surat itu. Lo gak tau apa- apa tentang surat itu Na!"

"Apa gue perlu teriak biar lo denger apa yang gue tahu tentang rahasia lo semua?" Balas Reina dengan tatapan kesal.

"Oke, gue bakal nunjukkin ke lo dimana surat itu, tapi mau lo apaain surat- surat itu?"

"Gue punya rencana!" Reina terlihat tersenyum puas setelah mengatakan itu.

Bulu kuduk Rio meremang, dia terlalu takut untuk mengambil semua tindakan yang baru saja ia setujui.

"Jangan gila lo babi! Gue gak mau tanggung jawab kalau dia marah sama gue!"

"Gak bakal. Tugas lo cuma ngambil surat baru yang dia tulis, setelah itu lo kasih ke gue, biar gue yang ngasih ke lokernya Tita!"

Rio semakin menggeleng kuat, "Lo gila Na, lo bener- bener gila."

"Dia itu laki- laki bodoh di dunia ini. Kalau gak kita yang bergerak, sampai mati pun dia bakal kayak gitu terus!"

Setelah menghela nafas panjang akhirnya Rio mengangguk.

"Oke Na gue setuju!" Kata Rio sambil mengulurkan tangannya dan diterima manis oleh Reina.

Can't Say [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang